Puasa Ramadhan dengan amalan bermakna semakin menguatkan karakter baik dalam diri kita.
“Setiap kebaikan itu dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat, kucuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku yang akan memberinya pahala” (Hadist Qudsi).
Sebuah Hadist Qudsi yang menunjukkan bahwa puasa itu merupakan ibadah yang sangat istimewa. Satu-satunya ibadah yang langsung berhadapan dengan Allah. Ibadah yang khusus sebagai persembahan untukNya.
Itulah sebabnya ibadah puasa adalah salah satu rukun dari lima rukun yang memiliki tempat sangat istimewa di hadapan Allah.
Apa sebabnya ibadah puasa adalah ibadah istimewa yang khusus dipersembahkan kepada Allah? Hal tersebut karena puasa adalah ibadah yang tujuan utamanya adalah takwa.
Takwa adalah sikap mental yang positif terhadap diri seseorang. Sikap waspada dan mawas diri yang kuat sehingga dapat melaksanakan segenap perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
Untuk mencapai tujuan Takwa itu tidak semudah mengucapkannya. Salah satu sarana persembahan Allah untuk mencapai pribadi yang bertakwa adalah berpuasa.
Puasa mengandung ajaran inti pencegahan diri yang merupakan amalan yang sangat rahasia. Hanya antara hamba dan TuhanNya yang mengetahui amalan berpuasa.
Berpuasa juga merupakan pintu bagi amalan-amalan lainnya. Setiap sesuatu itu mempunyai pintu dan pintu ibadah itu adalah puasa. Demikian sabda Nabi yang sering kita simak selama ini.
Banyak diantara kita yang berpuasa, ternyata hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Namun tidak diperoleh makna dari ibadah ini.
Jangan sampai hal itu terjadi pada diri kita. Sangat disayangkan sudah berpuasatetapi tidak satupun memperoleh Ridho Allah yang sangat berharga bagi kehidupan kita kelak.
Jika kita berpuasatetapi tidak mendapatkan apa-apa hanya sekedar mendaptkan rasa haus dan lapar, maka kita termasuk orang-orang yang merugi.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka kita harus berpuasa dengan penuh niat dan tekad dengan meninggalkan perbuatan yang bisa merusak ibadah puasa seperti bergunjing, berbohong, tidak mampu menjaga lisan dan mata, tidak mampu menahan amarah, tidak mampu menjaga pendengaran.
Banyak lagi hal-hal lain yang sering kita lakukan sehingga puasa kita menjadi sia-sia. Harus tetap berupaya sepenuhnya melakukan pencegahan dari perbuatan yang membuat puasa tersebut makruh.
Saat berpuasa sebaiknya perbanyaklah kita melakukan amalan-amalan yang bermakna. Amalan sederhana tetapi penuh dengan makna seperti menjaga lisan dengan berkata baik. Lebih baik diam daripada tidak mampu berkata baik.
Meninggalkan pergunjingan yang akan merusak puasa. Mampu menahan amarah sehingga selama berpuasa tingkat kesabaran semakin tinggi.
Melakukan ibadah sholat berjamaah baik di Masjid maupun berjamaah di rumah bersama keluarga. Membaca Al-Quran dan menghayati arti yang terkandung di dalamnya.
Puasa yang nilainya paling tinggi adalah berpuasa dengan selalu menjaga hati. Selama berpuasa mampu menghadirkan Allah ke dalam hati kita. Berdzikir dan merasakan kehadiranNya dalam setiap hembusan nafas kita.
Jika kita sudah mampu melakukan puasa dengan amalan-amalan yang bermakna, maka puasa kita sudah berhasil menundukkan godaan syetan sebagai musuh abadi yang nyata bagi para hamba Allah.
Karena salah satu pintu yang sering syetan gunakan untuk masuk demi menundukkan hamba Allah adalah melalui pintu syahwat dan nafsu.
Rasa lapar dalam berpuasa sangat efektif untuk mematahkan rasa syahwat dan nafsu yang sering syetan manfaatkan untuk menjerumuskan hamba Allah.
Sesungguhnya syetan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah, maka himpitlah dia dengan rasa lapar. Demikian sebuah Hadis yang perlu untuk kita ingat kembali.
Semoga kita mampu berpuasa dengan penuh kesungguhan dan ketaatan. Berpuasa yang muaranya adalah insan yang bertakwa dalam lindungan Allah.
@hensa.