Dibutuhkan Riset Sebelum Menulis

Atikel ke 23
Dibutuhkan Riset Sebelum Menulis

Menurut Dee Lestari, melakukan riset untuk menuliskan suatu cerita adalah proses yang penting. Dengan melakukan riset yang mendalam, tulisan yang dihasilkan pun akan lebih terasa matang.

Akan tetapi, menurut penulis ‘Madre’ itu, riset yang dilakukan harus sejalan dengan kebutuhan cerita.

Riset berangkat dari kebutuhan cerita, kita butuh riset karena ada hal dalam cerita yang kita nggak tahu dan perlu tahu,” ujarnya dalam sesi Instagram Live dengan detikcom.

Lantas timbul suatu pertanyaan, apa yang dibutuhkan dari sebuah riset?

Tahu saja tidak cukup, harus juga dengan pemahaman. Bagaimana kita bisa menuliskan karakter antagonis atau juga protagonis, kalau tidak memahami karakter tersebut secara mendalam. Bagaimana ekspresinya, gestur tubuhnya dan bagaimana sikap dan perilakunya dalam keseharian.

Untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam, sangat dibutuhkan riset. Menulis fiksi itu secara umum adalah hasil dari imajinasi, dan imajinasi itu butuh penyempurnaan dalam mengungkapkannya. Riset dan investigasi merupakan alat bantu bagi penulis untuk melakukan pendalaman.

Dee mengaku, dalam setiap cerita yang ditulisnya, dirinya selalu melakukan riset. “Saya biasanya melakukan riset sebelum menulis untuk mematangkan dan juga ketika saya menulis,” ucapnya.

Masing-masing penulis punya cara yang berbeda dalam melakukan riset. Ada juga yang menulis dulu baru kemudian melakukan riset, yang seperti ini hanya ingin memastikan apakah yang dia gambarkan sesuai dengan realitas yang ada.

Riset adalah suatu proses investigasi, penelitian atau pengamatan yang dilakukan dengan tekun dan sistematis. Langkah ini bertujuan menemukan, menginterpretasikan dan merevisi fakta-fakta sebelum memulai menulis cerita fiksi maupun non fiksi.

Meskipun menulis kreatif mengandalkan imajinasi, penulis tetap membutuhkan riset. Riset ini juga akan membantu penulis menentukan dan mengembangkan idenya. Jadi, penting untuk melakukan riset mengenai topik yang akan diangkat sebelum menuliskannya.

Itulah kenapa beberapa cerita yang kita temukan dari karya-karya penulis populer, sangat dekat dengan keadaan yang nyata, karena pendekatan ceritanya memang buah dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada disekitar kita. Sehingga apa yang disampaikan terasa sangat nyata, meskipun yang ditulis hanyalah fiksi.

Lebih jauh Dee mengatakan, riset adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari menulis. Riset itu paralel dengan menulis, karena dari pengamatan dan investigasi tersebut sangat dibutuhkan untuk menghidupkan cerita.

Kalau kita membaca cerita yang dituliskan Dee Lestari, kita bisa mengetahui dan merasakan betapa Dee bisa mendeskripsikan semua adegan dalam ceritanya secara detil. Seakan-akan dia mengeksekusi cerita tidak menyisakan ruang untuk dicari kesalahannya.

Dee juga memberikan pengecualian, tidak semua menulis membutuhkan riset, kecuali apa yang kita tuliskan sudah kita ketahui. Seperti yang dikatakannya pada detik.com:

“Nggak semua harus riset, kalau kamu sudah tahu persis apa yang kamu tulis. Tapi kalau ada yang kamu tidak tahu harus riset, semua data dan fakta berguna untuk menyusun detil-detil yang membuat cerita kamu lebih hidup untuk pembaca.”

“Untuk itu harus mengakui, ‘Oh saya nggak tahu semuanya nih’, maka ada hal-hal yang harus kamu pelajari dan ketahui,” lanjut dia.

Tinggalkan Balasan

2 komentar