Cerbung ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda.
TIGA PULUH SEMBILAN
Ada Cinta dalam Linangan Air Mata
“Tatapan matanya yang penuh kerinduan jelas sekali aku bisa merasakannya. Malam itu tatapan matanya yang teduh penuh dengan seribu arti padahal aku hanya membutuhkan cukup satu arti saja yaitu arti cinta yang terdalam yang aku tunggu-tunggu.”
“Han rasanya seperti mimpi malam ini ternyata malam terakhir kita ketemu karena besok aku harus pergi ke Australia. Aku sebenarnya berat meninggalkan Bogor ini. Maafkan aku Han. Aku terlalu hanyut dengan perasaan ini.”
Itu adalah kata demi kata yang diucapkan Aini sambil berurai air mata di beranda rumahnya malam itu. Sungguh aku tak bisa melupakan peristiwa malam itu. Aku merasakan ada kesedihan dalam diri Aini malam itu. Tetapi aku jauh lebih sedih lagi karena harus ditinggal Aini menuntut ilmu di luar negeri. Aku sungguh mencintainya namun belum sempat mengungkapkan rasa cinta ini.
Tatapan matanya yang penuh kerinduan padaku, jelas sekali aku bisa merasakannya. Malam itu tatapan matanya yang teduh penuh dengan seribu arti padahal aku hanya membutuhkan cukup satu arti saja yaitu arti cinta yang terdalam yang aku tunggu-tunggu.
Sambil dia menatapku, air matanya tak henti terus menitik di pipi. Melihat kesedihan Aini seperti itu, aku berkata kepada diri sendiri. “Han tidakkah kau rasakan bahwa hal itu berarti perasaan Aini begitu sedih meninggalkanmu. Han kenapa kau tidak yakin bahwa Aini sebenarnya mencintaimu jika tidak mengapa dia harus menangis malam itu ketika saat terakhir bertemu denganmu.”
“Han tidakkah kau yakin sesungguhnya Aini menganggapmu laki-laki yang istimewa di hatinya, kalau tidak mengapa dia selalu menemanimu dikala kau merasa mengalami kesendirian. Han tidakkah kau merasakan cintanya. Malam itu saat berpisah air mata di pipinya terus mengalir deras. Itu berarti dia sangat bersedih harus berpisah denganmu karena harus menuntut ilmu di seberang Samudera.” Begini suara hatiku meronta.
“Hen. Aku berharap kau mau hadir mengantarkan kepergianku tapi jika tidakpun malam ini kita sudah ketemu. Aku hanya berharap doamu Hen, agar aku diberi ketabahan karena aku merasakan begitu berat meninggalkan Bogor yang penuh dengan kenangan ini.”
Ini juga kalimat yang diucapkan Aini Mardiyah malam itu masih mengiang di telingaku. Kenapa aku tidak begitu cepat merespon perasaannya malam itu. Kenapa keyakinan itu baru muncul pada saat ini?
Hari ini mungkin dia sudah berangkat ke Jakarta karena malam ini dia sudah harus terbang ke Brisbane. Oh Tuhan tiba-tiba saja aku ingin menyusul Aini. Aku harus ke Bandara sekarang. Aku harus menyusulnya untuk bertemu dengan Aini Mardiyah. Aku harus mengatakan cintaku kepadanya sebelum pesawat yang membawanya ke Brisbane terbang jauh.
Ilustrasi Foto by Pixabay.
Teman-teman bagi penggemar novel atau cerbung sila baca novel di bawah ini, klik saja tautannya.
BACA JUGA Kisah Cinta Jomlo Pesantren.
1 komentar