Anakku dan Ayahku

Terbaru46 Dilihat

Bagi semua orang tua, tentu anak-anak adalah segalanya baginya. Orang tua bahkan rela menanggung apapun yang terburuk baginya demi anak-anaknya,  sang buah hatinya. Orang tua bahkan tidak rela satu tetes air mata kesedihan jatuh dari bola mata ana-anaknya, sang buah hatinya.  Orang tua berharap anak-anakya, buah hatinya akan menjadi penyejuk pandangannya, penyenang hati orang tuanya.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Latin: Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj’alna lil muttaqina imama.

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Demikian juga aku dan suamiku. Aku ingin anak-anakku tidak merasakan kesedihan dan kepedihan hati yang aku rasakan. Aku ingin anak-anakku melihat bahwa ayah dan ibunya kuat. Walaupun sesekali mereka melihat ayah ibunya tampak sedih. Anak-anakku sudah remaja semua ketika ada  masalah yang ditimpakan pada suamiku. Mereka bertanya tentang itu. Aku hanya menjawab bahwa ayahnya tidak melakukan hal yang dituduhkan. Mereka juga yakin bahwa ayahnya yang pendiam, sabar dan tidak aneh-aneh dalam menjalankan tugas tidak mungkin melakukan itu. Apa yang kita punya ibu? Apa yang kita punya ayah? Begitu saja kata mereka.

Aku meyakinkan kembali pada anak-anakku bahwa semua akan ada jalan keluarnya. Kita punya Allah SWT yang  Maha Tahu tentang kebenaran. Boleh saja mereka yang berbuat seperti ini pada ayah, bertepuk dada saat ini, tetapi yakinlah bahwa Allah SWT tidak tidur. Tidak sedikit pun tangisku keluar ketika aku berbicara di depan anak-anakku. Aku tampak tegar dan kuat padahal hatiku rasa hancur, sakit dan ingin rasanya  berteriak.

Demi anak-anakku, ……aku diam…

Demi anak-anakku, aku tak berteriak

Demi anak-anakku aku kuat…

Karena aku orang yang lemah, di hadapan mereka yang berkuasa…..

Aku yakin Allah Maha Kuasa

Rumahku hari-hari itu, aku hiasi dengan lantunan,

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallah wanikmal wakil
Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.

Aku minta anak-anakku membantu dengan doa, memutar setiap saat doa Hasbunallah wanikmal wakil, Nikmal Maula Wanikman Natsir. Ya hayyu Ya kayyum, La Ilaha Illah Anta Subhanaka Inni Kuntu minazzalimin. Semoga Allah memberikan pertolongan pada kami.

Anak-anakku menerima keadaan ini, namun ayahku yang selalu ada buatku tidak lagi tenang dengan keadaanku. Ayahku yang selalu berusaha membantuku mulai menurun kesehatannya. Ia memang tampak kuat, namun kesedihannya menjadikan kesehatannya terganggu. Ia menjadi semakin kurus hanya kulit yang membalut tulang.

Aku yang menjadi merasa bersalah pada ayahku di usianya kian menua….hanya kesedihan yang aku berikan.
Kini, cerita  tentang ayah adalah cerita yang paling menarik bagiku…

Tinggalkan Balasan