Biscuits dan Kopi
Sabtu pagi, 23 September 2023, aku bergegas bangun dan sholat Subuh. Pegal-pegal di badan sudah berkurang setelah cukup tidur dan minum obat herbal untuk hilangkan capek-capek. Usia tidak bisa dipungkiri akan memperlambat gerakan. Hasrat hati bisa melakukan hal-hal seperti ketika muda. Fisik dan wajah memang masih tampak sehat bugar tapi kekuatan dan kecepatan berkurang. Manusia yang pandai bersyukur akan mudah menerima kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Bersyukur masih bisa melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.
Selesai sholat, aku mengintip pesan di WhatsApp berderet seperti semut baris. Aku buka sepintas tapi tidak bisa baca semua. Terlebih jika pesan berupa link blog yang tentunya banyak sekali informasi dan ilmu yang bisa didapat. Aku berharap ada waktu untuk membacanya. Cacing di perutku sudah berikan signal untuk segera diisi sesuatu yang menenangkan. Biasanya aku langsung keluar rumah untuk membeli sarapan pecel untukku dan nasi uduk untuk putraku.
Mataku tertuju kepada biscuits Kabindo, yang aku beli ketika berkunjung ke Gresik. Masih terbungkus rapi. Aku segera membuka bungkusan biscuits Kabindo yang dikemas plastik cantik. Kemudian aku masukkan ke dalam toples bening biar jelas terlihat. Aku suka lupa jika menaruh makanan di dalam toples yang isinya tidak dapat dilihat. Terlebih kurang menarik dan tidak bisa mengundang selera makanku. Untuk yang berdiet memang pas jika meletakkan makanan di toples yang tidak mudah menarik mata untuk melihat. Tapi makanan itu akhirnya menjadi mubazir. Aku tidak pernah berdiet karena ada kalanya aku malas makan juga, walau sebenarnya semangat makanku lebih besar karena kegiatan yang banyak memeras otakku.
Kopi hitam dengan sedikit gula aku tuang ke dalam cangkir kopi dan menunggu beberapa menit air mendidih. Sengaja aku tidak memasak air dengan menggunakan kompor gas tapi aku menggunakan electric jug yang biasa digunakan di hotel atau kantor. Lebih cepat dan tampak suasana serasa di hotel.
Suara air beradu di dalam electric jug menambah semangatku menikmati Sabtu pagi yang lebih bersemengat seperti suara itu. Uap air mengepul keluar dari corong persegi tiga jug electric. Suara mendidih sedikit demi sedikit menghilang. Air mendidih siap dituangkan ke dalam racikan kopi dan gula. Aroma kopi bercampur gula menyentuh hidungku. Perintah di otak menggerakkan saraf-saraf di indra penciuman juga menggerakkan semua inderaku untuk segera menikmati biscuits dan kopi.
Semua telah tersaji. Musik pagi dari alam mengiringi suasana hariku yang bersahabat. Kicau burung walau sayup-sayup dapat aku dengar cukup jelas. Aku buka korden kamarku dan aku lihat ada tiga burung Gereja yang berlarian sambil bernyanyi. Ucapan syukur kepada Illahi yang memberikan kehidupan dan kenikmatan untukku menikmati Sabtu pagi dengan biscuits dan kopi tersaji.
Jonggol, Sabtu, 23 September 2023
Nani Kusmiyati
Pecinta Literasi dan edukasi