Ujian Pasti Datang

oleh: Nurmariana

Kalau  mendengar kata ujian, yang terbayang dalam diri kita adalah kesulitan. Padahal ujian itu bukan hanya kesulitan saja, kemudahan pun juga ujian. Masih ingat firman Allah dalam QS Al-Anbiya: 35, yang artinya setiap jiwa pasti akan mati, Dan, Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, kepada Kamilah kalian kembali. Bila kita kaji ayat tersebut bahwa tidak ada keburukan dan kebaikan yang abadi. Apa bila kita diuji dengan keburukan maka yakinlah ada ujian kebaikan demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain setiap ada kesulitan pasti ada kesenangan.

Dalam menerima ujian tersebut pada umumnya manusia sulit untuk menerima ujian yang membawa kesusahan atau musibah, sehingga umumnya manusia berat menerima ujian yang diberikan Allah itu berupa kematian, kelaparan dan kekurangan harta atau miskin. Allah SWT akan mengambil orang-orang tercinta atau kesayangan kita. Allah ingin melihat luluskah hamba-Nya bila orang tuanya, atau anaknya diambil nyawanya? Terjadinya kemarau panjang yang membuat tanaman sulit tumbuh sehingga pasokan makanan tidak ada. Atau Allah uji dengan kebakaran sehingga membuat seseorang tersebut jatuh miskin. Apa yang terjadi pada diri seseorang bila mendapat ujian seperti itu? Apakah akan menambah keimanannya sehingga menjadi hamba yang sabar dan ikhlas menjalani kehidupan? Semua itu bergantung pada kadar keimanan manusia tersebut. Yang diharapkan adalah dengan diuji-Nya seorang hamba akan bertambah kadar keimannya.

Sebenarnya, kalau saja manusia mau beryukur menerima apa adanya ujian yang berat bisa menjadi ringan. Oleh karena itu jadikan setiap ujian itu sebagai lahan untuk menambah keimanan dan ketakwaan diri pada Allah SWT.

Selain ujian yang berat, Allah juga menguji hamba-Nya dengan kesenangan. Manusia sering lupa kalau yang namanya ujian itu bisa berupa kesenangan. Mengapa demikian? Sebab manusia cenderung dapat menerima ujian yang berupa kesenangan atau akan membawa kebahagiaan. Kalau seorang hamba diuji dengan musibah umumnya akan langsung ingat Allah Sang Pencipta namun berbeda bila diuji dengan kesenangan mereka jadi lupa bila sedang diuji dari Allah SWT. Bahkan banyak manusia yang tidak sadar kalau diberi kesenangan itu sebenarnya dirinya pun sedang diuji. Nah, luluskah manusia bila diuji dengan kesenangan? Lagi-lagi jawabannya bergantung pada kadar keimanan manusia itu sendiri.

Ada cara yang sudah umum dilakukan agar kita bisa lulus dalam ujian yang datang dari Allah SWT. Tidak ada kalimat lain yaitu bila ujian untuk urusan dunia maka lihatlah orang-orang yang jauh kemampuanya di bawah kita, semoga bisa menjadi berkah. Dan bila untuk urusan ibadah maka kita lihatlah orang-orang yang di atas kita semoga amal kita bisa berkah. Yang jelas bila diberi kesusahan dan kemudahan dari Allah hendaknya kita bersabar dan bersyukur. Dengan adanya kedua ujian tersebut, kita harus dapat memosisikan diri kita untuk meraih rida Allah SWT untuk hidup yang kekal abadi yaitu alam akhirat.

Semoga paparan yang sederhana ini dapat menambah keimanan khususnya bagi penulis dan pembaca umumnya dengan menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga bermanfaat dan salam literasi.

 

 

 

Tinggalkan Balasan