Seni Mural, Budaya Kota Dan Pencegahan Vandalisme

Humaniora, Sosbud, Wisata91 Dilihat
Seni Mural di sebuah desa di Muntilan Magelang Jawa Tengah ( FB Iswanto Yulius)

 

Ketika bicara tentang Seni Mural, penulis ingat dengan aksi coret moret tembok – tembok di beberapa kota baik kota besar maupun kota kecil cukup meresahkan. Ketika ada tembok – tembok nganggur, segera saja wajah tembok tidak utuh karena anak anak, remaja dan mereka yang iseng sering sekedar melepaskan ekspresi dengan cat semprot.  Mereka membuat gambar tanpa rasa artistik sama sekali, sekadar memberi tanda bahwa genk mereka ada.

Si sisi lain coretan itu sebuah pertanda untuk mencari musuh, dengan menuliskan nama di tembok tembok.  Sangat disayangkan ketika pelaku vandalis menulis di sebuah tanda arah, tanda rambu- rambu lalu lintas. Disamping menambah kumuh, bertambah jelek, sekaligus membuat pengguna jalan bingung, sebab tanda -tandanya terhapus akibat isengnya para anak jalanan itu membuat tembok – tembok tampak berantakan.

Sejarah Mural dan Media Ekspresi Pengalih Vandalisme

Yogyakarta mulai membenahi dengan membuat mural – mural, sebuah seni melukis tembok dengan tema- tema menarik. Mungkin mengacu pada sejarah ketika lukisan muncul di gua Altamira di Spanyol, Gua Lascaux di Perancis atau lukisan dinding seperti di Piramida Mesir.  Melukisi tembok dengan tema dan gambar menarik  kekumuhan bisa diredam.

Tembok tembok tidak lagi penuh coretan sekedarnya tetapi dengan warna- warna dan bentuk serta gambar menarik. Mulailah dengan munculnya mural seperti Yogyakarta, kota- kota lain tidak mau ketinggalan. Para seniman mural bangkit dan mencoba memoles kotanya dengan lukisan- lukisan indah yang bisa menjadi destinasi menarik untuk dijadikan wisata atau sekedar selfie.

Sebagai gambaran kota budaya bukan sekadar vandalisme dan kekumuhan, seni urban harus menghadirkan karya seni publik yang mampu memukau. Istilah seni zaman now untuk mural dan graffiti pengamat menilainya sebagai street Art. Seni Jalanan atau seni rupa jalanan, muncul di Amerika sebagai sebuah aktifitas anak muda yang sedang mencari bentuk kegiatan positif.

Bicara tentang mural dari awal, apakah pembaca sebenarnya tahu apa sih mural itu. Dari referensi yang penulis baca, mural berasal dari kata “murus”. Istilah itu menurut bahasa latin berarti tembok. Kalau ditarik ke definisi umum mural saat ini lukisan di dinding. Melukis mural adalah melakukan aktifitas melukis di dinding atau dalam bahasa inggrisnya wall.

Sebetulnya seperti sudah penulis singgung aktifitas melukis di dinding sudah berlangsung sejak dulu kala. Di dinding Lascaux Perancis ada sebuah lukisan yang ditemukan di dinding gua. Sedangkan perkembangan mural sendiri dalam sejarah muncul ketika pelukis beraliran Kubisme melukis bentuk kubistis di dinding. Nama lukisannya adalah Guernica y Luno. Mural art ini saat terjadi perang sipil  di Spanyol pada tahun 1937 (  referensi tulisan dari:imural.id ).

Dari berbagai sumber tujuan pembuatan mural untuk memperingati peristiwa pemboman di desa kecil di Spanyol oleh tentara Jerman.Korban paling banyak adalah masyarakat Spanyol di desa itu.Mural saat ini berkembang dikenal dengan istilah street art. Namun kini muralpun bukan hanya terdapat di dinding jalanan. Dinding untuk restoran, kafe, rumah, dan tempat tempat nongkrong strategis pun dihiasi dengan mural.

Dulu ketika awal mula berada di kota entah di Yogyakarta dan Jakarta, sering melihat coret- coretan cat semprot di dinding, tidak tertata dan cenderung menimbulkan kesan kumuh. Kini ketika graffiti dan mural ditata maka muncul kesan artistik. Semula penulis sering melihat lukisan dinding di sekolah, terutama sekolah TK.

Penulis juga pernah melihat sekolah untuk anak cacat di Srengseng, Jakarta Barat.penuh dengan lukisan. Dan kini sudah banyak dinding dinding kosong di bawah kolong tol pun di lukis atau di sekitar stasiun Gambir, fly over Pesing Grogol Jakarta Barat dan masih banyak lagi mural yang bisa dijumpai.

Rasa artistik harus selalu dipupuk untuk meredam berbagai sikap vandalisme, memperhalus rasa dan membuat jiwa manusia cenderung terbuka menerima warna- warni kehidupan termasuk relasi antar manusia. Keseimbangan antara pengetahuan, seni dan kemampuan literasi memberikan banyak wawasan kepada manusia.

Karya Artistik Mempercantik Perkotaan, Perkampungan dan Destinasi Wisata

Manusia menjadi lebih peka, dan tidak hidup sendiri dalam kungkungan egoisme pribadi. Karya mural  bisa digarap kolektif bersama dengan tim, meskipun ada penggagas utamanya. Seperti yang dilakukan oleh seorang seniman patung sekaligus dalang dan pengukir wayang Yulius Iswanto, yang tinggal di Karangwatu, Pucungrejo Muntilan Magelang,Jawa Tengah.

Ia mempelopori anak muda dan bapak – bapak desanya untuk melukisi dinding di sekitar tempat tinggalnya dengan lukisan epos wayang, kini desanya menjadi salah satu destinasi wisata mural yang banyak dikunjungi kalau sedang mampir atau lewat di Muntilan

Sentuhan artistik para seniman tersebut  diharapkan mampu membangkitkan semangat  berkesenian dan melestarikan budaya.Misalnya mengenalkan tokoh tokoh wayang  melalui rangkaian gambar dan cerita di dinding. Pada artikel sebelumnya penulis telah membuat catatan dan tulisan tentang lukisan tiga dimensi. Kini mural menjadi bahasan yang tidak kunjung surut dibicarakan.

Semoga pembaca semakin kaya pengetahuannya tentang produk karya seni rupa. Salam Budaya.

 

Jonggol, 26 September 2021

 

Tinggalkan Balasan