Kesempatan Langka yang Diberikan Pak Tjiptadinata

60 Tahun Pernikahan Pak Tjip

Sejak dulu, saya selalu mensyukuri sebuah kesempatan yang baik sebagai Nikmat-Nya. Seperti halnya, bersyukur diberi kesempatan merancang Sampul Buku karya Pak Tjip. Bagi saya ini adalah sebuah kesempatan yang langka.

Kenapa saya katakan kesempatan yang langka? Anda bisa bayangkan, dari sekian banyak buku yang sudah beliau terbitkan, diantaranya ada rancangan sampul buku karya saya.

Ini sebuah anugerah bagi saya, disaat menjelang peringatan 60 tahun pernikahan Pak Tjip dan Bunda Rose, saya bisa mengungkapkan perasaan ini dalam tulisan yang akan dimuat dalam buku 60 Tahun Pernikahan Pak Tjip.

Tulisan ini juga merupakan apresiasi saya terhadap dedikasi Pak Tjip dan Bunda Rose dalam dunia Literasi. Konsistensi pasangan penulis yang legendaris ini, patutlah saya apresiasi. Makanya, ketika saya diminta Pak Thamrin Dahlan merancang sampul buku Pak Tjip yang berjudul, “Saya Keturunan Tionghoa, Tapi Orang Indonesia “.

Itu buku yang pertama kali saya rancang sampulnya, dan saya kerjakan dengan penuh senang hati. Sampul buku tersebut saya kerjakan dengan serius, dari pemilihan foto ilustrasi untuk melengkapi rancangan, sampai pemilihan Font-nya. Kalau saya tidak salah ingat, Pak Tjip sempat bertanya pada saya, “Kenapa bapak sampai bikin sebagus itu sampul buku saya? “

Dengan lugas saya jawab, “Memang harus bagus Pak, karena ini harus spesial”. Beliau sangat berterima kasih atas keseriusan saya merancang sampul bukunya. Tidak lama setelah sampul buku yang pertama, Pak Tjip kembali mengirimkan buku berikutnya yang berjudul, “Bahagia Versi Tjiptadinata Effendi dan Roselina.”

Buku kedua ini lebih serius lagi saya kerjakan. Diam-diam saya membuka akun FB Pak Tjip untuk melihat dokumentasi foto-fotonya. Saya pilih foto terbaik yang ada dan saya ‘retouching’ agar menjadi lebih bagus. Dari foto-foto yang ada, ekspresinya semua terlihat bahagia. Maka tidak salah kalau saya pilih untuk ilustrasi desain sampul bukunya.

Jadi, Pak Tjip dan Bunda Rose itu memang selalu bahagia, dan itu terpancar wajah keduanya disaat kita ketemu. Tidak ada yang disembunyikan dari wajah keduanya, semua memang apa adanya. Inilah yang patut diteladani dari pasangan ini. Apa yang keduanya tuliskan di dalam tulisan, adalah apa yang keduanya alami, rasakan, dan sudah dijalani.

Melihat hasil rancangan sampul buku kedua ini, Pak Tjip sangat senang dan suka dengan visualnya. Beliau kaget melihat foto ilustrasi yang ada disimpulkan buku tersebut, dan beliau bertanya, “Kok fotonya jadi bagus Pak?”, saya mengaku pada beliau bahwa foto itu saya dapat dari laman FBnya dan saya sempurnakan.

Seperti yang saya katakan di atas, ini kesempatan yang langka bagi saya, maka saya harus merancang sambil buku Pak Tjip sebagus mungkin. Setidaknya, ada yang menjadi kenangan yang sangat berarti, dan ada kebanggaan tersendiri bagi saya bisa melakukan yang terbaik untuk Pak Tjip.

Pak Tjip dan Bunda Rose adalah pasangan penulis yang sangat spesial. Kesetiaan keduanya pada apa yang dicintai, begitu sangat diagungkan. Termasuklah dunia literasi, seakan dunia di mana keduanya bisa mengeksplorasi pikiran dan pengetahuannya.

Begitu banyak pikiran positif yang keduanya bagikan kepada pembaca, dan tidak sedikit pula yang mendapatkan pencerahan dari tulisan-tulisan dan buku-buku yang sudah diterbitkan kedua pasangan penulis yang legendaris ini.

Memang benarlah kalau dikatakan, “Ilmu yang terus dibagikan dan bermanfaat bagi orang banyak, maka akan terus bertambah, dan tidak akan pernah habis.” Dan ini sudah dibuktikan oleh Pak Tjip dan Bunda Rose, seakan-akan energi keduanya diusia yang sudah lanjut sekarang ini, tidak pernah habis.

Semoga Tuhan Senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan pada Pak Tjip dan Bunda Rose, agar senantiasa bisa terus memberikan manfaat ilmu yang dimiliki bagi banyak orang. Aamiin.