Dari Ngabuburit Menuju Ngabuburead

KMAB44 Dilihat

DARI NGABUBURIT MENUJU NGABUBUREAD

Oleh: Nanang M. Safa

 

Anda pasti tidak asing lagi dengan istilah ngabuburit. Istilah ini sudah sangat popular terutama di kalangan remaja. Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda burit yang berarti sore. Ngabuburit bisa diartikan menghabiskan waktu sore (https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220412134755-284-783720/asal-usul-ngabuburit-tradisi-hangat-di-sore-hari-kala-ramadan). Dalam Wikipedia Indonesia  kata ngabuburit diartikan kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan (https://id.wikipedia.org/wiki/ngabuburit).

Kegiatan ngabuburit seringkali hanya berupa kegiatan untuk menunggu datangnya azan magrib dengan nongkrong atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan pasti. Saya sendiri kadang juga melakukan hal demikian. Saya ajak anak-anak saya jalan-jalan sore, nyantai di pantai, setelah menjelang azan magrib saya ajak mereka pulang. Jika kegiatan jalan-jalan ini dilakukan sesekali untuk hiburan keluarga atau untuk refreshing, tentu merupakan hal positif sebagai bentuk harmonisasi hidup. Namun jika kegiatan seperti ini dijadikan kegiatan harian selama Ramadan, bisa jadi kurang sejalan dengan tujuan ibadah puasa itu sendiri. Allah SWT telah menegaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183 bahwa ibadah puasa bertujuan untuk mencapai derajat takwa.

Takwa merupakan refleksi dari sinergisitas antara rasa takut, kepatuhan, dan kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya, yang membuahkan sebuah ketauhidan yang mutlak (https://afi.unida.gontor.ac.id/2019/02/09/konsep-taqwa-dalam-al-quran/). Derajat takwa merupakan derajat tertinggi bagi seorang mukmin. Maka sebagaimana dijanjikan Allah SWT seperti yang tercantum  dalam surat Ali Imran ayat 198 orang yang bertakwa kelak di akherat akan kekal tinggal di surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai yang indah (https://tafsirweb.com/1330-surat-ali-imran-ayat-198.html).

Bisa jadi dalam kegiatan ngabuburit (sekedar nongkrong atau jalan-jalan sore) Anda menemui hal-hal atau peristiwa yang dalam bahasa syariatnya berbau kemungkaran atau kemaksiyatan. Tentu hal ini bisa mengurangi kekusyukan Anda dalam menjalankan ibadah puasa.

Maka menjadi hal yang sangat positif tentunya ketika muncul kegiatan penyeimbang kegiatan ngabuburit (menunggu saat berbuka dengan sekedar jalan-jalan atau nongkrong) yakni kegiatan ngabuburead (menunggu saat berbuka dengan membaca).

Membaca yang paling baik tentulah membaca Al Qur’an, apalagi di bulan Ramadan, tentu kebaikannya berlipat ganda. Membaca buku juga kegiatan yang sangat bermanfaat.

Pada Ramadan 1443 H yang lalu kebetulan saya mendapatkan amanah menjadi juri untuk perlombaan menulis cerita pendek (cerpen). Lomba cerpen tersebut diadakan dalam rangka class meeting. Seluruh siswa di sekolah saya sejumlah 670 siswa diwajibkan mengikuti lomba ini tanpa terkecuali. Wah, cukup berat juga sebenarnya. Namun seberat apapun saya tetap harus menjalankannya.

Setiap habis shalat asar sampai menjelang magrib, saya jalankan tugas tersebut. Satu persatu naskah cerpen saya buka, saya baca, saya cerna, dan saya beri skor berdasarkan kriteria penilain yang telah saya buat sebelumnya. Maka jadilah kegiatan membaca cerpen tersebut menjadi kegiatan rutin harian saya selama bulan Ramadan yang lalu. Paling sekali-sekali saja saya ajak anak dan istri saya ngabuburit di pantai atau sekedar jalan-jalan sore sebagai selingan. Dari membaca cerpen para siswa inipun, saya memperoleh banyak inspirasi untuk tulisan-tulisan saya.

Menjelang Idul Fitri akhirnya tugas saya ngabuburead (menunggu saat berbuka dengan membaca cerpen siswa) bisa saya tuntaskan. Inilah pengalaman berharga yang saya peroleh di bulan Ramadan 1443 lalu. Maka dalam tulisan ini saya juga ingin mengabadikannya dalam judul “Dari Ngabuburit Menuju Ngabuburead”.

 

#kmab#34