Coretan Tanpa Bekas
Berburu Mixue
Oleh: Arfianto Wisnugroho
Hari yang begitu terik, panasnya sampai ke ubun-ubun saat berjalan melewati lapangan. Panas parkiran itu mungkin tidak seperti panas di lapangan. Tetapi jika terlalu lama berada di sana, cahaya matahari akan membakar kulit. Terlalu bahaya bagi kesehatan kalau berlama-lama. Melintas melewati pusat tempat tersebut saja membutuhkan perjuangan. Apalagi umur sudah mendekati setengah abad. Lima menit saja merupakan waktu yang berat untuk berada di bawah sinar matahari langsung. Namun yang namanya hobi, samudera saja pasti akan diseberangi.
Mungkin seperti itulah perumpamaan untuk orang seperti Mas Eko, salah satu kakak angkatan mas Nyentrik saat kuliah. Usia mas Eko mungkin beberapa tahun lebih tua dari mas Nyentrik. meski demikian ia memiliki masa studi yang lebih lama dari mas Nyentrik. Maklum saja, hampir setiap hari mas Eko bergelut dengan yang namanya nada. Kalau sudah berbicara nada, kemungkinan akan merambah ke partitur, lirik, dan teman-temannya. Karena itulah Mas Eko memilih masuk organisasi Marching Band saat kuliah. Tentu saja dengan menjadi anggota organisasi tersebut ia dapat menyalurkan hobinya bermusik. Meski itu menjadi salah satu penyebab mas Eko memiliki waktu lulus yang lebih lama. Hampir setiap ada wisuda ia memberikan selamat pada teman atau adik angkatan.
Tetapi hari itu ia tidak bermaksud memberikan selamat pada teman atau adik angkatan yang sedang wisuda. Melainkan ia sedang terburu-buru berlari menuju Gedung Olah Raga (GOR) di kampus. Takut ketinggalan acara, ia mengambil jalan pintas, yakni jalan yang secara waktu lebih cepat dari jalan biasa. Tetapi kalau melihat dari segi kesehatan mungkin agak kurang menguntungkan baginya. Jelas saja sekali kalau di lapangan hanya ada mobil yang oleh juru parkir sengaja diarahkan kesana. Sedangkan jalan yang biasa rasanya sangat teduh karena kanopi yang ada. Dimana kebanyakan orang saat akan ke GOR pasti akan melewatinya.
Sampai di GOR mas Eko langsung memesan tiket lomba Drum Band cilik yang diadakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Marching Band. Bagi Mas Eko kegiatan seperti ini akan mengenang saat ia menjadi mahasiswa. Dulu ia sering terlibat dalam kepanitiaan lomba Drum Band untuk anak usia Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Oleh sebab itu melihat perlombaan serupa merupakan sesuatu yang membahagiaan. Terlebih saat itu anaknya sedang bergabung dalam salah satu grup Marching Band tingkat TK. Tentu kedua alasan tersebut merupakan suatu alasan yang kuat bagi mas Eko untuk melihat perlombaan. Namun ada satu hal lagi yang membuat dia menjadi lebih semangat. Yakni janji ia kepada anaknya tersebut untuk membeli Ice Cream yang sedang viral saat itu. Janji tersebut berlaku jika grup drum band anaknya memperoleh juara.
Janji yang unik mas Eko pada anaknya tersebut bukan karena keinginan saja, tetapi karena pembicaraan Ice Cream viral tersebut. Terkenalnya Ice Cream tersebut membuat para fans tergerak menikmatinya. Seperti yang terjadi pada anak-anak TK di tempat anak mas Eko sekolah. Pertama kali mas Eko mendengar kata Ice Cream terkenal tersebut saat menjemput anaknya pulang sekolah. Tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah, tetapi anak mas Eko terus membicarakan Ice Cream tersebut.saat di rumah. Karena penasaran, mas Nyentrik memastikan keadaan di sekolah. Ternyata memang benar, hampir seluruh anak TK disana tahu tentang Ice Cream viral tersebut. Karena itulah mas Eko berjanji untuk membeli Ice Cream tersebut dengan anaknya ketika pulang sekolah.
Selesai perlombaan, mas Eko mengajak anaknya mencari Ice Cream Terkenal yang sedang naik daun tersebut. Tidak peduli marching band siapa yang menang, mas Eko tetap mengajak anaknya mencari Ice Cream tersebut. Meski sebenarnya mas Eko tahu kelompok Marching Band mana yang kemungkinan memperoleh juara. Meski demikian mas Eko mencari gerai Ice Cream yang terkenal tersebut. Setelah mencari di berbagai jenis keramaian mas Eko belum menemukan kedai yang dimaksud. Hingga akhirnya mereka bertemu seseorang yang membawa gelas plastik dengan tulisan berwarna hitam dan tutup botol berwarna pink.
“Oh ini dia yang kami cari..!” Kata mas Eko pada anaknya.
Setelah bertanya pada anak tersebut mas Eko dan anaknya langsung menuju kedai di di rumah yang mereka pahami. Akhirnya mereka sampai ke gerai yang dimaksud. Sebuah tulisan besar terpampang di atas took, “ Mixue.” Mas eko begitu senang karena ia berhasil membawa anaknya ke tempat tersebut. Dengan cepat ia memesan dalam dua macam rasa. Ketika Ice Cream Mixue sudah berada di depannya tiba-tiba mas Nyentrik datang.
“Mas.. Mas Eko… Ayo kita foto!” Ucap mas Nyentrik yang menyadarkan mas Eko dari lamunannya.
“Oh..i.. i.. iya, iya.. ayo kita foto.” Balas Mas Eko dengan terbata-bata sambil merapikan Toga yang ia kenakan.
Dalam hati mas Eko berkata, “Mungkin itu lima tahun atau sepuluh tahun lagi, kalau Ice Cream yang itu masih ada.”
Komentar