KMAC-6 Menahan rasa sakit pada anusnya pada saat buang air besar membuat Budi mau tidak mau menjadi trauma. Dia sering menahan hasrat untuk buang air besar. Aku mengajurkannya. untuk memperbanyak makan buah dan sayur serta cukup minum air putih akan mudah saat buang air besar.
Post rectal, ujung rectum yang berbatasan dengan anus akan bergesekan dengan feses dan ini menyebabkan sakit yang luar biasa, yang bisa juga disertai dengan keluarnya darah. Bila tekstur feses sedikit mengeras tentu membutuhkan dorongan dan pasien akan mengejan lebih berat dan ini sumber sakitnyadi daerah post rectal tersebut menjadi titik kumpulnya sel-sel saraf. Karena trauma jugalah yang membuat Budi mengurangi porsi makannya agar tidak banyak mengeluarkan feses. Hal ini membuat berat badannya turun drastis dari 80 kg menjadi 67 kg.
“Asal sehat nggak papa, mah”, katanya. “Malah lebih enteng nggak kegemukan. Jadi aktivitasku lebih gesit. He..he.. Dan baju-baju lama aku bisa aku pakai lagi.”
“Iya, Bud. Kamu harus banyak makan buah dan sayur, kurangi lemak dan tepung. Karena serat akan memudahkah dan melancarkan buang air besar. Kalau kamu suka buah dan sayur, tentu saluran pencernaanmu lebih sehat .”
“Benar, Ma. Kini aku harus belajar suka makan sayur dan buah. Juga mengurangi daging merah. Nicho mulai sekarang oleh maminya dilatih makan buah dan sayur, agar besok tidak mengalami sakit seperti aku. Memang benar, makanan sehat harus gizinya seimbang, tidak hanya karbohidrat saja yang masuk ke perut, tapi juga serat, vitamin dan mineral dari buah dan sayur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayur juga mengandung aktioksidan yang akan menangkal hilangnya radikal bebas keluar dari tubuh kita.”
“Kok kamu jadi pinter Om Budi, dapat ilmu dari mana?” tanya Lusi menantuka, istri Hari.
“Ha..ha..wk..wk..dari mbah Goolgle Mbak. Ini aku lagi browsing-browsing manfaat buah dan sayur. Penasaran aja kenapa aku nggak suka ya. Padahal waktu kecil kata mama aku suka sayur, tapi sekarang jadi gak sula. Sukanya telur, ikan dan daging aja”, tawanya renyah.
Begitulah, Budi anakku. Kebiasaan makan dengan sayur sudah sejak kecil dilakukan. Tapi kenapa sekarang berubah drastis jadi gak suka. Bila aku memberinya sayur dia nggak mau makan, minta diganti piringnya, atau dia pilih tidak mau makan bila ada sayurnya. Sudah berbagai cara aku lakukan agar dia gemar makan sayur mulai dari kuiris tipis-tipis, kublender halus atau kubuat variasi yang lebih menarik dengan dicampur telur atau bahan lain agar dia mau makan, tapi tetap saja dia nggak mau. Hanya sayuran tertentu yang dia mau, bayam, wortel atau kecambah itu saja yang dia mau. Itupun dalam porsi kecil. Padahal waktu kecil dulu menu favoritnya adalah sayur bobor kangkung, ikan asin dan sambal tempe buatanku. Bila aku masak sayur itu bisa nambah sampai dua piring. Apa mungkin karena Evi istrinya tak tau makanan kesukaannya atau dia jarang memasak buat suaminya, sehingga pola makan Budi jadi tidak sehat ya. Ah…kenapa aku jadi bertanya-tanya seperti ini?
***
“Wah..ramai sekali ya, ruang inap Pak Budi. Ibu dan saudara-saudaranya mengunjugi. ” Tiba-tiba masuk seorang suster sambil membawa tensimeter dan satu ampul botol berisi cairan obat. Suster muda itu berumur sekitar dua puluh lima tahun dan wajahnya cantik, penapilannya bersih.
“Pak Budi saya periksa tensinya dulu ya. Obat yang tadi pagi sudah diminumkah?” tanya suster itu ramah dan tersenyum.
“Sudah sus. Tapi saat menelan tadi rasanya mau muntah. Kok beda dengan kemo tempo hari ya, Sus.”
“Iya, pak. Ini catatan obat dari dokter Uut, obatnya memang diganti. Mungkin dosisnya ditambah. Besok saat kunjungan silakan Pak Budi konsultasikan keluhannya. Besok Dokter Uut akan berkunjung sore sekitar pukul lima. Satu lagi pak, mungkin kemo kali ini ada efek sampingnya. jadi silakan mohon saran ke Dokter Uut. Itu pesan beliau.” katanya sambil membetulkan letak tensimeter dan mulai memompa karetnya sementara tangan kiri memegang nadi pergelangan tangan Budi.
“Seratus sepuluh per tujuh puluh. agak rendah. Bapak makan yang banyak, nggak usah banyak fikiran, silakan beristirahat. Besok tindakan kolostomi dimulai pukul tujuh pagi. Ada yang mau ditanyakan lagi, Pak?”
“Cukup, Sus. Terima kasih, Suster cantiik ..”, kata Budi sambil tersenyum.
“Kalau begitu permisi.”
“Silakan…”
“Eh, iya. Namanya siapa?”
“Mita”, jawabnya pendek. Dan suster Mita pun berbalik badan sambil tersenyum.
“Terima kasih Suster Mita.”
“Sama-sama, Pak Budi. Mari.”
bersambung…