Literasi untuk Membangun Diri (Antara Teori dan Praktik)

LITERASI itu bisa dilihat dari dua sisi, teori dan praktik. Mengapa bisa? Bukan harus? Karena terbukti dalam kenyataannya kita –kebanyakannya– terkadang hanya melihat dan ikut di salah satunya saja. Idealnya memang harus di kedua sisinya. Seperti mata uang yang memiliki dua sisi yang membuat uang itu bernilai dan berlaku harganya. Begitu juga mestinya literasi, harus dilihat dari dua sisi itu.

Kita yang mementingkan salah satunya saja, misalnya hanya ikut teorinya saja, kebanyakan karena keperluan akademik (di sekolah) begitu mahir pemahaman literasinya. Tapi secara teori. Secara teori sangat mengerti, apa itu lietrasi. Misalnya, dalam satu buku dikatakan, ‘kata literasi diambil dari bahasa Latin, literatus. Maknanya orang yang belajar. Secara umum istilah literasi merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, itulah teori. Boleh jadi kita sangat mahir dan hafal banyak pendapat pakar perihal literasi. Kita akan mengatakan lietrasi itu bagian dari membaca, menulis, memahami bacaan, memecahkan masalah atau memberi solusi terhadap satu masalah yang kita temukan dalam bacaan. Dikatakan, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa. Itu semua tentu saja masih dalam tataran teori.

Secara teori juga kita dapat memahami tujuan literasi karena ada referensi yang bisa dibaca.  Apa tujuan literasi? Pemerintah menetapkan tujuan literasi antara lain,
1) Menciptakan dan mengembangkan budi pekerti yang baik.
2) Menciptakan budaya membaca di sekolah dan masyarakat.
3) Meningkatkan pengetahuan dengan membaca berbagai macam informasi bermanfaat.
4) Meningkatkan kepahaman seseorang terhadap suatu bacaan.
5) Membuat seseorang bisa berpikir kritis.
6) Memperkuat nilai kepribadian.Dengan target seperti di atas, manfaat literasi yang dapat dipetik, antara lain,

1) Meningkatkan pengetahuan akan kosa kata.
2) Membuat otak bisa bekerja optimal.
3) Menambah wawasan.
4) Mempertajam diri dalam menangkap suatu informasi dari sebuah bacaan.
5) Mengembangkan kemampuan verbal.
6) Melatih kemampuan berpikir dan menganalisa.
7) Melatih fokus dan konsentrasi.
8) Melatih diri untuk bisa menulis dan merangkai kata dengan baik.

Akhirnya –secara teori– target yang ingin dicapai dengan literasi adalah  meningkatnya pemahaman kita dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima atau yang dibaca. Dengan itu diharapkan akan membantu kita berpikir kritis dengan tidak mudah bereaksi terlalu cepat. Di sisi lain akan membantu kita meningkatkan pengetahuan. Sungguh baik harapan ini.

Tentu saja tidak cukup di batas teori. Literasi sejatinya harus masuk ke prkatiknya. Bagaimana, di mana dan apa yang dibaca atau yang didengar, inilah pertanyaan yang akan menggiring kita untuk berpraktik dalam literasi. Harus jelas bagaimana kita melakukan kegiatan membaca, di mana tempatnya dan bahan bacaan apa yang kita jadikan sebagai bahan bacaan.

Karena literasi tidak akan terlepas dari kreativitas membaca dan menulis selain menyimak dan beberapa keterampilan berbahasa lainnya, maka sederhananya kita bisa memulai praktik literasi kita dengan menggiatkan kreativitas membaca dan menulis. Hendaklah setiap saat atau setiap hari kita membaca. Dan dari bacaan yang sudah terolah dalam pikiran dan perasaan, lanjutkan dengan mereproduksinya kembali dalam bentuk tulisan. Artinya, kita harus menulis setiap. Silakan dibuat moto atau jargon pribadi untuk memotivasi menulis. Misalnya, ‘menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi’; atau jargon lainnya, ‘cintaku literasi, kumenulis setiap hari.’***

Juga di tanaikarimun.com

Tinggalkan Balasan