Oleh: Dionisius Agus Puguh Santosa, SE, MM
Dalam artikel sebelumnya telah saya paparkan bahwa setiap penulis tentu pernah memiliki kerinduan untuk menjadi juara dalam sebuah kompetisi, lomba, dan beragam ajang kejuaraan menulis yang diikutinya.
Ada baiknya bila aktivitas menulis yang kita lakukan sekarang ini tidak sekedar kita tujukan untuk meraih juara kompetisi, lomba, atau sejenisnya. Namun akan menjadi lebih baik bila kita mencoba memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang lebih jauh dari aktivitas menulis yang mulai atau sudah kita geluti selama ini.
Dalam tulisan sebelumnya, telah saya jelaskan 2 strategi jitu dari 5 strategi yang harus kita miliki untuk memperbaiki motivasi diri dalam aktivitas menulis sehari-hari.
Berikut ini saya kemukakan 3 strategi jitu lainnya untuk menjawab rasa penasaran Anda yang belum terpuaskan saat menyimak tulisan sebelumnya (bagian 1):
Strategi 3: Menulis Secara Berbeda
Menulis secara berbeda, mengapa harus demikian? Sebagai ilustrasi sederhana, apa yang akan terbayang di benak Anda bila membaca sejumlah berita dari beberapa media berbeda yang sama-sama menyoroti sebuah topik atau kejadian yang sedang menjadi buah bibir masyarakat? Bagaimana rasanya membaca isi berita yang tampak seragam satu sama lain?
Salah satu perasaan yang akan Anda alami adalah bosan! Selanjutnya Anda akan mengemukakan komentar-komentar berikutnya, misalnya: “Beritanya seragam, informasinya sama saja, penulis beritanya kurang kreatif, pembuat beritanya tidak mau bersusah payah menuliskan yang berbeda, dan seterusnya…”
Nah, sampai di sini Anda tentu akan mulai memahami judul kecil di atas beserta alasannya, mengapa kita sebaiknya menulis secara berbeda.
Menulis secara berbeda berarti menuntut kita untuk menuliskan segala sesuatunya dengan melihat sudut pandang berbeda dibanding apa yang dilihat oleh penulis lainnya. Melihat dari sudut pandang berbeda menghendaki kreativitas berpikir sekaligus daya imajinasi yang tak terbatas.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk mempraktikkannya dalam dunia kepenulisan yang sesungguhnya. Karena sudah barang tentu akan hadir sederet godaan yang menyatakan bahwa “menulis secara seragam” akan menjadi pilihan paling mudah untuk dilakukan.
Strategi 4: Menulislah dengan Mental Juara
Dalam Memegang prinsip kuat bahwa profesi menulis harus dihidupi dengan mental juara adalah sebuah keniscayaan! Keniscayaan yang mampu meyakinkan setiap orang bahwa mental juara inilah yang nantinya akan menjadikan seorang penulis “pemenang” di hati para penggemar tulisannya.
Menulis dengan mental juara akan tetap menguatkan hati dan tekad kita untuk terus menulis dan menulis, apapun hasilnya kemudian. Sebuah tulisan bisa saja menjadi biasa-biasa saja atau luar biasa bagi para pembacanya. Dan kenyataan ini tak selalu dapat ditentukan oleh si pembuat tulisan tersebut.
Sebagian penulis malah terkadang tidak pernah menyangka bahwa salah satu atau beberapa tulisannya akan mendapatkan apresiasi di luar ekspektasinya semula. Dan memang demikianlah segala kemungkinan dan peluang yang dapat terjadi di lapangan. Jika belum percaya dengan argumen ini, Anda dapat membuktikannya dan Anda akan mengalaminya di suatu ketika.
Strategi 5: Menulis dan Puaskan Diri
Prinsip yang kelima ini menghendaki agar kita menjadi “puas” terhadap diri sendiri atas prestasi menulis yang sudah kita capai selama ini. Dalam situasi ini tidak terlampau penting seperti apa bentuk atau isi tulisan yang sudah kita hasilkan sebelumnya.
Sebab tak jarang akibat terlampau memikirkan tulisan-tulisan yang pernah kita buat, kita menjadi kehilangan semangat untuk menulis di masa-masa selanjutnya. Padahal menjaga nyala semangat kita untuk terus menulis mutlak untuk kita perjuangkan secara terus-menerus!
Apabila dari diri kita sendiri tidak komitmen dan niat demikian, maka sudah dapat dipastikan bahwa lambat laun kita sendirilah yang akan mengakhiri karir untuk menjadi seorang penulis. Dan untuk menjaga komitmen dan niat ini seringkali terasa “lebih sulit” dibandingkan saat-saat awal kita membangunnya.
Demikianlah 3 strategi jitu melengkapi 2 strategi jitu pada tulisan sebelumnya, yang harus kita miliki untuk memperbaiki motivasi diri dalam aktivitas menulis sehari-hari.
Dalam dunia kepenulisan memang tidak ada yang sifatnya instan karena semua harus berproses pada jalurnya masing-masing. Jika pun aktivitas menulis pada awalnya kita lakukan dengan motivasi untuk menjuarai suatu kompetisi atau lomba, maka dalam perjalanan selanjutnya kita masih selalu mempunyai kesempatan untuk memperbaiki atau meluruskan “motivasi awal” ini. Sehingga pada akhirnya kita semua akan mengalami situasi di mana menulis menjadi sebuah kebutuhan yang memang sangat nikmat jika mampu kita penuhi. Semoga!
Banjarmasin, 11 Februari 2021