SURAT BUAT MAMA EDY PANGLIPURING TYAS, SEMANGAT DALAM SEMANGKUK SOTO AYAM
Ytk. Mama
Mama sayang, satu tahun sudah sejak Mama menghembuskan nafas terakhir di depanku. Masih tak percaya rasanya bila di pagi 4 Mei 2021 yang lalu, mentari pagi tak lagi menyentuh hangat kebersamaan raga Mama. Doa permohonan untuk kesembuhan Mama menjadi doa kita yang terakhir, yang mengantarkan Mama pulang ke rumah Bapa di surga. Rumah yang Mama rindukan selama ini.
Dan malam ini, hembusan angin sepoi meniupkan kerinduan hati pada Mama. Dalam perjalanan pulang dari rumah Donomulyo ke rumah Pare, Fea ingin bermain bianglala di alun-alun Batu. Tentu saja rute perjalanan yang biasanya melalui Kota Blitar, beralih melalui Kota Malang. Kota yang menjadi saksi bisu hari-hari terakhir perjuangan Mama.
Melewati jalan di belakang Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang, perjalanan kami terhenti di sebuah Rumah Makan yang menjajakan menu utama Soto Ayam dengan varian menu isiannya. Ada telur ayam, daging ayam, paha ayam, sayap ayam, jeroan ayam dan kulit ayam. Dan varian minuman yang melengkapi hidangan utama juga beraneka ragam. Ada es teh / teh hangat, es jeruk / jeruk hangat, es soda gembira, aneka macam jus buah, wedang jahe, es susu / susu hangat dan kopi. Aneka macam kerupuk dan keripik pun turut meramaikan sudut-sudut meja makan disana.
Ma, aku ingat, Rumah Makan ini adalah tempat favorit Mama seusai menjalani medical check-up dan juga rangkaian kemoterapi di Rumah Sakit Syaiful Anwar. Setelah perjuangan panjang yang bergandengan tangan dengan kesabaran hati, menikmati Soto Ayam ini adalah menu istimewa yang membahagiakan. Kuahnya yang kental dengan rasa kaldu ayam, irisan kubis dan daun bawang, suwiran daging ayamnya yang banyak dan irisan telurnya, menemani nasi hingga tandas tak bersisa.
Aku tersenyum ketika kenangan masa lalu menyeretku untuk kembali mengingat, betapa lahapnya Mama setiap kali menyantap soto ayam ini sampai pada tetes kuah terakhir. Selesai masa berobat yang menyita waktu panjang nan melelahkan, maka semangkuk soto ayam menjadi obat yang mujarab. Ada semangat di dalam tiap mangkuk soto ayam. Semangat untuk tetap menjalani proses pengobatan yang hasilnya tak bisa diprediksi, semangat untuk menjalani hari-hari di sela-sela jadwal kontrol ke Rumah Sakit dan semangat untuk tetap merawat harapan atas hadirnya muzizat Tuhan. Sungguh Ma, aku bersyukur menyaksikan sendiri teladan semangat Mama hingga akhir hayat dikandung badan.
Semangkuk soto ayam yang malam ini menjadi pilihan menu dinner. Hanya saja bedanya malam ini aku ditemani Christy dan Fea, cucu-cucu cantik Mama. Mereka tampak bersemangat juga menikmati hidangan semangkuk soto ayam dengan ditemani segelas es jeruk.
“Enak banget deh. Perutku sampai kenyang rasanya…” puji Fea selepas menghabiskan semangkuk soto ayam. Bahkan gadis cilik 9 tahun itu bisa menghabiskan porsi dewasa. Semangat makannya seperti semangat Mama ya, hahaha…
Ma, perjalanan pulang malam inipun lagi-lagi mengurai cerita di sepanjang jalan kenangan satu setengah tahun yang lalu. Perjalanan pulang pergi Pare – Malang dengan diiringi lagu “Kisah Cintaku” yang setia menemani. Suara Ariel yang terekam dalam flasdisk tak henti mengalun dan diputar ulang. Seandainya tak ada tekhnologi, bisa serak suara Ariel dipaksa menyanyi lagu daur ulang ini berulang-ulang selama 2 jam lebih. Hehehe…
“Di malam yang sesunyi ini
Aku sendiri tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari
Dia telah pergi tinggalkan diriku
Adakah semua ‘kan terulang
Kisah cintaku yang seperti dulu
Hanya dirimu yang kucinta dan kukenang
Di dalam hatiku tak ‘kan pernah hilang
Bayangan dirimu untuk selamanya
Mengapa terjadi kepada dirimu
Aku tak percaya kau telah tiada
Haruskah ku pergi tinggalkan dunia
Agar aku dapat berjumpa denganmu
Ma, aku masih tak percaya Mama telah tiada. Rasa rindu yang membuncah ini selalu menghadirkan kenangan kebersamaan yang memberikan semangat untuk terus menapaki perjalanan kehidupan. Mama adalah mama yang selalu bersemangat dan terkeren buatku.
Love u always,
Dewi