H. Thamrin Dahlan: Penasehat, Penakawan, Penasaran – Sang Pejuang Literasi

Yuk, Ramai-ramai Menulis Testimoni untuk Buku “70 Tahun Thamrin Dahlan”! - YPTD

Banyak penulis mengira, pemikiran yang dituangkan dalam rangkaian kata-kata yang dibuatnya akan menjadi gundukan memori kata di lumbung tulisannya. Mereka ingin tulisannya dapat menjadi buah karya yang akan diberikan kepada generasi berikutnya. Para penulis berusaha agar tulisannya termuat dalam suatu bundling lembaran yang rapi. Namun, usaha itu seringkali tidak berjalan mulus.

Tantangan dan hambatan mereka alami bukan saja menyangkut redaksi dan oplah yang menjadi persyaratan. Tetapi, faktor biaya sering menjadi alasan penghambat gagalnya mimpi-mimpi para penulis. Rekomendasi nama baik tak ketinggalan menjadi salah satu kunci terbitnya untaian kata-kata itu.

Tabir penghalang itu tak selamanya bertahan. Ia sirna dihempas oleh sebuah harapan baru. Harapan penulis pemula yang muncul sebagai oase di padang gurun, bagai cahaya mentari pagi yang mengintip di ufuk timur.

Adalah seorang insan baik hati, seorang penulis, pengelola Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan. Sebuah usaha yang memiliki komitment melaksanakan kegiatan bidang pendidikan dalam bentuk peran serta aktif meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Dia adalah Haji Thamrin Dahlan (HTD).

Beliau mengelola sebuah yayasan yang memfokuskan diri untuk menerbitkan buku dengan Lisensi Barcode ISBN Perpustakaan Nasional tanpa biaya. Misi yang hendak dilakukan adalah membantu para menulis menerbikan buku ber ISBN tanpa biaya, menyelenggarakan Pelatihan Menulis dan menggerakkan kegiatan menulis melalui website YPTD terbitkanbukugratis.id. 

Menurut HTD, kegiatan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan  dari visi yang dikembangkannya dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Kegiatan yang dilakukan bersama beberapa rekannya ini dilatarbelakangi kesulitan yang dihadapi para penulis dalam penerbitan buku yang sudah tersedia namun belum dapat diterbitkan oleh penerbit.

Hal lain disebabkan karena biaya yang besar dalam penerbitan buku secara indie (pribadi) melalui perusahaan jasa penerbit. Hal itulah yang mendorong HTD bersamaYPTD berikhtiar untuk membantu para penulis dalam penerbitan karya tanpa mengeluarkan biaya. Ternyata seorang penulis bisa menerbitkan buku tanpa biaya. Tidak ada istilah penulis pemula karena tidak ada pengakhir. Istilah yang paling tepat menurut beliau adalah pegiat literasi.

 

Nilai-Nilai Karya dan Motto

Nilai-nilai yang masih lekat teringat dari seorang HTD adalah kemuliaan, kejujuran, transparan, akuntabel, kebersamaan, kemanusiaan, legacy, peduli, dan literasi Indonesia. Berbekal motto yang acapkali digunakan beliau, yaitu Tiga Pena yaitu Penasehat, Penakawan, Penasaran, para penulis bergerak cepat bagai amunisi yang siap melesat jauh.

HTD selalu mendorong para penulis agar selalu berbagi kebaikan melalui kegiatan menulis sebagai inspirasi tak pernah terputus..  Metode “sekali duduk jadi” ketika menulis adalah metode yang paling saya ingat dari beliau yang saya gunakan hingga saat ini. Artinya, jangan sesekali meninggalkan artikel yang sedang digarap, selesaikan dan posting ke sosial media. Seketika tulisan  itu akan memiliki roh.  Roh itulah yang membuktikan tulisan kita hidup saat dibaca dan dikomentari para pembacanya. Mungkin itulah kiat menulis beliau selama 12 tahun ini sehingga berhasil memposting 2.800 artikel. Muara menulis itu adalah buku yang sejatinya merupakan mahkota seorang penulis.*** (kps)

Kunjungi Blog Penulis.
Artikel ini juga ditayangkan di Kompasiana

Tinggalkan Balasan

2 komentar

  1. Sekali duduk jadi bahasa minangnya sakali duduak jadi itu juga jadikan kebiasaan bagi saya.memang berat tapi kalau udah terbiasa akan nudah.dan Luruskan niat dalam menuli itu adalah pwsan dari Ayahanda yang selalu Elok Kenang. Semoga kita bisa meniru jejak literasi Ayahanda Thamrin. Insyaallah Aamiin.