Falsafah Sunda “Cageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singer” Inspirasi Dalam Pembangunan Karakter

:Rahmat Syafa’at berbusana khas Sunda Banten (dokpri Indra Rahadian)

 

Foto: Rahmat Syafa’at berbusana khas Sunda Banten. Dokpri

Indonesia negara kaya raya kebudayaan dan ajaran kebajikan. Bahkan nilai-nilai budaya sudah ditanamkan pada anak-anak kita, saat masih berada dalam kandungan. Baik berupa do’a, ritual, upacara adat, cerita tutur dan literatur.

Beragam kebudayaan dan ajaran tersebar dari Sabang sampai Merauke. Mengisi  kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai kebajikan. Ibarat rumah besar, dengan beragam barang berharga dan berbagai perlengkapan di dalamnya.

Kadangkala saking banyaknya barang, membuat kita bingung mencari-cari di setiap sudut dan sela-sela. Nilai kebudayaan mana, yang cocok untuk digunakan untuk menjawab permasalahan tertentu. Padahal, letaknya tak jauh dari lingkungan kita sendiri.

Dunia internasional, mungkin mengenal karakter bangsa kita akan keramah-tamahan dan pola hidup sederhana sebagai kesan baik. Kesan buruknya adalah, etos kerja yang masih harus bersaing dan latah terhadap kebudayaan asing yang sedang trending.

Namun bila ditelaah, begitu banyak budaya bangsa yang mengajarkan etos kerja tinggi. Dan tidak kalah menyenangkan untuk diamalkan. Di setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya masing-masing.

Falsafah Cageur, Bageur, Bener, Pinter, tur Singer, telah dikenal luas di kalangan masyarakat Sunda. Beberapa sekolah menengah di Jawa barat, menyematkan falsafah tersebut sebagai motto. Namun tidak sedikit yang lupa. Produk kebudayaan yang sederhana ini, bernilai tinggi dan terlalu sayang untuk sekadar slogan semata.

Forum Studi & Komunikasi Mahasiswa Pasundan (FSKMP), salah satu organisasi kemahasiswaan di Politeknik APP Jakarta. Kampus yang bernaung di bawah Kementerian Perindustrian RI. Memperkenalkan motto Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer, sebagai landasan pembangunan karakter yang bermanfaat.

  1. Cageur

Padanan kata cageur dalam bahasa Indonesia adalah sehat. Dan kesehatan mutlak diperlukan untuk menunjang aktivitas. Tak hanya kesehatan fisik, tetapi kesehatan mental dan spiritual.

Bila masyarakat kita dikenal karena keunikan mengkonsumsi sayuran mentah, semisal karedok dan lalapan. Meminum air dari kendi dan memasak daun katuk sebagai pelancar ASI. Hal itu merupakan bentuk implementasi dari kata cageur tersebut.

Begitu pula dengan ragam olahraga semisal Pencak Silat. Permainan anak; oray-orayan, gatrik, bebentengan, sunda-manda, congklak, hahayaman, dan lain-lain. Berfungsi untuk  membentuk ketangkasan fisik dan berpikir. Di samping melatih kesadaran sosial, gotong royong dan kompetisi.

Betapa pentingnya kesehatan fisik dan mental. Terlebih di masa pandemi. Olahraga dan berwisata sama pentingnya. Bersantai menikmati suasana rumah. Berkumpul bersama teman dan saudara. Botram, makan bersama nasi liwet di atas daun pisang utuh. Kesehatan adalah  pondasi utama dalam kehidupan. “Nu penting mah cageur heula.”

  1. Bageur

Perilaku baik akan membawa kita pada kebaikan lainnya. Padanan kata bageur adalah baik. Dan menjadi baik atau berbudi pekerti, adalah dorongan alami dalam diri setiap manusia.

Berbagi kebaikan, tentu membuatnya kita menjadi pribadi yang jauh dari kata jahat. Baik dalam berucap dan berperilaku. Tindakan itu akan mendekatkan kita pada sifat-sifat baik lainnya. Kejujuran, kredibilitas dan kepercayaan. Dalam kehidupan sosial, hal itu adalah modal utama.

