Menulis itu tidak harus orang yang berbakat. Menulis itu tidak sulit, hanya butuh cara untuk memulainya. Menulis bisa dilakukan semua orang. Tekad yang kuat adalah modal yang utama dibandingkan bakat menulis. Dengan tekat yang kuat semua masalah akan bisa diselesaikan. Demikian juga saya ingin menjadi penulis karena tekad untuk menorehkan nama di buku.
Dulu kala waktu saya SMP, hiburannya yang paling sering hanya melalui radio. Kalau televisi dilihat hanya kalau aki nya baru di strom / di cash oleh bapak, itu pun hanya tontonan yang penting, semisal ketoprak, tinju dan sepak bola. Radio ada siaran yang walau saya nggak melihatnya namun seakan akan ikut merasakan siaran tersebut.
Dulu yang sering mendengarkan sandiwara saur sepuh dan tutur tinular. Untuk sandiwara saur sepuh lain waktu saya ceritakan. Untuk saat ini yang saya ceritakan yaitu sandiwara tutur tinular. Nah dari sandiwara ini aku mengenal tokoh Arya Kamandanu dan Arya Dwipangga. Ada yang menarik dari tokoh Arya Dwipangga ini, setiap dia datang pasti akan mengeluarkan syair-syair indah. Waktu itu saya tertarik dan selalu ingin seperti tokoh ini yang pandai membuat syair. Kata-kata yang masih saya ingat
Nari Ratih
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga
Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih dilangit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memeluk senyumu dalam kehangatan mimpiku
Semenjak itu sebetulnya saya suka dengan syair-syair puisi dan lain lain. Cuma kesenangan ini cuma sebatas senang belaka, lanjut SMA saya di kelas Fisika, kemudian kuliah di Pendidikan Teknik Mesin. Andai kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra tentu bisa menjadi pujangga.
Saat di dinding facebook ada tawaran ingin menjadi penulis semudah bernafas, yang kita kenal dengan kelas menulis online (KMO) saya mulai tertarik, tetapi ada ragu disana. Satu sisi ingin menjadi penulis yang bisa merangkai kata sehingga menjadi indah namun di satu sisi tidak mempunyai dasar tentang ilmu kepenulisan alias dasar- dasar yang saya punya tentang penulis masih nol. Namun untuk agar kehidupan ini variasi dan tidak monoton akhirnya saya putuskan ikut bergabung.
Setelah bergabung saya dimasukkan ke batch 14, walau lagi taraf belajar ternyata teman-temanku sudah jago-jago. Ada yang sudah bisa membuat cerita bersambung, ada yang bisa membuat cerpen yang menghibur, membuat menangis dan sebagainya. Puisi pun selalu muncul setiap hari dengan judul dan tema yang bervariasi. Awalnya saya minder, tidak percaya diri karena saya belum bisa membuat apa-apa. Namun seiring mendengarkan video dari pak Cahyadi Takariawan dan bunda Ida mau nggak mau saya harus berani menulis.
Modal saya hanya tekad, apalagi teman-teman KMO memberikan dukungan dan motivasi. Ibarat para pejuang dengan modal semangat membara maka bisa mengalahkan penjajah. Saya juga sudah kepalang basah ibarat ada lawan yang tangguh pasti akan saya lawan. Walaupun saya tidak punya dasar ilmu menulis atau tidak punya bakat tapi saya punya semangat untuk menjadi penulis.
Tangerang Selatan, By Agung Pramono