Perjalanan Panjang “Wartawan Bangkotan” Menjadi Buku

Alhamdulillah, saya berkali-kali mengucapkan syukur ketika saya mendapat kabar kalau sudah ada nama saya bertengger di daftar pengajuan ISBN untuk buku kumpulan tulisan reportase dari lapangan : WARTAWAN BANGKOTAN, Jurnalisme Investigatif, difasilitasi oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).

 

Selanjutnya pada Jumat 20 November 2020, secara resmi buku saya “Wartawan Bangkotan” bersama dengan 53 buku lainnya diserahkan YPTD ke Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta Pusat sebagai kewajiban penerbit menyerahkan 2 eksamplar buku untuk masing-masing penulis setiap judul buku mereka.

Saya seperti bermimpi, seolah tidak percaya apa yang terjadi. Ya Allah, terwujud juga mimpi saya selama ini yang sudah “ngebet” ingin jadi penulis buku. Terima kasih Pak TD (Thamrin Dahlan), owners YPTD yang sudah memfasilitasi kami para penulis untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan sebagai penulis buku. 

Benar kata Pak TD, The Old Writers Never Get Tired, penulis gaek, bangkotan, tidak pernah lelah. Selama ini saya memang baru (pernah) ikut di proyek buku keroyokan, kompilasi, bunga rampai, bersama penulis atau wartawan lain. 

Aiih…jadi ingat masa laloe, akhirnya. Inilah sebuah perjalanan panjang di dunia literasi bagi saya. Pernah mendirikan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) di garasi rumah. Alhamdulillah, bukunya habis dipinjam dan tak kembali. TBM-nya pun tutup.

Pernah pula saya diajak teman menulis proyek buku tentang perusahaan, biografi tokoh, dan kumpulan kisah-kisah orang sukses, orang yang menginspirasi. Saya larut karena merasa menemukan dunia baru. Daku Terlena, kata penyanyi dangdut Ikke Nurjanah.

Itu doeloe, dan sampai sekarang saya tak tahu lagi bagaimana nasib buku-buku tersebut. Padahal sudah finishing, kontrak sudah ditandatangani, sudah wawancara ke sana-ke mari, data sudah lengkap, sudah editing, tinggal naik cetak. 

Apakah buku-buku tersebut berhasil diterbitkan atau tidak? I don’t know. Allahu a’lam bissawwab. Hanya Tuhan dan pimpro bukunya yang tahu. Yang saya ingat, saya baru diberi uang transportas saat hunting data ke lapangan. Baru itu saja hahahaha….

Perjalanan Wartawan Bangkotan

Khusus buku Wartawan Bangkotan ini merupakan buku pertama saya, diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Isinya utuh dari kumpulan tulisan sendiri yang selama ini berserakan di mana-mana. 

Tapi dari sisi penerbitan buku, sebenarnya ini adalah buku kedua setelah sebelumnya sudah ada buku saya Lika-liku Kisah Wartawan, diterbitkan oleh Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2020 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, dalam rangka memperingati HPN 2020 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 9 Februari 2020.

Awalnya, melalui informasi dari sahabat saya Dr Rulli Nasrullah, M. Si (Kang Arul) — dosen, pakar media cyber, blogger, wartawan dan penulis — akan rencana penerbitan buku ala wartawan ini, saya pun mengirim ke Panitia Penulisan Buku HPN 2020 – PWI yang diketuai Prof Dr Radjab Ritonga, wartawan senior LKBN Antara, berupa naskah buku dengan 40 judul tulisan yang tebalnya sekitar 200 halaman. 

Ketika itu rencana judul bukunya memang Wartawan Bangkotan, terinsipirasi dari “sindiran” Rektor IISIP Lenteng Agung, Jakarta, H.A.M  Hoeta Suhut : “…wartawan yang sampai hari tuanya tidak sekalipun pernah menulis buku, hanya pantas disebut sebagai wartawan bangkotan…”.

