Sang Pemalas

Humaniora, YPTD146 Dilihat

Saya Paling tidak suka mendapat julukan “Sang Pemalas,” yang waktu hidupnya hanya diisi dengan berkeluh kesah tanpa mau berpeluh, tanpa mau bersusah payah menjemput takdir. Dia berpikir takdir baik akan datang begitu saja berkat kemurahan Sang Pencipta.

Kalau saja isi dunia ini hanya Sang Pemalas, maka perubahan tidak akan pernah terjadi. Semua menunggu dan mengutuki nasib, dan menyalahkan keadaan. Padahal seisi dunia ini harus terus bergerak, berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Anda bisa bayangkan jika sebuah negara hanya diisi oleh Sang Pemalas, maka tidak ada yang melahirkan kebudayaan, tidak ada yang menciptakan tekhnologi, dan seluruh penduduknya terbelakang karena tidak berkembang secara ilmu pengetahuan, hanya berkembang biak mempercantik keturunan, tanpa pernah berpikir untuk mendidiknya dengan ilmu pengetahuan, tekhnologi Dan kebudayaan.

Sungguh tidak nyaman berada dilingkungan orang-orang yang dicap sebagai Sang Pemalas, karena setiap waktunya hanya diisi dengan mengeluh tentang keadaan, tidak pernah ingin berpeluh untuk mengubah keadaan. Orang-orang seperti ini biasanya sudah mati akal karena kemalasan.

Mereka tidak pernah mau berusaha melawan kemalasan. Padahal secara kehidupan pun tidaklah berpunya, bahkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja tidak mencukupi. Tapi karena sudah mati akal, maka seluruh waktunya hanya menyalahkan keadaan, tanpa pernah mau berusaha untuk menaklukkan keadaan tersebut.

Orang-orang seperti ini biasanya sangat menikmati keriuhan situasi Politik. Karena sebagai Tim hore mereka mendapatkan penghasilan, tanpa perlu berpeluh, cukup pasang badan uang datang.

Tapi mereka bisa bersuara keras tentang buruknya keadaan, dan mereka berada dibarisan terdepan untuk menyalahkan keadaan, tanpa pernah mau berpikir bahwa mereka punya andil dalam memperbaiki keadaan.

Pada negara-negara maju, hampir rata-rata penduduknya termotivasi untuk turut serta memperbaiki keadaan, dengan Cara meningkatkan skill dibidang masing-masing, dan mengambil peranannya sendiri untuk mengubah keadaan.

Kalaupun Ada Sang Pemalas, tapi prosentasenya tidaklah banyak. Karena mereka Juga sudah dibekali pendidikan yang mumpuni, yang sesuai target hidup masing-masing.

Hidup hanya diisi dengan mengeluh tanpa pernah mau berpeluh, tidak akan mengubah apa-apa. Hanya seperti pungguk yang merindukan bulan.

Tinggalkan Balasan

2 komentar