PERTEMUANKU DENGAN BUNDA KANJENG

PERTEMUANKU DENGAN BUNDA KANJENG

Pertama kali aku bertemu dengan bunda kanjeng ketika aku mengikuti pelajaran literasi dibulan Juni 2020. Bunda kanjeng sapaan dari Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd yang mengajarkan bagaimana tulisan kita dapat dipublikasikan untuk menjadi sebuah buku.

Beliau memiliki motto atau quote penyemangat,”Better Late Than Never.” Kita boleh menulis berapapun usianya. Usia senja bukan berarti tidak bisa produktif.

Bunda Kanjeng yang selalu menginspirasi ketika semangat menulisku hampir kendor karena kesibukan atau rutinitas di kantor.

Bunda Kanjeng sangat aktif sebagai narasumber maupun editor buku Antologi bersama mba Rita, mba Eni dan Mas Brian. Banyak project antologi yang telah saya ikuti dengan Bunda Kanjeng. Ketika saya silent di group, beliau tiba-tiba japri ke saya dan menawarkan project menulis bareng. Kadang saya merespon cepat dengan segera menuliskan artikel namun kadang lambat. Deadline tiba, artikel baru terkirim. Bunda Kanjeng sangat memaklumi kesibukan saya bahkan kesedihan saya.

Saya sering curhat (curahan hati) dengan beliau tentang kesedihan saya ketika suami meninggal. Beliaulah yang selalu menyemangati agar saya tetap kuat dan berkarya. Menjaga kesehatan dan melakukan apa yang menjadi prioritas untuk dikerjakan. Nasihat itu selalu tertanam di hati saya.

Saya salut dengan semangatnya untuk selalu berbagi ilmu dengan yang lain. Berbagai kutipan tentang motivasi hidup sering beliau share. Saya merasa bunda kanjeng seperti kakak bagi saya karena usia tidak terpaut jauh dengan saya. Beliau juga religius dan rendah hati. Sosok kakak yang sangat diidamkan adiknya.

Ingin sekali pandemi covid segera berlalu. Saya sangat ingin bertemu beliau. Tidak hanya melalui foto-foto yang dikirimkanya namun bisa bertemu secara langsung, minum kopi bersama dan berbincang-bincang tentang banyak hal. Berbincang-bincang tentang hari tua yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Menjadi penulis solo dan blogger seperti beliau.

Ada satu goresan pena beliau berupa puisi yang sangat menyentuh dengan judul “Berbenah Diri” yang beliau tulis tanggal 3 Januari 2021 yang lalu. Puisinya mengalir begitu indah dengan pesan untuk selalu berbenah diri agar tidak merugi karena kesempatan tidak datang lagi. Menikmati proses hidup dalam kasih sayang Tuhan yang penuh kasih.

Saya yakin saat ini keinginan itu hanya diangan-angan tapi Insya Allah dalam waktu dekat saya bisa berjumpa dengan beliau.

Jonggol, 28 Februari 2021

Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP.

Lomba Menulis PGRI

Hari ke-28

Tinggalkan Balasan