REFLEKSI

                    Diri  dan  jiwaku  berjalan…terus  berjalan Menyusuri  detik demi  detik, menit  demi  menit, dari  jam  ke  jam Dengan  tugas  nan  maha 

RUAH  KEHIDUPAN

Disamping gua  Bunda  Maria Kujadikan  mezbah kemesraan  meditasiku Disitu  aku  dapat  menatap  Bunda, yang  berdiri  tegak  dalam  ketegaran Membagi  kasihnya Bunda  yang  hari  ini  diperingati  pestanya Dimuliakan, diangkat  kesurga Memeteraikan 

KULIHAT  TANAH  SUCI

  Tak  pernah  kubayangkan  aku  menginjakkan  kakiku  ditempat  ini Mesti hanya  merupakan  kerinduan  hati, yang  terus  menanti Aku  sadar  akan  keberadaanku  sebagai  biarawati, Tak  mungkin  aku  pergi, tanpa  restu  pimpinan 

Vaksin  Rahmat

Insan  meronta, mengapa  wabah  ini  belum  purna Terdengar semakin  merajalela  menumbangkan  setiap  manusia Kita  dibuat  lumpuh, runduk  dalam kebijakkan  alam Yang  lama  dirusak  dan  dikeruk  membabi  buta.   Tuhan  punya 

Tatapan  Bermakna

  Tatkala  aku  datang Wajah  musim rontok  masih  tersisa. Membius  rasa, yang  tak  pernah  kujumpai  di  Indonesia Semua  pohon  kering kerontang Rasa  garing  yang  menggarang… Apakah  saya  belum  merasa  kerasan

Lima  Sila  satu  Jiwa

Lima  Sila  satu  Jiwa Pujangga  Nusantara samadi  bertapa Mengolah  rasa  menjadi  karsa Mencari  makna  di situasi  tata  negara Dari  mulanya  nusantara  sudah  berbhineka Guyup  rukun  gotong  royong  , damai, bersatu 

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.