Hanyalah Sementara

Tatkala hati merasakan bahagia tentunya bahagia itu terpancar jelas di wajah. Ada kedamaian dan ketenangan yang dapat dilihat oleh orang lain dari ekspresi kita. Aibat dari bahagia ini adalah orang lain juga merasakan rasa senang pada dirinya.

Namun akan berbalik jika yang dirasakan hati adalah kesedihan. Semua akan terpancar sangat terang di wajah. Sehingga tatkala orang lain melihat wajah kita kesedihan itu juga ikut mendatangi orang yang melihat wajah kita.

Itulah dampak yang kelihatannya kecil dan biasa namun tetap ada pengaruhnya kepada orang lain.

Jikalah kita pandai memilah dan memilih diantara dua hal diatas dengan bijak, tentunya hidup kita akan berjalan dengan baik dan lancar.

Namun kenyataannya disaat orang menyadari yang mana yang baik untuknya, tetap melawan arah dan betah berlama- lama dengan rasa sedih yang disimpan dalam hatinya.

Walaupun sudah menyadarinya namun tetap bersikeras menahannya dalam hati. Itulah manusia, padahal dalam Al Qur’an telah dikatakan bawa ” La Tahnzan innallaha maana””.

Jadi kesedihan dan kebahagiaan itu sifatnya hanyalah senentara. Diibaratkan bayangan jika matahari meninggi bayangan juga ikut panjang, jika matahari mulai condong ke Barat maka bayangan juga panjang. Jadi, panjangnya bayangan itu sifatnya hanyalah sementara saja.

Di dunia tidak ada yang abadi, semuanya sementara. Hanya manusia yang tidak berpikirlah yang betah berlama-lama menyimpan kesedihannya.

Kebahagiaan yang hadir dalam hidup kita akan memberikan pengalaman rasa indah dalam hidup kita. Rasa indah itu Sifatnya hanyalah sementara saja.

Kesedihan yang hadir dalam hidup kita, sifatnya juga sementara saja.

Jadi, disisa umur kita nikmatilah setiap kesedihan dan kebahagiaan yang hadir dalam hidup kita. Tidak ada ruginya kita menikmatinya, karena rasa itu hadir hanyalah sementara saja.

Mencoba berlatih akan yang hadir sementara. Keep fight

Tinggalkan Balasan