Seandainya Guruku Tahu
oleh Ria Triana
Seandainya guruku tahu,
aku suka jika namaku disebut,
bukan mereka saja yang pandai di kelas
Seandainya guruku tahu,
aku tak bersemangat
karena ada masalah di rumah
Seandainya guruku tahu,
aku tak suka dimarahi
aku ingin didengarkan
Seandainya guruku tahu,
aku tidak suka beliau hanya berbicara
aku ingin bergerak dan bermain
Seandainya guruku tahu,
aku diam karena takut salah
dan ditertawakan teman-teman
Seandainya guruku tahu,
aku tidak suka permainan yang bising,
aku tak pandai bicara,
aku lebih suka menulis
Seandainya guruku tahu,
aku tak paham apa yang disampaikan,
terlalu cepat guruku menjelaskan
Mengajarlah dengan hati,
dengan penuh cinta kasih
Demikianlah untaian kata yang saya baca di sore hari ini (16/02). Kalimat tersebut muncul dalam video Tik Tok dengan akun @riatriana573. Beliau adalah salah satu Guru Penggerak Angkatan 3 Kabupaten Subang.
Jujur, saya speechless ketika melihat videonya. Seperti sedang berkaca pada diri sendiri saat menjadi murid. Beberapa di antaranya ada harapan yang saya miliki juga. Kini, dengan melihat kembali video yang dibuat oleh guru SMPN 1 Cisalak tersebut, saya jadi sadar masih begitu banyak hal yang patut diperhatikan dari diri setiap murid.
Pendidikan tak melulu soal nilai rapor. Tak melulu soal pintar dan tidak. Namun lebih dari itu, seorang guru harus mampu melibatkan dirinya agar terwujud pendidikan yang memerdekakan. Memaksimalkan potensi peserta didiknya. Memerhatikan perasaan dan mengenali muridnya.
Bu Ria yang juga bersuara emas ini memang bukan guru biasa. Prestasinya baik di bidang literasi maupun pendidikan tak perlu diragukan. Sudah segudang bahkan mungkin lebih. Selain di Pendidikan Guru Penggerak (PGP), saya mengenal beliau dalam Komunitas Lisangbihwa (Literasi Subang Bihari dan Berwibawa). Bisa dibilang, beliau masuk jajaran pengurus inti.
Terima kasih Bu Ria karena telah menunjukkan bagaimana seharusnya pendidikan yang memerdekakan dilihat dari kacamata murid. Barakallah.