Andai Aku Menjadi Kamu

Cerpen, Terbaru96 Dilihat

“Aku bukanlah kamu”, tapi cobalah menjadi aku untuk sebentar saja!”.

Awalnya aku adalah seorang bayi mungil yang berparas tampan dan tumbuh sehat. Aku disukai dan disayang banyak orang. Pada usiaku 1 tahun 2 bulan, aku mengalami dehidrasi yang parah. Dari mulut dan bagain bawahku keluar cairan secara bersamaan. Dan itu terjadi beberapa hari, sehingga aku harus di bawa ke rumah sakit untuk di rawat. Akhirnya, aku tumbuh tidak seperti anak kecil lainnya.

Di usiaku, entah itu 2 tahun atau 4 tahun barulah ibu dan ayah serta keluarga besar ibuku tahu bahwa aku terlahir dalam keadaan tidak normal.

Ibu dan ayahku membawaku ke rumah sakit untuk diperiksa, ternyata aku menderita 5 kelainan. itu aku ketahui dari ibuku. Yang aku ingat kata ibuku aku menderita Hiperaktif, ADHD, Disgraphia dan 2 kelainan lain yang aku lupa apa namanya.

Oh iya teman, aku memang punya kelainan tapi aku suka dengan olahraga bulutangkis dan sepak bola. Dulu aku pernah berprestasi di cabang olahraga bulu tangkis dan sepak bola, ingin rasa hati ini bisa bersekolah, di sekolah khusus atlet bagi anak-anak seperti aku, apa daya karena keterbatasan yang aku miliki. Aku kubur dalam-dalam keinginanku.

Aku pernah bersekolah di sekolah khusus anak-anak yang memiliki keterbatasan, Pantara namanya. Tapi itu tidak berlangsung lama. Ibuku adalah orang yang gigih membawaku ke beberapa tempat guna penyembuhan dan memperbaiki keterbatasan yang aku punya. Tapi Allah mentakdirkan aku untuk menjadi “Anak Spesial”.

Waktu terus berjalan hingga usiaku menginjak 32 tahun tak ada perubahan apapun tentang kelainanku bahkan membuat aku menjadi orang yang tidak berguna, terlebih lagi ketika ibuku tutup usia. Ibu yang selalu menjaga dan mengerti keadaan aku apa adanya. Sementara ayah dan saudara-saudaraku tak peduli sama sekali dengan keadaan aku. Aku hanyalah : “Manusia yang butuh makan, tidak lebih dari itu”, itu kata adikku. “Sedih, hatiku bila mengingat perkataan itu”.

Mereka tidak tahu, aku juga manusia yang butuh cinta dan kasih sayang. Aku ingin bercengkerama dengan mereka, aku ingin berbagi kisah hidupku, aku ingin berbagi cerita apa saja impianku. Tapi mereka semua tidak pernah perduli. Mereka menggaggap aku hanyalah beban bagi mereka. Mungkin seandainya mereka tahu perasaanku yang terdalam. Aku juga tidak minta diri ini dilahirkan dalam keadaan yang tidak normal.

Aku juga ingin mereka tahu, aku punya impian, aku ingin punya karya, aku juga ingin dihargai dan aku juga ingin memiliki bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Tolong kasih tahu aku caranya. Berikan aku perhatian, cinta dan kasih sayang. Ajari aku untuk jadi orang yang mandiri dan bisa menghidupi minimal diri sendiri.

Tolong jangan anggap diri ini benda atau makhluk hidup yang hanya “butuh makan”. Tolong kalian menjadi aku sebentar saja….. merasakan jika kalian jadi
aku yang terabaikan. Aku makhluk Allah yang terlahir berbeda dari kalian. Tapi perlakukan aku sebagai manusia.

Allah saja menciptakan dan mencintai semua makhluknya tanpa syarat. Baik itu makhluk yang memiliki kondisi tubuh yang sempurna maupun yang tidak sempurna. Alangkah sombongnya manusia yang berlaku semena-mena terhadap saudaranya sendiri.

Anas. Radhiallahu’Anhu berkata bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Tidaklah termasuk beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i).

Sesungguhnya Allah tidak melihat pada ketampanan/kecantikan/ kekayaan/kesempurnaan anggota tubuhmu. Allah hanya melihat pada kesholehan, dan sikapmu dalam memperlakukan saudaramu.

Dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lainnya, beliau juga membuat sebuah perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, menyayangi dan mengasihi seperti satu tubuh. Bila ada salah satu anggota tubuh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakitnya.

Jadi ini pintaku padamu, sayangi dan cintai aku dengan segala keterbatasan yang aku punya. Aku tidak minta dilahirkan dengan kondisi seperti ini. Aku hanya berusaha menerima takdir yang Allah berikan kepadaku. Aku berusaha untuk bisa mandiri dan mengurus diriku sendiri. “Satu pintaku kepadamu saudara-saudaraku: ” Sayangi, kasihi, hargai serta terima keterbatasan yang aku punya”. Karena itu sudah cukup untuk memompa semangatku untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab buat diri sendiri. Dan ajari aku bagaimana caranya.

Tinggalkan Balasan