Someah, hade ka semah–Santun dan bagus dalam menerima tamu.” Kebaikan sekecil apapun akan terasa manfaatnya bagi sesama. Terlebih untuk kenyamanan pribadi. Kita tidak perlu repot-repot mengusahakan pencitraan. Bila pribadi apa adanya sudah terkesankan baik, bukan?”

  1. Bener

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat religius. Hal itu tercermin dari ramainya rumah ibadah umat beragama. Tataran hidup akan lebih bernilai saat kita mengenal Tuhan. Ajaran kebudayaan tidak akan menghalangi ajaran agama yang diyakini masyarakat.

Pertentangan hanya milik orang-orang yang tidak mengenal kebaikan, kemanusiaan dan rasa saling menghormati. Karenanya sebelum menasbihkan diri sebagai pembela kebenaran, harus mengamalkan kebaikan sebagai landasan. Cinta dan kasih sayang antar umat manusia.

Implementasi kata bener, dalam hal ini tak jauh dari padanan kata benar dalam bahasa Indonesia. Menjadi pribadi yang berbudaya dan, menjalankan kewajiban agama, taat peraturan pemerintah dan menghormati keberagaman.

Benar, adalah menempatkan sesuatu sesuai ketentuannya. Dan menjaga sebuah kebenaran tidak dibenarkan dengan hal-hal yang jauh dari nilai-nilai kebenaran itu sendiri.

  1. Pinter

Pendidikan adalah jalan untuk meraih pengetahuan. Meskipun kecerdasan tidak dihasilkan hanya melalui bangku sekolah. Namun hal itu penting untuk kehidupan di zaman sekarang.

Padanan kata pinter adalah pintar atau cerdas. Baik dalam kemampuan akademik ataupun kemampuan lainnya. Menjadi pribadi yang solutif dan kreatif, jauh lebih berguna dari sekedar mengeluh dan berputus asa.

Pernahkah mendengar istilah pamali? Makna-makna dalam istilah pamali, tidak akan ditemukan tanpa kecerdasan. Misalnya, Ulah tatalu peuting-peuting –jangan memukul-mukul sesuatu saat malam, ulah diuk di hareupeun panto –jangan duduk di depan pintu. Tentu tingkat kecerdasan akan menentukan, apakah hal tersebut hanya himbauan, larangan belaka atau nasehat berharga.

  1. Singer

Padanan kata singer dalam bahasa Indonesia amat beragam, dan yang paling mendekati, adalah wawas diri dan gesit. Karena setelah melalui tahapan cageur, bageur, bener, dan pinter, sebaiknya kita melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.

Tidak mengabaikan kesehatan, tidak merasa diri paling baik, tidak merasa diri paling benar, tidak merasa diri paling pintar. Menata keharmonisan hidup dimulai dari diri sendiri.

Di bidang apapun kita mengusahakan nafkah dan mengasah kemampuan, wawas diri membantu kita mendapatkan tempat yang sesuai di tengah-tengah keberagaman. Karena manusia yang paripurna, adalah manusia yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Dan mulailah menebarkan manfaat kepada sesama.

Falsafah Sunda, Cageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singer, tidak dapat dipisahkan atau dipotong-potong. Baik susunan, urutan dan maknanya. Layaknya sebuah anak tangga, tahapan tersebut harus dipahami satu persatu. Dan diimplementasikan sekaligus dalam kehidupan sehari-hari.

Meski telah banyak digunakan dalam motto sekolah menengah dan organisasi, falsafah ini terkesan minim implementasi. Hasil yang diharapkan; yakni generasi yang mampu menjawab tantangan zaman, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Bukan generasi pengekor dan tercerabut dari akar budaya dan kepribadian luhur bangsa Indonesia.

Kebudayaan adalah identitas yang melekat. Dan bangsa yang besar, adalah bangsa yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai kebudayaannya sendiri.”

Indra Rahadian

Tinggalkan Balasan

2 komentar