“Seni tertinggi guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan.” Albert Einstein

Awal Mengenal TikTok

Ketika awal mengetahui TikTok, saya tak begitu tertarik. Saat itu saya berpikir bahwa konten-konten di TikTok lebih banyak yang tak berfaedah. Hal ini terbukti saat akhirnya Kominfo memblokir TikTok di tahun 2018. Yah, meski sifanya sementara sampai TikTok dapat menghapus konten-konten yang tidak sesuai untuk masuk di Indonesia.

Bukan tanpa sebab tentu. Kominfo memblokir sementara TikTok karena banyaknya laporan negatif dari masyarakat. Selain itu, ada juga laporan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Komisi Perlindungan Anak. Adanya konten pornografi, tindakan asusila, pelecehan agama, dsb membuat Kominfo memutuskan untuk memblokir TikTok sementara waktu (Kominfo, 2018).

Mengenal Sisi Positif TikTok

Di tahun 2021, ketika saya menjadi panitia Sainspreneur Camp yang dilaksanakan MGMP IPA Kabupaten Subang bekerja sama dengan PPPPTK IPA[1], saya melihat beberapa tayangan video TikTok. Video tersebut memang sengaja ditunjukkan oleh PPPPTK IPA karena sudah menjadi Juara Lomba Video TikTok Sains Nyentrik.

Video-videonya menarik. Bahkan hingga kini, saya masih ingat satu video yang menjadi favorit saya. Video TikTok tentang pemanfaatan limbah popok. Seorang anak lelaki menunjukkan cara bagaimana memanfaatkan limbah popok untuk dijadikan media tanam. Tentu saja dengan diiringi musik jedag jedug dan goyang kepala yang sangat lucu. Di situ saya mulai berpikir bahwa sebenarnya TikTok pun bisa digunakan dengan cara yang baik.

Tak hanya PPPPTK IPA, Kemendikbud bahkan beberapa universitas pun mengadakan lomba serupa. Sepertinya para pemerhati pendidikan sadar betul bahwa interaksi anak muda melalui TikTok adalah suatu keniiscayaan. Oleh karena itu, mereka mengadakan lomba agar semakin banyak konten positif di TikTok.

TikTok di Keseharian

Sejak pandemi, komunikasi melalui aplikasi pesan menjadi semakin meningkat. Sesekali, saya juga melihat status yang dibagikan teman atau anak didik saya. Ternyata satu dua ada yang statusnya berasal dari TikTok. Entah itu video yang mereka buat atau video berisi kata-kata motivasi. Intinya, TikTok memang sudah ada dalam keseharian masyarakat di sekitar saya. Hal ini yang membuat saya memutuskan untuk memiliki akun TikTok @dittawidautami. Namun karena masih belum begitu tertarik, saya membiarkan akun itu sementara waktu.

TikTok dan Pembelajaran

Saat menjalankan tugas sebagai Pengajar Praktik (PP) Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3, saya menemukan kasus menarik. Saat itu, para Calon Guru Penggerak (CGP) harus menjadi coach bagi rekan kerjanya. Mereka juga harus melaksanakan sesi coaching dengan PP sebagai observer.

Ternyata, permasalahan yang dibahas ada kaitannya dengan TikTok. Coachee (orang yang di-coaching yaitu rekan CGP) menyampaikan bahwa ia menugaskan anak-anak membuat video dengan TikTok. Tentu saja video yang dibuat berkaitan dengan materi yang dipelajari. Namun, ada guru senior yang menentang bahkan hendak melaporkan hal tersebut ke kepala sekolah. Guru tersebut menentang karena berpikir TikTok tidak baik untuk peserta didik.

Singkat cerita, guru yang mulanya menentang penggunaan TikTok, justru menjadi sering menggunakan TikTok. Rupanya guru tersebut telah menemukan sisi positif dari TikTok. Dengan demikian, TikTok akhirnya mulai digunakan dalam pembelajaran.

Beberapa video yang sudah diunggah di TikTok @budit_dittawidyautami (dokpri)

Kisah tersebut telah memotivasi saya untuk mampu membuat konten-konten positif di TikTok. Oleh karena itu, saya membuat akun kedua yaitu @budit_dittawidyautami. Jika fokus akun pertama adalah life, love and play, maka di akun kedua saya fokuskan untuk life, job and friends. Ke depan, saya akan mengisi akun kedua dengan video-video tentang aktivitas saya sebagai seorang guru, atau aktivitas lain bersama teman atau murid yang masih berkaitan dengan pendidikan.

Entahlah, meski masih di tahap awal, namun rasanya saya memiliki kewajiban untuk membanjiri TikTok dengan konten-konten positif. Sejauh ini, saya sudah mengunggah video praktikum IPA, kegiatan sekolah, saat berkunjung ke Linggarjati dan juga kegiatan MGMP di akun @budit_dittawidyautami. Saya hanya berharap agar konten yang saya buat dapat memberi dampak positif bagi siapa pun yang melihatnya. Semoga. Amin.

[1] Di tahun 2022, seluruh PPPPTK akhirnya melebur menjadi Balai Besar Guru Penggerak (BBGP)

Referensi :

Kominfo. (2018, April 7). Kominfo: Blokir Tik Tok Hanya Sementara. Retrieved from kominfo.go.id: https://www.kominfo.go.id/content/detail/13332/kominfo-blokir-tik-tok-hanya-sementara/0/sorotan_media

Tinggalkan Balasan

5 komentar