(Sumber ilustrasi: https://www.goodnewsfromindonesia.id/)

 

Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM

Hidup terus berputar. Meski yang namanya waktu baru sedetik berlalu, namun sudah banyak perubahan yang barangkali terjadi di sana-sini, tanpa dapat kita amati secara rinci. Itulah hidup dan kehidupan, dan di setiap detiknya selalu membawa makna dan perubahan yang menjadi tanda keniscayaan sekaligus ketidakabadian.

Demikian pula dengan aktivitas menulis yang sudah saya jalani selama ini. Saya pribadi tidak pernah dapat memprediksi secara pasti, berapa tulisan yang akan saya hasilkan dalam sehari, seminggu, sebulan, atau setahun.

Tentu indah kedengarannya bilamana kita selalu dapat konsisten untuk terus-menerus menulis. Menulis tentang apa saja yang sedang kita pikirkan dalam angan dan benak kita. Menulis dengan berbagai cara yang mampu kita lakukan untuk mewujudkannya.

Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap penulis di belahan di dunia ini mempunyai tujuannya masing-masing. Tujuan yang pada hakekatnya tidak selalu harus seragam untuk menjawab sebuah pertanyaan sederhana, “Kapan saya akan berhenti menulis?”.

Dan bila pertanyaan tersebut dikaitkan dengan Lomba Menulis PGRI Bulan Februari 2021 ini, maka akan lahir pertanyaan yang lebih spesifik atau khusus sifatnya, “Apakah setelah Lomba Menulis PGRI Bulan Februari 2021 ini berakhir saya akan berhenti menulis?”

Pertanyaan itu mungkin terkesan sederhana dan biasa saja. Barangkali di antara pembaca tulisan ini mungkin akan berpendapat bahwa pertanyaan tersebut tidak menarik untuk dipertanyakan. Dipertanyakan saja tidak menarik, apalagi dibahas lebih lanjut dalam sebuah judul tulisan. “Nggak, banget, deh!”

Seorang filsuf Perancis yang ternama yaitu Descartes pernah berujar demikian, “Cogito ergo sum” yang bermakna “Saya berpikir maka saya ada.” Tentu jika dianalogikan dengan aktivitas menulis, pepatah digdaya ini pun akan menemukan maknanya yang lebih mendalam.

Seorang penulis akan dikenal melalui tulisan-tulisannya. Pun orang-orang mengakui eksistensinya berdasarkan tulisan-tulisan yang pernah dibuatnya atau terus-menerus dibuatnya di masa sekarang ini.

Pendapat yang mendukung argumen ini pernah disampaikan oleh salah satu penulis legendaris Indonesia yang kepiawaiannya pun diakui dunia. Dialah Eyang Pramoedya Ananta Toer yang selalu diidentikkan dengan tetralogi “Bumi Manusia” yang tersohor itu!

Konon menurut Ayah saya, Eyang Pram ini sebenarnya masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarga besar kami di Blora, Jawa Tengah. Tentu salah satu kata mutiara Eyang Pram yang satu ini begitu terkenal dan banyak kali dikutip orang-orang dalam tulisan mereka, “Orang boleh pandai setinggi langit, selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Lalu bagaimana dengan judul tulisan saya kali ini: “Kapan saya akan berhenti menulis?” Barangkali saya akan menjawabnya pada tulisan saya yang terakhir nanti. Dan saya pun tidak tahu kapan tulisan terakhir itu akan saya buat?!

Sebenarnya setiap penulis berhak mempunyai persepsi yang beraneka ragam dengan dunia kepenulisan, dan itu sah-sah saja! Saya pribadi berpendapat bahwa menulis adalah jalan untuk mengenal sesama dan semesta. Melalui aktivitas menulis, secara ajaib saya bisa terhubung atau terkoneksi dengan para pembaca tulisan-tulisan saya di manapun mereka berada.

Berkat aktivitas menulis yang saya tekuni, saya mendapatkan anugerah berupa wahana untuk berkenalan dengan banyak orang di belahan dunia ini; dan banyak dari mereka adalah juga para penulis dengan berbagai tingkat dan kemampuan yang beraneka ragam.

Saat memutuskan diri untuk menenekuni dunia menulis, saya pribadi sejak awal tidak mau terlampau pusing memikirkan sekaligus menghitung-hitung jumlah pembaca dari setiap tulisan yang pernah saya buat.

Manakala sebuah judul tulisan berhasil saya rampungkan, maka saya pun merasa “lega” dan “bahagia”. Setidaknya perasaan puas akhirnya membuncah dan mengisi rongga dada saya dengan kebahagiaan yang tak selalu bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Sejak dahulu saya berkeyakinan bahwa, “Menulis akan menghantarkan kita menuju pada jalan-jalan yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Jalan-jalan ajaib yang penuh kejutan berikut aneka macam kisah unik di dalamnya.”

Dan keyakinan tersebut sungguh saya alami kebenarannya manakala beberapa buku telah saya hasilkan, baik sebagai penulis tunggal maupun berkelompok dalam sebuah tim. Apakah kemudian saya merasa puas dan berhenti menulis?

Jawabannya sudah pasti, “Saya belum puas dan saya akan terus menulis!”

Banjarmasin, 1 Februari 2021

Tinggalkan Balasan

1 komentar