Wartawan Bangkotan di Perpustakaan Nasional Jakarta (foto dok Nur Terbit)
Wartawan Bangkotan di Perpustakaan Nasional Jakarta (foto dok Nur Terbit)

Namun oleh panitia Panitia Penulisan Buku HPN 2020 – PWI, judul Wartawan Bangkotan tersebut diganti menjadi Lika-liku Kisah Wartawan. Bahkan tulisan saya yang jumlahnya 40 judul itu, hanya diambil 10 judul lalu digabung dengan tulisan wartawan lainnya berupa 5 judul tulisan. 

Alasannya karena masih satu tema: kisah liputan wartawan dari lapangan. Sehingga buku tersebut berisi 15 tulisan, terdiri 10 tulisan saya plus kumpulan tulisan 5 wartawan lainnya setebal 100 halaman. 

Tulisan saya sendiri, adalah hasil dari kumpulan tulisan yang tersebar di blog pribadi www,nurterbit.com, catatan Wartawan Bangkota di nurterbit.blogspot.com, di Kompasiana, Kumparan, Blogdetik, Liputan6, Viva, klipping koran Harian Terbit dan status di Facebook dan ciutan di Twitter.com/nurterbit.   

Terkait dengan kegiatan peringatan Hari Pers Nasional, saya patut bersyukur dan berterima kasih terutama kepada Bapak Prof Dr Radjab Ritonga sebagai Ketua Panitia Pembuatan Buku HPN 2020, Ibu Tati sebagai Sekertaris yang rajin berkomunikasi saat persiapan buku tersebut, Pak Ismet Rauf sebagai editor buku Lika-liku Kisah Wartawan.

Karena melalui ketiga pengurus PWI Pusat tersebut di atas, dan juga melalui HPN yang menjadi hajatan para “pemburu berita” inilah, telah membuka jalan pertama kali bagi saya untuk mewujudkan mimpi saya menjadi penulis buku.

Sebab sudah menjadi tradisi setiap tahun penyelenggaraan HPN, maka PWI Pusat selalu memberi kesempatan kepada seluruh wartawan anggota PWI di seluruh Indonesia untuk mengirim naskah untuk diterbitkan berwujud buku memperingati HPN. 

Hajatan HPN secara tahunan tersebut, selain peluncuran buku, juga digelar pula berbagai kegiatan seperti bhakti sosial, seminar dan pameran, dihadiri wartawan, tokoh pers dan pemilik media. Biasanya dibuka oleh Presiden RI. HPN setiap tahunnya digelar secara bergilir ke setiap daerah sesuai pengurus PWI daerah yang memintanya.

Akhirnya, ucapan terima kasih tak terhingga kepada Pak TD (Thamrin Dahlan), owners YPTD, atas bantuannya menerbitkan buku Wartawan Bangkotan ini – yang boleh saya sebut telah “melengkapi” mimpi saya menjadi penulis buku. 

Ucapan Terima Kasih

Juga Mas Syaifuddin Sayuti, M.Si (Mas Udin) — dosen, wartawan senior, mantan Jurnalis TV MNC Group – yang telah menulis kata pengantar. Teman-teman alumni Harian Terbit, istri saya Sitti Rabiah, S.Pd, M.Pd dan anak-anak saya Siti Harfiah Nur, S.Pd, dan Akbar Ramadhan, Amd, menantu Annisa Wulandari, S. Kom dan kedua cucu saya Senandung Aqila Akbar dan Seruni Alifia Akbar.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih dan salam hormat kepada kedua orang tua saya Haji Muhammad Bakri Puang Boko – Hajjah Sitti Maryam Puang Mene (almarhuma), kakak dan adik-adik saya Hajjah Sitti Hamsiah Halvaima Puang Memang, Sitti Aminah Puang Nginga (almarhuma), Prof Dr Gemini Alam Halvaima, M.Si, Apoteker Puang Marala, Hamarum Halvaima, S.Sos Puang Ngawa, Bachtiar (almarhum) sebagai inspirasi saya yang banyak memberi semangat selama menulis hingga terbitnya buku ini. 

Salam

Nur Terbit (Nur Aliem Halvaima).

Tinggalkan Balasan

1 komentar