Menulis dan Pengayaan Kosakata

Artikel ke 14
MENULIS DAN PENGAYAAN KOSAKATA

Pengayaan Kosakata yang saya maksudkan dalam artikel ini bukan perbendaharaan kata, tapi lebih kepada penambahan kosakata baru yang jarang atau belum pernah dipakai dalam penulisan. Misalnya kita memasukkan bahasa daerah, yang secara diksi serasi dengan kata-kata yang diikuti atau mengikutinya.

Dalam tulisan kreatif upaya ini menjadi pengayaan Kosakata. Misalnya saya menggunakan kata ‘nasping’ yang merupakan bahasa betawi, yang sepadan dengan makna kata ‘panas.’ Saya pilih kata nasping karena enak dipadukan dengan kata-kata yang diikuti dan mengikutinya.

Kata nasping ini sangat berpotensi digunakan dalam penulisan karya sastra, karena tidak umum dan tidak biasa dipakai dalam penulisan. Banyak kosakata yang dipakai dalam khasanah penulisan kreatif, bersumber dari bahasa daerah.

Tidak bisa dipungkiri, kekayaan kosakata dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, tidak terlepas dari andil para sastrawan, yang memang berkepentingan memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia.

Tidak sebatas dalam penulisan sastra harusnya, bisa juga dalam penulisan opini, bahkan karya jurnal. Semua itu adalah bagian dari satu kesatuan pengembangan literasi. Kalau kita telaah karya sastra, baik sastra angkatan 45 atau pun karya sastra masa kini, pengayaan kosakata ini terus berlangsung.

Fungsi kosa kata dalam sebuah teks atau karangan sangat besar. Menurut para ahli bahasa, faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan menulis adalah kos kata. Johnson dan Pearson (1987) selanjutnya mengatakan the words become a summary symbol for all those concepts, a set of abbreviations that allow us to communicate a lot of meaning in a brief amount of space and time.

Utamanya dalam penulisan karya sastra, sangat dibutuhkan metafora bahasa untuk menstilisasi kata perkata agar menjadi indah dibaca. Begitu juga dalam penulisan opini politik, metafora bahasa yang digunakan lebih spesifik seperti idiom politik yang sesuai dengan konteks pembahasan.

Ada pengarang yang hanya menyelipkan beberapa kosakata bahasa daerah dalam karyanya, tetapi ada juga yang secara sadar menggunakan kosakata bahasa daerah untuk menarik jika pernah membaca karya Chairil Anwar dalam sajak “Cerita Buat Dien Tamaela” menggunakan kosakata bahasa Melayu dialek Ambon beta dan tifa; novel atheis karya Achdiat K. Mihardja, menggunakan kosakata daerah Jawa alon-alon.

Pengayaan kosakata bahasa Indonesia dengan bahasa daerah memang harus dilakukan, agar kekayaan ragam bahasa daerah dari seluruh wilayah Indonesia, terakomodir dalam perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Kegiatan literasi haruslah memperhatikan hal itu, agar wawasan kosakata bahasa Indonesia semakin bertambah.

Kesadaran pentingnya menulis, adalah juga kesadaran untuk membaca dengan kemampuan kreatif pendukungnya. Pengayaan kosakata bahasa Indonesia dengan bahasa daerah sangat mungkin dilakukan dalam penulisan, karena bisa dilakukan sejalan dengan proses kreatif.

Menulis bukanlah sekadar menulis, kegiatan menulis adalah merupakan kerja kreatif yang mempunyai andil dalam pengembangan bahasa, terutama bahasa Indonesia, karena kita hidup di Indonesia, maka kita punya kewajiban terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Ajinatha

Tinggalkan Balasan

1 komentar