Kalau jalan- jalan ke Jakarta sudahkah mampir ke Galeri Nasional Indonesia (GalNas). Bangunan kuno peninggalan Belanda yang terletak di Depan Stasiun Gambir dan bersebelahan dengan gedung Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Bangunan yang dominan bercat putih mempunyai beberapa gedung. Pameran regular /temporer ada di depan gerbang. Bangunan yang tampak pilar dan pintu kaca besar. Patung modern dari baja dan aluminium menghiai halaman depan. Sedangkan kantor Galeri ada di samping kiri berderet dengan toilet dan kantin.
Bangunan kokoh bekas sekolah Kristen dan asrama puteri Carpentier Alting Stitching terdiri dari berbagai ruang. Beberapa ruang pameran regular dan satu ruang pameran tetap. Ketika pandemi belum muncul penulis masih sering menyempatkan diri untuk melihat pameran. Terutama secara regular GalNas seringkali mengadakan pameran baik pameran lukisan, pameran patung, grafis maupun arsitektur.
Letak dari Galeri Nasional ini strategis karena dekat dengan stasiun Gambir, dekat dengan halte busway, jalan kaki sedikit sampai ke Monas, dekat dengan Stasiun Pasar Senen. Lalu lintas kendaraan umun juga gampang, Beberapa bis lewat menuju ke luar kota seperti ke Tangerang, Cikokol.
Di masa pemerintahan Jokowi sebelum pandemi setiap bulan Agustus selalu diadakan pameran lukisan koleksi Istana Negara. Menurut pengetahuan yang penulis baca dari berbagai sumber Galeri Nasional seringkali memamerkan lukisan- lukisan dari pelukis terkenal di masa lalu. Affandi, Djoko Pekik, Srihadi Sudharsono, Ugo Untoro, Nasirun, Gigih Wiyono, Basuki Abdullah dan masih banyak lagi pelukis terkenal yang seringkali memamerkan karyanya di Galeri Nasional.
Melihat ruangan pameran yang besar, AC yang dingin, dan display pameran yang unik dan menarik, harusnya banyak penikmat seni yang datang untuk menikmati lukisan baik yang permanen maupun yang regular. Dari kantor Galnas beberapa kurator sering muncul dan memberi tambahan wawasan bagi para pengunjung lewat katalog pameran. Mikke Susanto, Suwarno Wisetrotomo, Sudjud Dartanto, Asikin Hasan,Agus Dermawan T, Agung Hujatnikajenong, Karikaturis Jogja Kuss Indarto yang sering mengkuratori pameran di Galnas.
Galeri Nasional memiliki ruangan diskusi atau dan ruangan untuk merestorasi lukisan dan karya seni. Ketika masuk dalam ruang pameran ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung antara lain meninggalkan tas dan hanya membawa peralatan rekam gambar semacam HP dan kameran tetapi tidak boleh dinyalakan flashnya. Pengunjung juga dilarang untuk dekat- dekat dengan lukisan apalagi menyentuhnya dengan tangan.
Karya pelukis dan pematung karyanya terpajang di Pameran tetap atau permanen. Diantaranya Affandi, Hendra Gunawan, Nashar,Soedarsono, Amrus Natalsya, Hardi Heri Dono, Dede Eri Supria, Ivan Sagita,FX Harsono, Lucia Hartini dan masih banyak pelukis terkenal lainnya, sedangkan pematungnya antara lain Anusapati, Edi Sunarso.
Galeri Nasional berdiri tegak di tengah kota, memberikan pengetahuan tentang berbagai karya dari para seniman – seniman yang mengharumkan nama bangsa. Sayangnya kalau dilihat dari persentase pengunjung, masih banyak hal yang perlu dibenahi, terutama masalah minat masyarakat pada dunia seni rupa. Masyarakat Indonesia belum begitu antusias untuk menyaksikan event pameran, kalau dibandingkan dengan di Eropa maka Indonesia masih ketinggalan jauh dalam hal minat pada dunia seni rupa. Padahal talenta seniman Indonesia sangat banyak.
Semoga saja setelah pandemi arus kunjungan ke museum, ke galeri lukis, ke tempat bersejarah bisa meningkat. Masyarakat perlu apresiasi seni dan luasnya wawasan dalam hal kebudayaan. Hal ini untuk meredam meningkatnya kejahatan, vandalisme, dan juga demonstrasi yang cenderung anarkhis.
Dengan kehalusan budi dan perkenalan pada seni budaya, diharapkan manusia Indonesia menjadi lebih halus budi bahasanya, menghargai karya seni dan mampu meredam emosi tinggi yang dilampiaskan dengan cara kekerasan.
Dengan seringnya mengunjungi pameran akan terbuka wawasan betapa kayanya Indonesia, betapa majemuknya bangsa dan sangat banyak peluang kreativitas. Produk kesenian seperti lukisan maupun patung mampu memberi stimulan halusnya budi pekerti.
Melongok pameran tetap ada sekitar 11 ruang yang dilengkapi dengan informasi, Gedung terbagi dua, di Galeri 1 tampir karya seni rupa modern dari Indonesia dan internasional dibagi 7 ruangan.
Pameran tetap di gedung dua dibagi menjadi 4 ruangan. Pameran tetap biasanya dikenakan tarif masuk. Sedangkan pameran temporer biasanya gratis dan akan selalu berganti dari lukisan maupun senimannya.
Indonesia masih butuh banyak gedung untuk ruang pameran, semoga saja semakin banyak anak muda yang tertarik menjadi seniman dan pengelola gedung pameran. Dengan banyaknya pameran dan semakin tinggi antusiasme pengunjung akan memberi tambahan peluang bagi para seniman untuk membangkitkan gairah berkesenian.
Galeri Nasional Indonesia hanya salah satu gedung yang dipakai untuk mengenalkan dan membuat karya seni rupa semakin dicintai. Siapa lagi yang akan mencintai budaya dan karya anak bangsa selain kita sendiri. Untuk netizen jangan hanya nyinyir saja tetapi kalau bisa berkontribusi untuk meningkatkan kepedulian pada seni budaya. Salam Budaya.
Referensi dari: sejarahlengkap.com