CerBung : Han! Aku Cinta Padamu (9)

Cerpen, Fiksiana439 Dilihat

Cerpen Bersambung (CerBung) ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda. 

BACA JUGA : Han! Aku Cinta Padamu (1).  

SEMBILAN

Ruang kuliah hari itu begitu hening. Sekitar 50 mahasiswa sedang mengikuti kuliah Biokimia dengan sungguh-sungguh. Semua mahasiswa fokus perhatian mereka kepada Dosen yang sedang melakukan presentasi di depan kelas.

Terus terang aku tidak begitu fokus mengikuti kuliah ini karena perhatianku lebih banyak tertuju kepada seorang gadis cantik yang duduk di baris kedua dari depan persis di samping kiriku. Wajahnya memang menatap Dosen di depan kelas, namun terlihat pada wajah itu ada raut kesedihan sehingga tatapnnya kosong. Gadis itu bernama Erika Amelia Mawardini.

Sejak SMP, Erika adalah cinta monyetku. Di SMA ternyata dia adalah cinta remajaku. Saat ini ketika sudah duduk di Perguruan Tinggi, ternyata dia masih juga menjadi cinta masa depanku. Dalam dunia pelajaran sekolah, sejak SMP dulu, Erika adalah gadis yang pintar. Aku dan Erika selalu bersaing dalam prestasi sejak SMP dan SMA.

Sekolah kami itu adalah sekolah favorit yang banyak diinginkan semua siswa berprestasi seperti aku dan Erika. Bersyukur kami bisa sama-sama masuk sekolah tersebut karena prestasi kami.  Ketika masuk perguruan tinggi di Bogor, kami juga lolos melalui jalur undangan. Program yang pertama kali dirintis oleh Perguruan Tinggi di Bogor ini sejak tahun 1976.

Berapa tahun sudah aku selalu bersamanya. Saat ini aku seolah tidak percaya jika saat ini Erika sudah bertunangan tapi bukan denganku. Peristiwa ini rasanya seperti mimpi buruk bagiku.

Orang tua Erika menjodohkannya dengan seorang dokter muda, anak sahabat dekat ayahnya. Tentu saja dokter itu lebih mapan dariku. Bagiku ini adalah kenyataan pahit yang harus aku hadapi. Ini adalah perjodohan antar orang tua yang sudah bersahabat lama.

Siang itu aku menuju perpustakaan di lantai dua. Ruang perpustakaan kampus ini suasananya tenang. Namanya juga Perpustakaan pasti tenang. Dalam beberapa pekan terakhir ini tempat ini menjadi favoritku. Bukan saja sebagai tempat untuk menggali ilmu tapi juga untuk menenangkan diri. Ada ruang di pojok yang menjadi tempat favoritku.

Aku masih juga iseng menghitung tangga-tangga perpustakaan itu walaupun sudah tahu banyaknya 21 tangga. Perpustakaan pada siang yang mendung ini hanya dihadiri beberapa mahasiswa yang sedang mencari referensi. Diantara mereka kulihat Alan dan Aini Mardiyah. Alan sedang asyik membaca textbook sementara Aini sedang menulis beberapa informasi dari jurnal yang sedang ditelaahnya untuk melengkapi pustaka dalam skripsinya.

“Asyik amat kau?” Kataku menyapa. Alan sedang membaca buku Food Chemistry karangan Meyer. Rupanya dia harus mengikuti ujian ulang karena belum lulus.

“Duduk di sini Han!” Titah Alan sambil menutup buku di tangan. “Bagaimana kabarmu sobat? Semoga kamu baik-baik saja.  Ketika kudengar Erika bertunangan dengan dokter itu, gua jadi khawatir,” katanya lagi.

“Itu hanya sebuah kisah Al. Mungkin kini sudah saatnya berakhir,” kataku perlahan seolah jiwaku merasa kuat tapi sebenarnya sangat rapuh. Mendengar ucapan Alan, aku tertawa sumbang sementara Aini di sebelahku hanya tersenyum.

Saat itu Aini mengenakan sepatu kets berpadu baju warna pastel dan celana jeans.  Wajahnya yang kuning langsat dengan rambut hitam tergerai sebahu. Ia tersenyum memamerkan lesung pipinya.

“Kalian saling mencintai bukan?” Tanya Alan kepadaku.

“Tentu saja Al!” Kata Aini yang malah menjawab pertanyaan itu sambil menoleh kepadaku. Aku hanya mengangkat bahu dan kembali mencoba tersenyum. Lalu aku mengajak agar pembicaraan segera saja diganti dengan topik yang lain karena semakin lama pembicaraan itu semakin membuat hati ini tersayat.

Maka pada siang itu kutinggalkan perpustakaan dengan hati yang kosong. Aku menuruni tangga-tangga perpustkaan itu sambil selalu saja kuhitung walaupun sudah tahu berapa banyaknya, 21 tangga.

BERSAMBUNG BAB 10.

@hensa.

Ilustrasi Foto by Pixabay. 

BACA JUGA Kisah Cinta Jomlo Pesantren. 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar