GURU OH GURU
Minggu pagi sehabis sarapan, saya buka chat Whatsapp di group Guru bahasa Inggris, wow amazing, banyak banget. Kebanyakan mereka membahas tentang sumber daya manusia (SDM) instruktur dan siswa yang perlu ditingkatkan. Demikian juga dengan kemampuan para perwiranya diharapkan memiliki nilai lebih dari anggotanya.
Guru bahasa Inggris diharapkan terus me-refresh dan meng-upgrade kemampuan bahasanya karena mengajar adalah mentransferkan ilmu yang mereka punya. Tanpa disadari guru lebih banyak berkutat dalam teknik mengajar agar siswanya mengerti. Mereka berusaha berinovasi di dalam mengajar dan memfokuskan pada student center yang berarti siswa lebih aktif daripada gurunya.
Karena fungsi guru sebagai motivator dan fasilitator maka seringkali guru merasa puas jika anak didiknya menjadi lebih baik kemampuannya dari diri mereka. Memang benar guru tidak perlu takut jika siswanya menjadi lebih pintar dari dirinya. Hal ini menunjukkan keberhasilan guru di dalam mengajar. Namun guru yang pintar akan membuat siswanya lebih bersemangat dalam belajar karena dia dianggap sebagai model bagi para siswanya. Untuk tetap meningkatkan kepintaran dan skill bahasa Inggris yang dimiliki maka guru harus dapat me-refresh dan bahkan meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya.
Guru perlu mengikuti Diklat lagi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika kesempatan itu tidak di dapatkan karena kondisi covid saat ini maka guru perlu meluangkan waktunya untuk belajar mandiri melalui internet. Idealnya belajar empat skills: Speaking, Reading, Writing and Listening. Memang tidak mudah untuk menyisihkan waktu karena pada kenyataannya guru masih dilibatkan dalam pekerjaan administrasi sehari-hari.
Sebagian guru yang super sibuk dengan pekerjaan tambahan masih beranggapan yang penting mengajar sesuai dengan jadwal. Mereka tidak lagi memikirkan kualitas mengajarnya. Mereka tidak lagi perduli siswanya mengerti atau tidak. Semoga kita bukan tipe guru yang ini.
Seringkali guru sedikit frustasi karena tidak dapat mengajar maksimal yang disebabkan oleh peralatan mengajar yang serba terbatas. Misalnya tidak adanya in focus, internet yang lemot dana terbatas untuk foto copy materi ajaran dan harus mengeluarkan uang pribadi untuk membeli kuota internet dan masih banyak lagi.
Untuk memecahkan kondisi ini biasanya saya pribadi mengutarakan kepada siswa perlu adanya kerja sama dalam proses belajar mengajar. Saya masih beruntung siswa-siswa saya adalah orang dewasa dan sudah bekerja. Bagi mereka memperbanyak materi bukanlah hal yang sulit. Mereka dengan senang hati membantu saya untuk memperbanyak bahan ajaran bagi mereka sendiri. Di dalam satu kelas biasanya mereka membentuk kesenatan yang terdiri dari Ketua Senat dan wakilnya, sekretaris, bendahara, seksi pendidikan dan seksi kebersihan.
Bagi mereka, belajar dengan suasana yang nyaman akan mempercepat kemampuan dalam menyerap pelajaran. Para siswa cenderung membuat senang gurunya. Demikian juga bagi saya kebahagian yang tidak ternilai jika para siswa menyukai kehadiran saya.
Bagaimana dengan bapak dan ibu guru yang sedang membaca tulisan saya? Semoga bapak ibu juga mendapatkan siswa siswi yang menarik dan kooperatif.
Jakarta, 21 Februari 2021
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M.
Lomba Menulis PGRI
Hari ke-21.