Lebaran Hari Pertama
Lebaran hari pertama aku jatuh sakit. Hampir tidak bisa ikut sholat Idhul Fitri (Ied). Alhamdulillah beberapa saat sebelum sholat Ied aku berusaha bangun dan jalan menuju lapangan yang tidak jauh dari rumahku. Aku kawatir mendapat tempat di paling belakang karena aku datang lebih lambat dari yang lainnya walaupun sholat belum dimulai.
Sedikit berjalan cepat walau sambil menyeimbangkan tubuh agar tidak jatuh. Putraku sudah duluan berangkat kelapangan karena dia pikir aku tidak ikut sholat Ied.
Bersyukur kepada Allah SWT, seseorang memanggilku menunjukkan ada tempat kosong di barisan kedua. Aku tidak mengerti mengapa satu baris kedua hampir kosong. Hanya ada satu ibu dan putrinya disamping kiri dan beberapa orang disamping kanan. Baris kedua masih bisa ditempati oleh tiga keluarga dengan satu anak. Mungkin Allah SWT telah memberikan tempat untukku yang sudah berniat untuk sholat Ied.
Aku segera menempatkan sajadah tebalku diatas jalanan yang sedikit berkerikil dan mengenakan mukena. Sengaja aku membawa sajadah tebal karena aku sudah mengantisipasi jika dapat tempat yang tidak halus. Aku ingin bisa sholat Ied dengan nyaman. Aku sempat berikan salam kepada ibu dan putrinya disebelah kiriku.
Tidak beberapa lama datang beberapa keluarga yang akhirnya memenuhi baris kedua. Alhamdulillah tempat yang kosong jadi terisi semua. Aku hanya duduk 10 menit dan takbir dikumandangkan lagi setelah beberapa pengumuman. Selanjutnya panggilan untuk sholat dimulai.
Perlahan-lahan aku berdiri dan meluruskan shafku. Ketika imam membacakan surah yang panjang, kepalaku agak oleng (kliyengan). Dalam hati aku berdoa semoga bisa menyelesaikan sholat Ied. “Aku harus kuat karena sholat Ied hanya setahun sekali.” Pintaku dalam hati.
Setelah sholat selesai aku segera bangun dan tidak ikut mendengarkan khotbah karena aku sudah mulai mual. Aku foto sebentar dengan ibu dan putrinya kemudian aku pamitan mendahului. Beberapa dari jamaah yang sholat juga mendahului mungkin mereka memiliki kegiatan yang urgent setelah sholat Ied.
Sambil berjalan aku mendengarkan Khotbah tentang kemenangan setelah berpuasa selama bulan Ramadhan. Berjalan selama 5 menit sampailah aku di pintu gerbang rumahku. Aku melihat putraku sudah berdiri dibalik gerbang sambil tersenyum. “Alhamdulillah akhirnya mamah bisa sholat.” Katanya sambil menggandengku memasuki rumah. Kemudian aku minum obat dan berbaring sambil berdoa semoga aku segera diberikan kesehatan. Rencana setelah sholat Ied ke makam putra pertama dan suamiku aku tunda hingga esok. Saat ini yang terpenting sembuh dulu.
Manusia berencana, Allah SWT yang menentukannya. Aku harus mengambil sisi positifnya dengan beristiqfar memohon ampunan Sang Illahi Yang Maha Pengasih. Insya Allah keesokan hari aku dan putraku bisa ziarah ke makam di Pondok Rangon.
Jonggol, 5 April 2025
Nani Kusmiyati
Pecinta Literasi