Sejatinya Cinta Bapak Tjipta dan Ibu Lina

Dokumen pribadi Bapak Tjipta
Dokumen pribadi Bapak Tjipta

Melalui kerasnya kehidupan, perjalanan berliku, berteman rasa pahit, terjangan gelombang, dan badai yang datang silih berganti.

Menahan rasa lapar dalam kemiskinan. Menahan rasa malu dalam penghinaan. Hari-hari terasa panjang.

Hari demi hari penuh perjuangan dan rintangan sambil menatap harapan. Ada air mata yang bercucuran. Tak tahu kapan berkesudahan.

Perjalanan panjang nan getir menyesakkan dada tak menghadirkan rasa putus asa. Tak juga menggoyahkan kisah cinta untuk berpaling mencari jalan lain.

Ibarat kembar yang selalu ingin berpasangan. Ibarat bulan dan bintang yang senantiasa menghiasi langit bersama

Apa yang terjadi justru makin mengokohkan cinta yang tumbuh sejak semula. Takkan ke lain hati lagi.

Sehidup semati bukan menjadi teori belaka. Namun, menjadi ukuran dinding hati.

Cinta makin mekar dalam penderitaan. Cinta makin bertumbuh dalam persamaan rasa. Cinta makin mendalam kala menyelami pahitnya kehidupan.

Indah pada waktunya. Malam akan berujung pada fajar.

Cinta pada akhirnya berbuah manis yang nyata. Rasa pahit telah menjadi sejarah yang tak akan pernah dirasa lagi.

Enam puluh tahun perjalanan dalam mahligai rumah tangga. Mengarungi samudra kehidupan dalam segala rasa. Layaklah meraih level pernikahan berlian sebagai sebuah makna.

Cinta yang terpisahkan, jodoh yang dibawa sampai ujung usia. Cinta yang akan menginspirasi anak cucu.

Dua anak manusia atas nama Tjiptadinata Effendi dan Roselina Effendi layak menerima piala kehidupan berumah tangga. Yang mana tidak setiap anak manusia meraihnya.

Sungguh inilah cinta yang akan selalu dalam rasa yang sama, walaupun kehidupan selalu mengalami perubahan. Kau dan aku walaupun dua raga, tetapi satu jiwa.

Selamat merayakan usia pernikahan ke-60 tahun. Tuhan memberkati senantiasa kemesraan tetap terjaga. Kebahagiaan dan kesehatan menjadi teman setia.