KMAC 25. Tantangan Guru di Era Society 5.0
Penulis : Theresia Martini, S.Ag., M.M
Bersama seorang sahabat, penulis sejenak melakukan aktivitas di luar ruangan sekadar untuk meghilangkan kepenatan dan kebosanan setelah beberapa hari berada dalam ruangan.
Kesempatan yang tidak begitu banyak tersebut, digunakan penulis bersama seorang sahabat untuk bermain di salah satu tempat Ikonik Yogyakarta, yaitu Malioboro
Cuaca yang begitu terik membuat penulis tidak betah untuk berlama-lama di luar ruangan sehingga, mengajak sahabat untuk segera kembali ke penginapan.
Seperti pantun gayung bersambut, sahabat penulis juga merasakan ketidaknyaman seperti yang dirasakan oleh penulis.
Kami berdua sepakat untuk pulang, karena cuaca yang sangat tidak bersahabat membuat penulis merasa lebih nyaman berada di dalam suatu ruangan.
Setibanya di kamar, penulis membersihkan diri dan setelah itu membaringkan tubuh sejenak melepas lelah dari sebuah perjalanan singkat di luar penginapan tadi.
Cuaca yang tidak bersahabat, seakan telah menghisap seluruh energi tubuh penulis, sehingga terasa sangat lelah.
Seperti biasa, sesempit apapun waktu yang dimiliki, penulis tetap mencoba menulis sebuah artikel terkait tantangan menulis selama 40 hari di YPTD.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengupas tentang bagaimana tantangan yang dihadapi oleh guru di era society 5.0 saat ini.
Sebelum melihat bagaimana tantangan para guru tersebut, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu era society 5.0.
Dari penelusuran bersama Mbah Google penulis menyimpulkan bahwa Society 5.0 merupakan sebuah konsep di mana manusia berkolaborasi dengan teknologi (AI, IoT, dan sebagainya) dalam menyelesaikan masalah sosial untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Baca: society-5-0-definisi-dan-tujuannya-diterapkan-dalam-kehidupan-manusia
Dijelaskan bahwa era society 5.0 merupakan konsep yang diusung oleh pemerintah Jepang yang bertujuan menciptakan masyarakat cerdas dan berkelanjutan terintegrasi antara teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Society 5.0 memiliki fokus pada pengembangan teknologi yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan sosial, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan transportasi.
Society 5.0 juga mengedepankan penggunaan teknologi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan produktif bagi masyarakat.
Peranan dunia Pendidikan memiliki tanggung jawab secara penuh untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam menghadapi masa depan.
Baca: pendidikan-di-era-society-5-0
Dalam konteks Society 5.0, diharapkan melalui pendidikan dapat mempersiapkan generasi untuk memiliki kemampuan agar dapat menghadapi tantangan di masa depan dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah sosial yang kompleks.
Dijelaskan bahwa beberapa kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi era ini adalah bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan konsep berpikir kritis, berpikir kreatif, bisa bekerja sama dengan orang lain, memiliki kecerdasan emosional, tidak ceroboh dalam mengambil keputusan.
Sementara itu konsep pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk menghadapinya, seperti inquiry learning, discovery learning, project based learning, problem based learning, untuk menstimulus peserta didik agar dapat berpikir lebih kritis lagi dan kreatif.
Pengembangan profesi pendidik di era society 5.0 ini menuntut pendidik untuk lebih kreatif, inovatif, produktif, adaptif dan juga kompetitif untuk menjawab tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan beragam inovasi dan teknologi atau juga bisa diartikan bahwa seorang pendidik dituntut untuk dapat memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis dan kreatif (4C). Apa itu 4C?
Baca: menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50
Era society 5.0 mengajak para guru untuk melakukan perubahan dalam pelaksanaan proses cara kita belajar dan mengajar, di mana teknologi menjadi pusatnya.
Perkembangan teknologi ini diharapkan dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan efisien.
Menghadapi perkembangan teknologi ini, “Bagaimanakah kita para guru yang kebanyakan masih berasal dari generasi Baby Boomers? Apakah sudah siap? Bagaimana, jika ternyata belum siap? Apakah yang harus kita lakukan? Berdiam diri atau menyerah dengan mengajukan pengunduran diri alias pensiun dini?” Akkhhh …. tralalaa sekali semua ini …
“Bagaimana, bapak ibu guru sekalian, menyesalkah saat ini kita terlahir sebagai seorang guru?’
“Jangan Takut, Percayalah, Kita Pasti Bisa!!!”
Yogyakarta, 07 Maret 2023