Rahasia Cerpen para Juara

Hari ini saya menghabiskan waktu untuk membaca beberapa karya para pemenang Lomba Menulis Cerpen Batch 2 yang diselenggarakan oleh LiterasiBangsa.

Dari karya para pemenang lomba, saya menemukan beberapa kesamaan. Selain konflik yang unik serta ending tak terduga, karya mereka juga bernas dengan diksi-diksi yang kuat.

Beberapa bahkan ada yang mengenalkan bahasa-bahasa daerah atau istilah yang tidak umum sehingga membuat wawasan pembaca bertambah.

Perhatikan beberapa kalimat berikut :

  • Tumenggung Tjipto tak mau gegabah, sebab apabila pengapesan itu tak benar, berarti ia hanya akan dipermalukan untuk kedua kali. (Pengapesan = hal yang dapat mencelakai seseorang dengan kemampuan tertentu)
  • Demang Sukayana kerap melakukan puasa laku, empat puluh hari penuh. (puasa laku = amalan yang dijalankan guna mencapai tujuan tertentu)
  • Ia kembali melakukan pekerjaannya, mengantarkan pesanan gereh Bu Fatimah. (gereh = ikan asin, Bhs. Jawa)

Kunci lainnya yang saya temukan dari para juara cerpen adalah penggunaan majas. Jika diamati, metafora dan personifikasi merupakan dua majas yang sangat sering digunakan para juara cerpen. Tak salah memang, karena pakar linguistik pun menobatkan majas metafora sebagai “ratu”-nya majas.

Mungkin Anda pernah membaca “Raja siang sudah menampakkan diri” (raja siang = matahari). Atau “Tikus berdasi itu akhirnya mendapat karma” (tikus berdasi = koruptor). Keduanya merupakan contoh dari majas metafora.

Adapun penggunaan majas personifikasi, yang saya rasakan mampu membuat suatu cerpen menjadi “lebih hidup”. Perhatikan kalimat pembuka dari cerpen berjudul “Peluru Emas dan Nyi Pethak” karya Panji Sukma berikut :

Dipan jati yang beberapa saat lalu mengaduh-aduh, kini sunyi dan dingin.”

Nah, sejak kapan dipan jati yang merupakan benda mati bisa mengaduh-aduh? Tapi itulah uniknya majas personifikasi yang membuat benda mati seolah-olah hidup.

Bandingkan jika kalimatnya hanya ditulis “Dipan jati yang beberapa saat lalu berbunyi, kini berhenti”. Saya yakin Anda akan lebih senang membaca kalimat pertama dengan penggunaan majas personifikasi.

Contoh lain dari keindahan penggunaan majas personifikasi dimunculkan pula dalam cerpen Aisyiah berjudul Lelaki Pemanggul Beras. “Ketika kamu kembali membungkuk lebih dalam, keringatmu terjun bebas menuju aspal.”

Selain membaca cerpen para juara, saya juga menyimak video tantang Tips Jitu Menang Lomba Cerpen di kanal YouTube Jendela Puspita. Dalam video berdurasi 10 menit 13 detik tersebut, Kak Siska (founder Jendela Puspita) menyampaikan 9 tips jitunya agar naskah lolos dalam lomba cerpen.

9 Tips Jitu Menang Lomba Cerpen ala Jendela Puspita :

  1. Kesesuaian tema. Pastikan naskah sesuai tema lomba. Jika tema lomba bersifat umum, kita bisa membuat tema yang lebih spesifik. Misal tema lombanya Corona, kita bisa menulis konflik dengan mengangkat tema tentang dampak ekonominya, tentang dokter yang menangani coronanya, dsb.
  2. Alur atau plot cerita. Banyak yang mengartikan plot sebagai jalan cerita. Padahal keduanya berbeda. Misal, raja mati adalah jalan cerita. Sedangkan raja mati karena sakit adalah plot. Plot menurut Jendela Puspita lebih kepada sebab-akibat sehingga menghasilkan kesimpulan. Pastikan rangkaian peristiwanya logis. Tidak ada gap. Khusus untuk cerpen, pastikan alurnya tunggal (tidak bercabang). Bagian awal harus menggiring pembaca menuju konflik/klimaks kemudian diakhiri dengan penyelesaian atau penutup dengan ending yang diserahkan kepada penulis.
  3. Tokoh dan penokohan. Meski cerpen terbatas ruang kata, bukan berarti tokoh yang ada hanya dimunculkan dalam nama. Penokohan harus tetap ada dan bisa dimunculkan misalnya melalui sifat tokoh. Pastikan si tokoh ini bisa memberikan bekas (kesan mendalam) terhadap pembaca.
  4. Setting yang realistis. Jika settingnya desa, maka deskripsikan desa tersebut dengan baik. Atau bila setting nya sedang malam hari, jangan sampai muncul adzan subuh (pertanda pagi) misalnya.
  5. Judul dan pembuka. Judul dan pembuka ini sangat penting karena inilah yang akan mengikat pembaca untuk membaca karya Anda, ingin menyelesaikan membaca karya Anda. Seringkali, penulis pemula atau profesional terjebak dengan deskripsi tokoh maupun tempat yang bisa boros kata. Ingat, buatlah pembukaan yang menarik dengan tetap padat kata (tidak bertele-tele).
  6. Libatkan emosi. Pastikan saat Anda menulis cerpen, pikiran dan perasaan Anda larut ke dalam cerpen yang sedang Anda tulis. Gugah emosi dengan pilihan diksi yang tepat hingga pesan dalam cerpen benar-benar sampai ke pembaca.
  7. Gunakan kalimat efektif. Tidak mubazir atau bertele-tele. Perhatikan kesinambungan antarkalimat atau antarparagrafnya.
  8. Ending. Ending dalam suatu cerpen bisa terbuka atau tertutup. Bisa meledak pun berbisik. Hal itu terserah pada penulis. Tapi untuk kepentingan lomba, buatlah ending yang tak terduga atau buatlah ending dengan kesan yang begitu mendalam.
  9. Buat seolah nyata. Sekalipun cerpen yang dibuat adalah full fiction, tapi cobalah untuk membuat imajinasi tersebut seolah nyata dan realistis.

Bagaimana, tertarik untuk membuat cerpen?

 

Semoga bermanfaat,

salam literasi!

 

*) Beberapa contoh kalimat dalam artikel ini diambil dari naskah cerpen pemenang lomba menulis cerpen LiterasiBangsa berjudul Peluru Emas dan Nyi Pethak karya Panji Sukma (Juara 1), Parade Tengah Musim karya Fatma Ariyanti (Juara 2), serta Lelaki Pemanggul Beras karya Aisyiah (Juara 3).

Ditta Widya Utami, S.Pd.

NPA. 10162000676

Tinggalkan Balasan

4 komentar