Makna Saleh Versus Tafsir Ala Moderasi  

Terbaru58 Dilihat

Data menunjukkan adanya kenaikan indeks kesalehan sosial di masyarakat pada tahun ini, dari 82,59% ( 2023) menjadi 83,83%. Indeks kesalehan sosial ini diukur melalui lima dimensi, yakni kepedulian sosial, relasi antarmanusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah. (balitbangdiklat.kemenag.go.id/23/11/24).

Menelaah terhadap indikator kerukunan umat beragama dan kesalehan sosial fokus pada indikatornya kita akan temukan hubungannyq dengan pengarusan ide moderasi beragama. Dalam hal ini konsep moderasi beragama ditafsirkan secara luas sehingga makna “saleh” telah bergeser menjadi makna umum yang berbeda dengan definisi Islam.

Menurut KBBI, saleh berarti taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, suci dan beriman. Adapun makna saleh dalam Al-Qur’an terdapat di surah An-Nisa ayat 69 dengan arti, “Siapa saja yang menaati (ketentuan) Allah dan rasul-Nya, niscaya mereka kelak akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya, yaitu para nabi, kalangan shiddiq, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik sahabat.”

Ibnu Hajar berkata, saleh berarti, “Orang yang   menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah.  Berkaitan dengan surah An-Nisa ayat 69 orang saleh menurut Imam Al-Baghawi, adalah para sahabat Rasulullah ﷺ. Sedang menurut Imam Ibnu Katsir, orang saleh adalah orang yang baik amal lahir dan amal batinnya.

Pemaknaan kata saleh oleh para mufasir di atas  pahami ,  yakni ketaatan hamba kepada Allah sesuai dengan ketetapan Allah dalam syariat-Nya. Namun dalam konteks moderasi beragama soleh dimaknai dengan dengan melekatkan  kata “sosial”. Penambahan kata “sosial” ini mengarah pada definisi saleh yang netral dari nilai agama (Islam). Jelas ini akan berakibat pada pergeseran makna dan juga stqndar kesalehan yang kabur.

Rasulullah memahami kesalehan dengan apa yang telah Allah tunjukkan melalui ajaran Islam,  menurut pandangan manusia. Orang yang soleh adalah muslim yang taat dan patuh pada perintah Allah Taala.  Disayqngkan bahwa, definisi saleh yang seharusnya merujuk kepada Islam kini direduksi dengan parameter moderasi. Padahal ide moderasi beragama tak lepas dari paradigma moderat yaitu perspektif  Barat.Proyek ini bertujuan agar setiap muslim memiliki karakter moderat.

De-ideologi Islam

Proyek moderasi beragama memiliki visi mendegradasi makna Islam dengan  paradigma sekuler kapitalisme. . Melalui moderasi beragama, Barat berupaya melakukan deideologi Islam, yakni mereduksi Islam sebagai ideologi yang harus dimiliki setiap muslim. Ini merupakan proyek ciptaan Barat untuk menghambat kebangkitan Islam Ideologis.

Proyek moderasi beragama sesungguhnya sejalan dengan rekomendasi RAND Corporation, sebuah lembaga think tank yang berpusat di Amerika. RAND Corporation, membuat peta  Islam di Indonesia menjadi 4 empat. Mereka menamakan Islam radikal, Islam tradisional, Islam moderat, dan Islam liberal. Perlakuan Barat terhadap kelompok-kelompok Islam ini  berbeda-beda sesuai kepentingan mereka,

Kelompok radikal,  dianggap mengancam eksistensi mereka, sehingga diopinikan harus diwaspadai dan dibunuh karakternya. Mereka anti dengan pemikiran Barat, serta menginginkan tegaknya syariat Islam dalam negara. Term radikal sendiri dilekatkan pada kelompok ini untuk tujuan islamopobia,  yakni dijauhi oleh masyarakat muslim.

Kelompok tradisional,  menginginkan penerapan syariat Islam, tetapi pro demokrasi sebagai sistem pemerintahan saat ini.  Barat mengadu domba kelompok ini dengan kelompok Islam radikal,  menghalangi persatuan mereka dalam menegakkan syariat Islam. Sementara itu, kelompok moderat dan liberal merupakan kelompok yang disukai oleh Barat. Mereka dipelihara dan diberi ruang yang luas dalam dialog, didanai tokoh-tokohnya sebagai corong untuk menyuarakan kepentingan penghancuran islam. Mereka dilibatkan  dalam berbagai konferensi yang bertujuan mengubah  wajah Islam yang sesuai kehendak Barat.

Barat giat memasarkan Islam moderat ke negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia. Lahirlah proyek deradikalisasi melalui moderasi beragama. Ini merupakan upaya Barat melakukan sekularisasi Islam dengan cara mengubah cara pandang muslim dalam beragama, yaitu menjadikan Islam sekadar agama ruhiah sebagaimana agama lainnya. Dirarahkan agar muslim  cukup menerapkan syariat dalam ranah individu saja, tidak perlu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.    Moderasi Islam membawa muslim makin jauh dari gambaran Islam hakiki. Oleh karenanya, moderasi beragama harus ditolak karena ide tersebut bertentangan dengan Islam.

Perspektif  Islam

Islam merupakan agama sekaligus sistem kehidupan yang memiliki paket lengkap dalam menyelesaikan berbagai persoalan manusia Termasuk  dalam  berbangsa, menyikapi perbedaan, keberagaman, dan toleransi. Islam tidak membutuhkan tambahan dan definisi menurut cara pandang manusia. Tanpa embel-embel moderat, Islam merupakan agama yang penuh perdamaian, toleransi, dan menebarkan kebaikan ke seluruh alam semesta. Tanpa moderasi beragama pun, Islam sudah memberikan ruang kebebasan bagi masyarakat nonmuslim untuk memeluk keyakinannya. Hal ini sudah ditegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 256 yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”

Dalam surah Al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku,” terdapat makna toleransi yang jelas dan tegas. Dalam Islam, standar toleransi adalah Al-Qur’an dan Sunah. Apa saja yang ditoleransi oleh Al-Qur’an dan Sunah akan ditoleransi oleh umat Islam, begitu pun sebaliknya. Berdasarkan standar yang benar ini, misalnya, L68T tidak boleh ditoleransi oleh umat Islam karena perilaku tersebut hukumnya haram. Adapun tentang definisi dan makna saleh, Islam menjelaskan bahwa yang dimaksud ialah orang yang beribadah karena Allah, menaati perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan akidah Islam.

Toleransi agama sejatinya sudah dibangun Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan generasi setelahnya telah membangun toleransi agama dalam kerangka dasar akidah Islam yang sahih. Toleransi antaragama dalam Islam juga sudah terbangun indah sejak masa Kekhalifahan Islam berkuasa selama lebih dari 13 abad lamanya. Di Spanyol, misalnya, lebih dari 800 tahun pemeluk Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dengan tenang dan damai.
 
Untuk memahami dan menerapkan Islam, toleransi, keberagaman, dan saling menghormati sesama umat manusia, tidak butuh pada  paradigma sekuler kapitalisme dan pemikiran moderat ala Barat. Demikian pula untuk memahami kesalehan. Moderasi beragama tak lain adalah kedok untuk melanggengkan ideologi sekuler kapitalisme yang dipasang sebagai tameng menghadapai islam ideologis.

Islam merupakan sistem kehidupan yang paripurna yang wajib dtegakkan  untuk kebaikan seluruh umat manusia, sistem yang berasal dari Sang Pencipta manusia. Umat Islam harus berjuang untuk mengembalikan kemurnian ajaran Islam dengan menjadikan Al-Qur’an dan Sunah sebagai pedoman hidup yang sempurna yang ditegakkan oleh megara. Caranya dengan pembinaan intensif, berdakwah mencerdaskan umat dengan pemikiran Islam  dan berjuang bersama menegakkan institusi Khilafah yang mampu menjadi pelindung  umat  Dengan Khilafah, umat akan terbebas dari berbagai kolonialisme baik di bidang ekonomi, politik, maupun pemikiran. Dengannya Islam akan tersebar ke seluruh penjuru dunia dan umat bersatu di bawah naungannya.

Tinggalkan Balasan