Kesenjangan Berpikir

Filosofi, Gaya Hidup83 Dilihat

KESENJANGAN BERPIKIR

Kegagalan kita dalam melihat dan menilai ketidaksetaraan, bukan berarti dengan mudah kita menilai bahwa sudah terjadi ketidakadilan. Padahal keadilan itu sendiri dipersepsikan secara berbeda pada setiap orang, tergantung sudut pandang masing-masing.

Realitas dalam masyarakat memang ada yang kaya, dan ada juga yang miskin. Padahal seharusnya yang kaya menjadi motivasi bagi yang miskin, bukan malah menjadi iri. Sebaliknya yang kaya pun harusnya punya rasa peduli pada yang miskin, bukan hanya memamerkan kekayaannya.

Kesetaraan itu dinilai sebagai sebuah keseimbangan, sementara sebaliknya ketidaksetaraan itu dinilai karena adanya ketidakadilan. Inilah pemicu adanya kesenjangan, padahal itu pun terjadi karena adanya kesenjangan berpikir.

Sebagian orang menganggap ketidakadilan itu terjadi karena tidak adanya pemerataan. Padahal Tuhan anugerahkan akal yang sama pada manusia, yang menjadi perbedaan adalah cara menggunakan dan memanfaatkan akal yang berbeda.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa disparitas pendapatan itu sendiri mungkin bukan masalah utama. Persoalannya, kata mereka, bukanlah adanya kesenjangan antara kaya dan miskin, namun adanya ketidakadilan.

Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, kita belum bisa mendefenisikan keadilan itu secara benar, karena ukuran keadilan itu pada setiap orang berbeda-beda, ukurannya hanya kebutuhan pribadi.

Pola pikir dan etos kerja setiap orang berbeda, padahal kedua hal ini sangat penting dalam mencapai kesuksesan. Saya mengatakan problem ini adalah bermuasal pada kesenjangan berpikir.

Pola pikir dan etos kerja itu sendiri tidak ada hubungannya dengan tinkat pendidikan. Banyak orang yang berpendidikan tinggi tapi tidak sukses secara ekonomi, sebaliknya ada yang tidak berpendidikan tinggi tapi sukses secara ekonomi.

Semua berpulang pada kemampuan menggunakan dan memanfaatkan akal yang diberikan. Kalau tidak memahami fungsi akal, bagaimana mungkin bisa memanfaatkan dan menggunakannya. Yang tahu menggunakan akalnya maka tahu menghidupi dirinya.

Menurut Pramoedya Ananta Toer, “Adil sejak dalam pikiran”, jadi harus adil juga melihat ketidakadilan itu. Ketidakadilan bukan semata dilihat sebagai ketidaksetaraan, kesenjangan berpikir dalam melihat ketidakadilan pun adalah sumber masalah sebenarnya.

Satu orang bekerja lebih keras dan menikmati hasil kerja kerasnya, sementara yang lainnya bermalas-malasan namun ingin menikmati hidup dengan penuh kesenangan, ketika impian yang diharapkan tidak tercapai, merasa diperlakukan tidak adil.

Ajinatha

Tinggalkan Balasan