Menertawai Diri Sendiri

Filosofi, Gaya Hidup21 Dilihat

Memang benar kalau dikatakan kenal terhadap diri sendiri itu adalah manifestasi dari mengenal Tuhan. Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri, dan jujur pada diri sendiri, sangat mungkin dia tidak mengenal Tuhan. Tidak mengenal Tuhan maka cenderung menjadi manusia jumawa.

Saya senang sekali seolah-olah menjadi orang kaya, sehingga sampai setengah mati saya merekayasa penampilan agar terlihat seperti orang kaya. Padahal orang yang kaya sesungguhnya bukanlah seperti orang kaya, karena tidak perlu harus seperti orang kaya.

Kadang saya juga merasa seperti orang yang paling sukses, sikap dan perilaku saya pun dikamuflase biar terlihat seperti orang sukses, memakasakan diri membeli mobil bermerek terkenal, meskipun membeli dengan cara menyicil. Pada faktanya, hal-hal seperti itu malah membuat saya tersiksa, karena kenyataan hidup tidak bisa dibohongi.

Pernah juga saya seolah-olah menjadi sosok orang penting, meskipun pada kenyataannya keberadaan saya gak penting-penting amat, tanpa saya pun semua pekerjaan bisa berjalan sesuai dengan semestinya. Perasaan-perasaan seperti itulah perlahan-lahan yang membunuh eksistensi saya.

Kadang-kadang saya seperti orang yang paling alim di dunia, kata-kata bijak penuh nasihat mengalir begitu saja dari mulut saya, sehingga semua orang menganggap saya benar-benar bijak, padahal setiap kata-kata yang diucapkan tidaklah sama perilaku dan perbuatan saya.

Saya lupa kalau Tuhan itu sangatlah berkuasa, DIA bisa membolak-balikkan hati manusia, dan keadaan sesuai dengan keinginannya. Manusia yang lupa diri memang perlu diingatkan-Nya dengan sangat keras, agar manusia sadar bahwa dirinya tidak mempunyai daya upaya apapun tanpa Tuhan yang maha berkuasa.

Lihatlah orang-orang yang kaya sesungguhnya, orang-orang yang sukses sesungguhnya, mereka begitu humble, sederhana dalam penampilan, hidup sangat bersahaja, begitulah cara mereka menikmati hidup. Bahkan mereka tidak lagi berpikir tentang bagaimana hidup mereka, mereka sudah berpikir bagaimana menghidupi orang lain.

Sementara saya yang saat itu seolah-olah kaya, cuma sibuk berpikir tentang diri sendiri, bagaimana berusaha mengumpulkan harta dan kekayaan, padahal yang seperti itu tidak lah dibawa mati, hanya amal kebaikan yang akan dibawa mati.

Inilah yang membuat saya akhirnya senang mentertawakan diri, hidup saya yang saat itu penuh dengan seolah-olah, hidup tidak realistis, penuh kepura-puraan.

Mentertawakan diri sendiri itu menurut saya adalah cara terbaik untuk introspeksi, tanpa perlu merasa rendah diri. Itulah cara terbaik untuk jujur pada diri sendiri, dan menjadi diri sendiri. Tidak perlu hidup harus seperti orang lain, karena setiap orang hidup sesuai dengan suratan tangan dan kerja kerasnya.

Menertawakan diri adalah cara untuk menghindar dari menertawai hidup orang lain. Karena memang tidak ada yang pantas kita tertawai dari orang lain, dengan menertawakan diri sendiri kita menjadi tahu kelebihan orang lain, dan kekurangan diri sendiri. Inilah cara terbaik untuk membangun sikap rendah hati.

Hidup dengan penuh kepura-puraan, dan tidak menjadi diri sendiri sangatlah melelahkan. Karena apa yang dilakukan butuh biaya yang besar, kadang harus memaksakan diri agar terlihat mampu, padahal kondisi sesungguhnya sangat jauh dari kenyataan yang sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

2 komentar

  1. wah asyik tulisannya. Fakta. memang harus begitu. Sifat manusiawi sering tidak bisa dihindari. ada rasa bangga akan diri. Tetapi sering juga kita jatuh. Biasa muncul kesadaran pada saat kita sudah jatuh. Moga banyak yang baca tulisan ini. Terima kasih. Jangan tunggu jatuh baru tunduk. Selalu tunduk biar waspada atas :diri sendiri”