Surga yang Dicampakkan

Meraih surga adalah impian setiap orang. Tentunya sudah dijabarkan oleh berbagai Alim Ulama bagaimana cara meraih surga, bahkan berdasarkan tuntutan Al Qur’an dan Hadits pun sudah dinukilkan.

Itulah kenapa Al Qur’an diturunkan bagi orang yang berpikir, agar cukup akalnya untuk mempelajari Kemahakuasaan dan Hak prerogatif Allah.

Namun tidak sedikit yang salah kaprah hanya karena tidak maksimal menggunakan akalnya, sehingga untuk meraih surga lebih mengutamakan nafsunya.

Bahkan ada yang terang-terangan menempatkan dirinya sebagai mediator surga. Pada hal, masuk tidaknya seseorang ke surga tergantung Rahmat Allah, bukan semata karena amal dan ibadahnya.

Seperti kita ketahui, banyak orang yang sempit akalnya dalam memahami jalan ke surga, tidak memahami seperti apa mati sebagai syuhada yang dikehendaki Allah.

Ada yang rela mati dengan perantara bom bunuh diri atas nama Jihad Fisabilillah, pada kenyataannya mati yang demikian adalah mati dalam kesia-siaan karena tidak menggunakan akal sesuai fitrahnya.

Jalan ke surga yang sudah disediakan Allah dia abaikan hanya memenuhi keinginan nafsunya. Allah perintahkan untuk mencari surga dengan jalan yang benar, karena ketidaktahuannya dia lebih memilih jalan yang penuh kesia-siaan.

Niat ibadah semata karena Allah tentunya untuk jalan yang Allah Ridhoi, sementara bunuh diri bukanlah jalan yang Allah sukai.

Ada yang sanggup meninggalkan keluarganya yang menjadi amanah yang dititipkan Allah, semata hanya karena tergoda untuk meraih surga.

Itu semua karena ketidaktahuannya dan kesempitan akal yang tidak ingin mencari kebenaran ilmu dari yang diamalkan. Padahal, menjalankan amanah Allah dengan benar adalah bagian dari Jihad Fisabilillah. Itu semua karena minimnya pengetahuan, sehingga dengan mudah menerima doktrin sesat tanpa dicerna.

Inilah yang saya maksudkan dengan surga yang dicampakkan, jalan untuk meraih ke surga yang sesungguhnya malah dicampakkan, malah memilih jalan yang tidak diridhoi Allah. Itu semua karena lebih memilih bisikan syaitan ketimbang memegang petunjuk Allah.

Di dunia ini banyak iblis yang menyerupai manusia, dan itu sesuai dengan janji Iblis kepada Allah saat iblis diusir dari surga.

Di dunia iblis berusaha untuk terus menggoda manusia, maka tidak dipungkiri kalau iblis pun menyamar sebagai manusia untuk menyesatkan manusia. Hanya orang-orang yang beriman dan mau memaksimalkan akalnya yang tidak tergoda oleh iblis.

Kadang sudah susah membedakan mana yang iblis dan mana manusia, itu kalau tidak memaksimalkan penggunaan akal. Orang-orang yang sempurna menggunakan akalnya tentu lebih mudah membedakan mana iblis dan mana manusia.

Sesuatu yang out punya buruk pastilah hasil dari bisikan iblis. Sebaliknya, sesuatu yang out punya baik pastilah dari manusia yang mendapat petunjuk dari Allah. Untuk itulah makanya dianjurkan agar mencari guru mengaji yang jelas Sanadnya, yang memiliki cukup ilmu dan mengamalkan apa yang dia ajarkan.

Buat apa belajar pada seseorang yang tidak mengamalkan apa yang diajarkannya. Tidak satu kata dan perbuatan, akhlak juga perilakunya jauh dari sifat yang patut diteladani.

Jangan sampai jalan menuju ke surga yang seharusnya bisa diraih malah dicampakkan. Sementara yang bukan jalan menuju ke surga malah dilalui.

Sekarang ini semua orang bisa mendadak menjadi seorang ustad, tahu sedikit namun mampu meyakini banyak orang bahwa dia seorang ustad, maka dia langsung dinobatkan sebagai ustad.

Cukup bermodalkan atribut Islam, dan bisa mengkafirkan orang lain sesuka hatinya, seketika itu juga dia bisa dinobatkan sebagai ulama. Ini realitas kekinian yang tidak bisa dipungkiri, semakin populer namanya, maka semakin banyak diundang untuk ceramah agama.

Al Qur’an itu diturunkan untuk orang yang berpikir, maka dari itu fahamilah kandungan Al Qur’an dengan menggunakan akal dan pikiran. Maksimalkanlah akal yang dianugerahi Allah untuk memahami isi dunia ciptaan Allah, juga untuk mengenal Allah dengan cara yang baik.

Ajinatha

 

Tinggalkan Balasan