Beliau adalah seorang perempuan yang amat anggun dan elok.
Nama beliau Himsiyah. Istri dari Unggang (kakek) ku. Yang bernama H. Umar Hanan.
Mereka berdua adalah pasangan hidup yang luar biasa. Membina keluarga dan membesarkan putra putri mereka dengan kasih sayang, cinta dan segalanya. Apapun Unggang dan Kajut ku lakukan secara maksimal demi memberikan pendidikan Agama dan pendidikan formal terbaik buat putra putri mereka.
Buat Unggang dan Kajutku, Pendidikan Agama dan pendidikan formal adalah yang utama dari pada apapun untuk putra putri mereka.
Unggang dan Kajut dianugerahi 8 orang anak. 4 orang putra dan 4 orang putri.
Alhamdulillah, usia kajut saat ini 96 tahun. Sampai sekarang Kajutku sangat sehat.. Meski sesekali penyakit usia renta menyapa. Dengan sabar, Uwa, Mamang dan Bibi ku merawat beliau silih berganti.
Kalau dulu, aku ingat sekali papa sering mengunjungi kajut. Terlebih jika ada kabar kajut sakit. Meski pun tak punya uang..papa selalu berusaha cari pinjaman agar bisa pulang ke Sumatera.
Papa amat sangat mencintai Kajut. Bagi papa, Kajut adalah kunci surga nya. Papa yang selalu mengajariku bagaimana mencintai ibu. Bagaimana menghormati ibu. Dan papa yang mengajariku bagaimana mengupayakan apapun demi kesehatan ibu.
Iya papa…dia lelaki hebat ku,,Hasil pendidikan luar biasa dari Unggang dan Kajutku.
Sekarang..Papa sudah tak ada.
Iya..papa ku sudah almarhum. Kamis, 15 Maret 2018. Allah menjemputnya dengan cara yang indah, di hari yang indah dan ditempat yang baik pula.
Mungkin inilah cara Allah memuliakan papa..karena semasa hidupnya senantiasa memuliakan ibundanya.
Kajut,
Aku memanggilnya kajut. Wanita cantik dan elok. Di guratan wajahnya, tampak lelah yang terukir. Di guratan senyumnya, tampak kasih yang tulus seorang Ibu, seorang nenek dan Madrasah yang hebat bagi anak dan cucunya.
Kajut,
Aku memanggilnya Kajut. Entah…aku lupa, kapan terakhir kali aku bertemu langsung dengan nya. Karena, aku bisa bertemu langsung dengan Kajut ketika papa mengajakku pulang ke Kelumpang.
Kajut…entah kapan aku bisa bertemu lagi dengan nya. Hanya bisa melihat goresan senyum di bibirnya, melalui foto dari Uwa, Bibi, Mamang dan saudara sepupuku yang tinggal di Sumatera.
Kajut..
Aku memanggilnya kajut. Teringat saat aku masih kecil, belaian lembut tangan nya, memanjakan ku di pangkuannya, dan menyuapi ku nasi dengan tempoyak dengan sabar..lalu memanggilku “cucungku, anak darwis”..🥺
Kajut…
Aku memanggilnya kajut, perempuan sederhana yang cantik dan lemah lembut. Ibu yang amat di sayangi dan cintai almarhum papa ku.
Entah…kapan tangan nya bisa ku cium lagi seperti aku kecil dulu….
Ya Robb…jaga lah Kajutku…lindungilah dia dan berikan selalu kesehatan yang berkah untuknya..
Rabb..izinkan anak perempuan darwis ini, bisa injakkan lagi kaki di rumah Unggang dan Kajutku.. Di kelumpang… Amin..
Cianjur,
23 Juli 2022
~ raaina darwis ~