Fenomena sawah saat ini yang bisa kita saksikan, luasannya semakin menyempit. Sudah banyak tanah sawah beralih fungsi menjadi komplek perumahan, kawasan industri dan pengembangan infrastruktur seperti jalan tol.
Tentu saja alih fungsi area sawah tersebut secara langsung mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian. Terutama lahan sawah dengan produktivitas tinggi bisa mengurangi target swasembada beras.
Selain itu berdampak pula pada nasib petani yang mengalami penurunan pendapatan, bahkan kehilangan pekerjaan karena persaingan tenaga kerja semakin ketat.
Alih fungsi sawah terutama di daerah yang perkembangan penduduknya pesat dan adanya urbanisasi, menyebabkan kebutuhan lahan untuk perumahan, perkantoran juga semakin meningkat. Hal inilah sebagai penyebab luasan sawah semakin berkurang.
Pada kawasan industri, persaingan produk mereka dalam pasar yang terbuka juga menyebabkan pelaku industri melakukan ekspansi dengan pengembangan pabrik-pabrik mereka.
Tentu saja hal tersebut berarti membutuhkan lahan yang luas bagi pengembangan pabrik mereka. Untuk itu kembali area persawahan harus menjadi korban alih fungsi.
Pesatnya pembangunan perumahan, telah banyak mengorbankan lahan-lahan persawahan atau ruang terbuka hijau. Sawah yang saat ini tersisa tentu saja produktivitasnya juga menurun. Begitu pula dengan nasib petani yang pendapatannya terus menurun.
Bandung Timur selama ini diketahui merupakan satu-satunya sentra area sawah yang dimiliki Kota Bandung. Misalnya persawahan di Kecamatan Panyileukan, banyak lahan persawahan di sana kini terdesak pembangunan kompleks permukiman.
Besarnya jumlah perkembangan permukiman ini disinyalir karena sederet rencana pembangunan lokasi pariwisata di Bandung Timur sejak 2016.
Pada satu sisi, hal itu sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga membutuhkan pemukiman, tetapi pada sisi yang lain, kembali persawahan menjadi korban.
Dalam lima tahun terakhir ini, dengan merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, diketahui bahwa jumlah penduduk di Panyileukan mencapai 37.733 pada 2016 dan kini dalam 5 tahun kemudian telah menyentuh lebih dari 41 ribu penduduk.
Selain Kecamatan Panyileukan, kondisi yang sama dapat dijumpai di sejumlah daerah yang masih memiliki lahan persawahan, antara lain di Kecamatan Ujung Berung.
Kini satu-satunya lahan persawahan yang tersisa di kecamatan tersebut terletak di Kelurahan Pasanggrahan. Dari total luas kelurahan sebesar 222,5 hektar persegi, kini hanya tersisa sekitar 7 hektar sawah saja.
Selain beras, produk pangan lain yang bisa menjadi unggulan adalah jagung. Selama ini jagung masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi.
Beberapa daerah selama ini masih mengandalkan komoditi jagung sebagai bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ayam.
Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula.
Untuk itu dibutuhkan juga lahan yang saat ini semakin terbatas sehingga program intensifikasi hanya memanfaatkan lahan-lahan kering bukan lagi lahan sawah.
Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih digalakan terutama melalui program intensifikasi yaitu peningkatan produktivitas.
Upaya tersebut dengan cara peningkatan produksi jagung melalui program dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Upaya lainnya memanfaatkan lahan-lahan tadah hujan yang tidak digunakan menanam padi di musim kemarau.
Menjadi pertanyaan yang terus menerus tumbuh dalam benak ini, sampai kapan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri dan infrastruktur harus selalu mengorbankan lahan persawahan produktif?
Ulasan di atas hanya sebuah renungan, sampai kapankah pembangunan di negeri ini tanpa harus mengorbankan lahan sawah yang sangat dibutuhkan bagi program pengadaan beras nasional demi terwujudnya swasembada beras.
Berikut ini ada sekelumit tayangan dimana sawah sudah mulai berbuah biji padi dan sebagian ada yang sudah menguning. Meskipun hanya dengan luas lahan yang terbatas tapi paling tidak sawah ini masih bisa memenuhi harapan para petani lokal.
Kita hanya bisa prihatin dengan kondisi seperti ini. Semoga lahan-lahan sawah produktif tidak ada lagi yang hilang demi sebuah roda pembangunan yang tidak berpihak kepada rakyat jelata.
Salam Lestari @hensa17.