“Kekuasaan itu seumur laron,”
demikian ucap Kakek kepadaku di suatu waktu
“Iya Cu, kekuasaan itu hanya seumur laron, tidak lebih!”
kata Kakek lagi menegaskan wejangannya.
Dalam hati aku bertanya-tanya,
mengapa ada orang yang berkuasa bertahun-tahun?
Apakah wejangan Kakek itu salah?
Bukanlah laron hanya hidup semalam saja,
dan esok harinya sudah menjemput takdirnya?
“Laron memang hidupnya sesaat, Cu!”
seru Kakek lirih kala itu
“Laron terbang di saat malam, mencari cahaya
yang dirindukannya, lalu keesokan harinya mati binasa.”
seru Kakek dalam ungkapan yang sedih dan pedih.
Lama kurenungkan wejangan Kakek itu,
mencari maknanya di setiap malam bulan purnama
atau ketika gelap datang berhias ribuan bintang di angkasa.
“Kekuasaan itu seumur laron,”
kembali wejangan Kakek terngiang di telingaku.
Hingga di suatu ketika aku menyadari,
makna “seumur laron” ternyata mewakili yang “tak abadi”.
Sebuah filosofi yang hendak mengajarkan,
bahwa kekuasaan yang dipercayakan kepada kita,
tak seharusnya kita banggakan begitu rupa!
Jangan pernah membedakan orang,
apalagi mengungkit SARA!
Cukup setiap malam kita syukuri,
sambil bertelut memohon petunjuk Gusti Kang Murbeng Dumadi
Agar kekuasaan yang dipinjamkan-Nya kepada kita,
membawa kemaslahatan untuk sesama.
Dan cukup kuingat wejangan Kakek kala itu,
“Kekuasaan itu seumur laron.”
Jadi tetaplah rendah hati dan sederhana!
Banjarmasin, 3 Mei 2020
Catatan istilah :
– Gusti Kang Murbeng Dumadi = Tuhan yang menetukan nasib kehidupan manusia
– wejangan = nasihat dari orang yang lebih tua
– kemaslahatan = membawa manfaat, kebaikan, kegunaan
Sudah pernah tayang di Kompasiana di alamat: