Cover Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Ilustrasi Foto by Ajinatha).
Menulis Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren dalam rangka mengikuti program KMAB oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022.
Episode 28.
Selama ini aku masih betah menjomlo bukan tanpa alasan. Aku masih ingin fokus kepada studi ilmu spesialis kedokteranku yang harus dirampungkan.
Namun Ibu selalu saja bertanya tentang seorang gadis yang dekat denganku, tetapi belum juga aku membawanya kepada Ibu. Aku masih ingat ketika itu Ibu pernah berkata bagaimana kalau menjalin perjodohan saja dengan keluarga Habib Abi.
Saat itu aku tidak pernah menjawab dengan tegas apalagi Annisa masih duduk di bangku sekolah menengah. Annisa masih remaja terlalu muda untuk menikah.
Namun saat ini aku kembali bertemu dengan gadis bungsu KH Habib Abi ini dalam beberapa kesempatan, Annisa sudah begitu dewasa dari cara dia berkata dan bertindak. Tentu cara berpikirnya pun menggambarkan kedewasaan dari perkataan dan tindakannya.
Selama aku menjalani perawatan di RS Borromeus, Annisa selalu setia menemani. Apalagi Kampusnya tempat Annisa kuliah hanya tinggal menyebrang Jalan Ir H Juanda saja, sehingga pada kesempatan waktu longgar bisa digunakan untuk menjengukku di RS Borromeus.
Malah jika memasuki akhir pekan, Annisa selalu ada di sampingku sekaligus memberi kesempatan kepada Ibu bersitirahat pulang ke Pesantren.
Selama dia di dekatku, anehnya aku merasakan ada kedekatan batin yang membuatku merasa nyaman. Apakah ini cinta? Bisa iya tapi bisa juga tidak. Karena Annisa adalah gadis yang aku kenal baik sejak kecil dulu.
Bicara soal kecantikan, Annisa Humaira adalah sosok berwajah lembut. Karakternya kuat dalam prinsip. Tutur katanya tertata dalam hiasan senyum manis dari bibirnya.
Mahsiswi jurusan Arsitek ini juga sangat cerdas dalam studinya.
Aku sempat berpikir tentang usulan Ibu untuk melakukan khitbah saja kepada Annisa. Tetiba saja jadi ingat Annisa sungguh aneh. Keinginan untuk bertemu dengannya juga semakin membuat aku kangen kepada gadis itu.
Waktu masih menunjukkan pukul 20.00 WIB, masih belum terlalu malam untuk menelpon Annisa. Aku menghubunginya melalu ponsel hanya ingin mengobati rasa rindu ini.
Terdengar nada panggilku masuk ke ponselnya. Lalu terdengar suara lembut Annisa.
“Assalaamu alaikum Mas Arno!” Sapanya di seberang sana.
“Wa alaikum salaam. Maaf mengganggu gak Nis?” Tanyaku basa-basi.
“Enggak mengganggu Mas. Ini Nisa juga sedang santai saja. Bagaimana kabar Mas Arno?” Annisa balik bertanya.
“Alhamdulillah. Semakin membaik kondisinya. Mas Arno rasanya sudah ingin segera ke Kampus lagi.”
“Jangan dulu melakukan kegiatan. Sebaiknya Mas Arno istirahat di rumah sampai kesehatannya benar-benar pulih.”
Aku sangat terkesan dengan nasehatnya. Lebih-lebih lagi gadis itu mengatakannya dengan suara lembut penuh kasih sayang. Semakin lama semakin terasa bahwa Annisa benar-benar tulus memberi perhatian padaku.
Apakah hal ini hanya karena hubungan dekat di antara keluarga yang sudah berlangsung sejak dulu? Ataukah perhatian tulus itu karena Annisa mencintaiku?
Namun ya sudahlah untuk sementara lupakan saja dulu karena hanya menambah beban pikiranku. Dalam benakku saat ini adalah rasa prihatin karena sudah hampir sebulan ini belum ada kabar dari Mikayla.
@hensa.
1 komentar