Ini Cita-Citaku Mana Cita-Citamu

Sebagian Teks Hilang hahaha…

Ivan Carlos Simarmata

Tugas KWN=Kewarganegaraan

Cita-Cita Seorang Anak Pemimpi

Seringkali kita mendengar maupun melihat kata-kata bijak yang merupakan sebuah motivasi, angan-angan, atau bahkan sebagai mimpi maupun cita-cita kita. Begitupun dengan diriku, Ivan Carlos Simarmata yang lahir di Bogor dan besar di kota jauh dari kampung halaman di Sumatera Utara sana. Sejak kecil ingin menjadi seorang yang berguna  bagi nusa dan bangsa yang bermimpi bisa menjadi orang yang hebat yang bisa mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Seperti pada anak yang lainnya ingin berguna dan memiliki memiliki banyak uang agar hidup mudah dan senang, diriku kecil ingin menjadi seorang pahlawan menjadi seorang abdi negara, menjadi seorang polisi yang hebat dengan motivasi yang tinggi, kata bijak “Hidup adalah proses belajar tanpa batas waktu, tanpa batas usia, gagal mencoba lagi, jatuh bangkit lagi, sampai Tuhan berkata waktunya pulang.” Saat memasuki masa-masa SMA atau dikenal juga sebagai Sekolah Menegah Atas. Diriku bermimpi hidup akan lancar jaya seperti mobil yang melaju cepat di jalan tol bebas hambatan. Dimulai dengan gagal masuk sekolah menegah atas favorit di kotaku, menjadikan diriku sadar bahwa hidup tidak semudah membalikan tangan, bukan juga semudah berkata-kata.

 

Setelah gagal masuk sekolah menegah atas favorit diriku masuk sekolah yang cukup favorit juga meskipun bukan sebagai pilihan utama. Saat di sekolah mengah atas diriku awal-awal cukup bersemangat untuk meraih cita-cita tersebut, hari demi hari dilewati, namun banyak hal terjadi entah itu dari lingkungan atau dari dalam diriku sendiri, Diriku menyadari bahwa diriku ini mulai kurang bersemangat menggapai cita-cita dan tidak berjaga-jaga dangan kesehatan mulai dari bermain handphone hingga larut malam di tempat tidur yang gelap dan mulai terbiasa akan sikap malas dan menunda-nunda. Hingga kumengingat apa yang telah kuimpikan, apa yang telah kucita-citakan, dan keinginan menyenangkan orang tua yang telah berlelah-lelah menyekolahkan. Diriku mulai melatih fisik dan memperajinkan diri ini. Beruntungnya banyak dorongan positif dari lingkungan sekolah, berupa teman-teman yang memiliki keinginan yang kuat juga untuk sukses. Sepulang sekolah diriku dan teman-teman berlatih fisik di sekitaran lingkungan sekolah dan lingkungan luar  sekolah, berlatih seperti push up, sit up, berlari, dan lain sebagainya. Tubuh yang tadinya belum jelas bentuk dan perawakannya menjadi terlihat lebih baik dan meyakinkan. Bayangkan saja  tubuh yang tadinya tujuh puluh kilogram lebih turun menjadi kurang dari enam puluh kilo. Hari-hari yang menyenangkan pada masa-masa sekolah menengah atas yang dirindukan.

 

Akhirnya masa-masa, kenangan-kenangan sekolah menengah atas itupun mulai berakhir karena terjadi corona atau virus covid-19 dipenghujung sekolah menengah atas yang membuat libur panjang dan sekolah berakhir tanpa ada tatap muka. Singkatnya kami pun lulus, kami memilih jalur masing-masing setelah lulus sekolah menengah atas. Ada yang masuk universitas dan ada yang masuk kedinasan. Diriku ingin mencoba mendaftar ke militer namun sayang diriku tidak bisa lolos karena masalah pada kesehatan mata, diriku sangat menyesal karena kurang dan lengah dalam menjaga kesehatan diri. Diriku pun mencoba untuk masuk universitas favorit namun lagi-lagi diriku tidak mampu lolos masuk universitas tersebut. Diriku mulai menyalahkan diri sendiri yang tidak mampu dan kurang bisa. Diri ini terlena akan libur atau dalam tanda kutip menganggur. Dengan tidak mengembangkan dan mengasah diri saat libur.

 

Diriku pun mulai berpikir hidup ini akan jadi apa? Akan dibawa ke mana? Beruntung lagi masih ada orang tua yang memberikan semangat dan dukungan  agar tidak patah semangat. Tahun pun berganti diriku lagi-lagi mencoba keberuntungan dan hasil belajar lebih keras dari sebelumnya mencoba untuk masuk kedinasan,  namun lagi dan lagi gagal, mencoba universitas favorit, namun lagi dan lagi gagal. Aarggghhhh rasanya sangat-sangat sakit, kecewa, kesal, dan marah berkumpul menjadi satu, tetapi diriku berpikir mungkin diri ini kurang berdoa, kurang berusaha lebih keras, dan kurang berjuang sampai titik darah penghasbisan. Lagi dan lagi juga orang tuaku memberi semangat agar jangan sampai menyerah. Kemudian datanglah kabar dari saudara  agar diriku masuk Akper Polri atau Akademi Perawat Polri di Keramat Jati daripada mengulang lagi tahun depan, entah ini sebagai penyelamat atau apa pikirku. Awalnya diriku menolak karena menjadi perawat bukanlah sesuatu yang sering terjadi pada pria atau laki-laki, tetapi setelah berpikir berkali-kali, berpikir matang-matang, menjadi seorang perawat yang baik tidaklah buruk bagi seorang pria, saat melihat biayanya pun diriku merasa tidak boleh menyia-nyiakan  hal ini karena orang tuaku sudah membayar biaya yang tidaklah sedikit bagi seseorang ini adalah biaya yang sangat banyak. Dan pada saat memulai kuliah dengan PKKMB mendengar bahwa seorang perawat bukan hanya seperti itu saja masih dapat lanjut ke jenjang yang lebig tinggi jika mau berdoa dan berusaha dengan baik. Akhirnya diriku kembali menemukan tujuan yang jelas untuk itu kedepannya diriku ingin lebih dari sekedar perawat, sekitar lima atau pun enam tahun yang akan dating diriku telah mencapai sarjana dan sepuluh atau belasan tahun lagi sudah bukan menjadi perawat biasa tetapi lebih baik lagi agar juga bisa menyenangkan orang tuaku dan tidak lupa berdoa pastinya AMIN.

 

 

 

Salam sehat salam literasi dari Carlos (siganteng)

sebenarnya ada lagi sih… mungkin part 2 ya

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan