Filosofi Silih Asah, Asih, dan Asuh

Photo by Hannah Busing on Unsplash

Oleh: Hana Marita Sofianti

 

“ Silih artinya saling, Asah, Asih dan Asuh artinya menajamkan pikiran, mengingatkan, mengasihi dan membimbing. Diterapkan dalam pemikiran masyarakat Sunda dalam Tri Tangtu. “ ( Wikipedia)

Sebelum membahas Filosofi Silih Asah, Asih dan Asuh, baiknya kita mengenal Tri Tangtu dalam falsafah Kasundaan terlebih dahulu.

Apa itu Tri Tangtu ?

Merupakan kata yang berasal dari Bahasa sunda yang artinya ‘Tri’ : Tilu dan ‘Tangtu’ : Pasti , jadi Tri Tangtu adalah tiga kepastian dalam kehidupan atau sebuah ilmu pasti dalam kehidupan yang berpedoman pada Batara Keresa, Batara Bima Karana dan Batara Kawasa yang disebut Batara Tunggal.

Dalam menjalani kehidupannya masyarakat sunda mayoritas hidup dalam pertanian ladang, berkebun, dan lainnya. Tentunya hal tersebut sangatlah berpotensi dalam keseharian masyarakat yang ditegaskan dalam keyakinan diri bahwa segala sesuatu tidak hanya bersumber dari diri sendiri, melainkan dari kekuatan besar penguasa tertinggi yang merupakan tujuan dan sumber segalanya, Gusti Nu Murbeng Alam ( Tuhan Yang Menguasai Alam).

Dalam kehidupan sehari-harinya tentu masyarakat adat Sunda memiliki simbol dan senjata untuk menjaga diri dan bertahan hidup , sebagai sebuah benda pusaka juga merupakan ciri khas berbeda yang dimiliki oleh setiap daerah masing-masing di seluruh tanah air.

Kujang, senjata tradisional – Sumber: kompas.com

 

Senjata adat sunda yang terkenal adalah kujang, memiliki tiga fungsi juga yaitu tusuk, potong dan pukul. Benda pusaka ini memiliki Tri Tangtu juga, diantaranya : buana handap, buana tengah, buana luhur ; Hirup, rasa, adeg ; Ratu , rama, resi ; Gusti , manusa, alam.

Untuk menjaga alam yang diamanahkan Gusti ( Tuhan) kepada manusa ( manusia) maka tri tangtu dalam gerak silih asah, asih dan asuh harus dilakukan guna lebih berkesadaran dalam menghargai alam dan isinya serta mewujudkan bakti terhadap diri, sesama/manusia , alam dan terutama Tuhan.

Filosofi Silih Asah, Asih dan Asuh

Silih asah, asih dan asuh dalam bahasa sunda merujuk pada kata kerja penyambung artinya ‘berbalas’ , ‘mengambil alih’ dan ‘timbal balik’ , dalam bahasa Indonesia dapat diartikan ‘saling’ dan ‘ganti/digantikan/menggantikan’ . Termasuk ke dalam falsafah Tri Tangtu yang memiliki kata filosofis tekad, ucap, lampah melalui naluri, nurani dan nalar.

Silih Asah

Artinya saling mengingatkan baik dalam hal ihwal kehidupan ataupun lebih dari itu yang bertujuan untuk menajamkan akal pikiran, kebaikan dan kesadaran bersama atau individual. Seperti halnya contoh, sebuah benda pusaka ( kujang ) supaya tajam, apabila sebelum digunakan maka akan diolah / diasah  terlebih dahulu, begitupun dengan akal dan pikiran  (  cipta, rasa , karsa ).

Biasanya digunakan sebagai ajang mendapatkan ilmu pengetahuan baik melalui / berguru pada / dari  manusia atau  alam , lingkungan, dan kejadian / pengalaman, maknanya bisa lebih luas dari itu.

Silih Asih

Asih artinya ‘kasih’ , ‘nyaah’, ‘kasih sayang’ . Dapat diartikan saling mengasihi. Setiap hal yang dikasihi pastinya tidak akan berani untuk menyakiti. Dalam hal ini filosofinya sangat dalam dimana setiap makhluk dimuka bumi baik yang nampak maupun tidak tentunya berhak dikasihi .

Sebagai contoh sesama manusia jika memang memiliki kekurangan atau melakukan kesalahan maka diasah / diingatkan, diasih dikasihi dengan tidak menghakimi diasuh dengan memberikan petunjuk .

Contoh terhadap alam adalah dengan memeliharanya agar tumbuh kesadaran dalam merawatnya semakin dalam hingga melahirkan kecintaan dan lain sebagainya.

Silih Asuh

Asuh artinya membimbing, mengasuh, merawat. Dalam hal ini setelah di asah, di asih lalu diasuh, dapat diartikan juga memandu dan memberikan panduan dalam hal mengasah dengan cara welas asih juga merawat segala sesuatu dengan saling mempertajam akal dan  pengetahuan dengan cara menyayangi dan mengayomi, ketiga kata ini memiliki keterkaitan dan keterikatan yang sangat erat, tidak dapat dipisahkan.

Seperti halnya seorang bayi yang akan diasuh ibunya juga dirawat dan dijaga dengan baik, maka seluruh kalangan manusia tentunya masih sangat perlu melakukan tindakan silih asah, asih, dan asuh guna saling memperbaiki diri dalam mencapai suatu tujuan bersama atau individu dalam hal pembelajaran, pembenahan dan pemberdayaan diri/kelompok.

Dari ketiga kata Silih tersebut di atas, mengajarkan manusia untuk saling mengasihi, mengingatkan dengan cara saling merawat atau mengasuh dan berbagi pengalaman hidup serta pengetahuan yang dipengaruhi oleh kuasa Tuhan, diri, alam, dan sesama untuk keseimbangan raga, jiwa, spiritual.

Sejatinya, Tri Tangtu ini merupakan konsep kehidupan demokratis masyarakat Jawa Barat berpenduduk asli dan berbahasa Sunda yang berakar pada keluhuran akal budi pekerti, daya pikir, daya cipta, kesadaran yang akarnya mengikat pada relung hati dan menembus bumi.

Silih asah, Asih, dan asuh tidak hanya filosofi kasundaan bakti ka diri, ka sasama, ka alam yang arti dan kegunaannya berhenti di situ saja tetapi mengandung banyak makna lebih dalam diantaranya silih rangkul (saling merangkul), silih hargaan (saling menghargai) , silih tulungan (saling menolong) silih wangikeun (falsafah siliwangi) dan lebih banyak lagi.

Purwakarta, September 2021

***

Tinggalkan Balasan