Oleh Nuraini Ahwan
“Jangan biarkan pendidikan putra-putri kita terhenti meskipun wabah corona virus disease (covid 19) melanda dua pertiga belahan dunia. Kami ikhlas melepas kalian, meninggalkan rumah kedua kalian (sekolah) untuk sementara. Kirimkan kami aktivitas kalian belajar di rumah yang didampingi oleh guru pertama dan utama kalian, yaitu ayah dan ibu. Meskipun itu nanti, tak cukup untuk mengobati rasa rindu bapak dan ibu guru pada kalian. Tetap belajar, jangan biarkan pendidikan kalian terhenti. Tetap jaga kesehatan dan mari bersatu melawan covid -19. Semoga Allah SWT melindungi kita. Aamiin YRA”
Kutipan tulisan di atas merupakan penggalan dari tulisan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pola daring (dalam jaringan). Tulisan itu diposting di media sosial facebook berikut dengan video kegiatan belajar dari rumah yang dikirim oleh peserta didik melalui watshaap grup kelas mereka. Penulis berharap pesan singkat itu akan sampai kepada peserta didik- dan orang tua murid khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pesan pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Anwar Makarim tentang kegiatan Work from Home (WFH) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan belajar dari rumah (BDR) untuk peserta didik-dilaksanakan di semua sekolah. Tak terkecuali juga di SDN 1 Dasan Tereng.
Pada tulisan yang telah diposting sebelumnya bahwa payung hukum pelaksanaan pembelajarn dari rumah sudah jelas. Mulai dari Edaran Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Anwar Makarim sampai kepada Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Barat, Bapak H. M. Nasrun, S.Pd., MM yang diteruskan oleh kepala UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Narmada, Bapak Syahrudin Saat, S.Pd.
Banyak cerita menarik dalam pembelajaran dari rumah yang dikemas dengan pola daring atau dalam jaringan yang sudah dan tengah berlangsung. Cerita menarik, lucu, gembira bahkan ada cerita yang menyedihkan berasal dari guru, orang tua dan peserta didik.
Apakah watshaap grup ini berjalan lancar?
Apakah semua peserta didik tergabung dalam grup?
Apakah semua anggota grup menguasai tentang penggunaan menu yang tersedia pada handphone mereka?
Di mana letak menarik, lucu, dan menyedihkannya?
Waah…terlalu banyak yang akan saya ceritakan..
Dalam tulisan sebelumnya, penulis juga telah menceritakan bagaimana kalang kabutnya dan paniknya guru ketika pembelajaran daring ini direkomendasikan untuk mengggantikan pembelajaran di sekolah. Kepanikan yang disebabkan karena masih minimnya pengetahuan guru tentang teknologi terutama dalam penggunaan berbagai aplikasi pembelajaran, pengguanan handphone dan latop. Tapi apa boleh dikata dan apa boleh buat. Ini bukan sebuah pilihan tetapi memang merupakan keharusan untuk dilaksanakan.
Anggota grup kelas didata dari nomor handphone orang tua murid . Pendataan nomor handphone orang tua segera dilakukan. Nomor handphone orang tua murid yang diminta disebabkan karena usia sekolah dasar, di tempat penulis bertugas belum diperbolehkan memiilki handphone sendiri. Di samping itu orang tua murid berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang tidak memungkinkan anak-anak mereka memiliki handphone sendiri.
Pada awal pendataan prosentasi anggota grup sangat sedikit sehingga menyulitkan guru memberikan pelajaran lewat watshaap (peserta didik yang luring sudah diberikan tugas, mengantisipasi tidak tersedianya handphone).
Perpanjangan waktu belajar dari rumah berdampak pada meningkatnya kesadaran orang tua murid tentang pendidikan putra-putrinya sehingga jumlah anggota grup kian bertambah dari hari ke hari. Mencapai lebih dari 55 % orang tua tergabung dalam grup.
Penulis memantau perkembangan atau perjalanan grup, sehingga banyak cerita yang bisa diabadikan dalam tulisan.
Cerita dimulai dari anggota grup ya…
Bertambahnya anggota grup watshap setiap hari, sangat disyukuri oleh penulis. Namun peserta didik yang menyerahkan tugas atau melaporkan kegiatan belajarnya di rumah dalam bentuk catatan, foto, video dan lain-lain tidak sesuai dengan jumlah angggota.
Penulis mencari tahu apa yang menjadi penyebanya. Ternyata handphone yang dimiliki oleh orang tua tidak semuanya android. Ini artinya meskipun anggota grup sudah banyak, pelaksanaan pola daring belum terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu saja, faktor ekonomi orang juga mempengaruhi terhadap tersedianya dana untuk membeli kuota internet.
Punya handphone android, tetapi kuota tidak ada. “Bu Guru, ma.af saya telat mengumpulkan tugas karena kuota saya sekarat.”
Ada peserta didik jenjang kelas yang lebih tinggi mengatakan ketika ditanya oleh gurunya. “Mengapa tidak mengirim tugas, nak?”
‘Hp saya disita oleh Bapak.”
Mungkinkah karena anak-anak menggunakan handphone tidak benar seperti bukannya belajar tetapi main game, ya.
“Ma,af bu guru, Hp bapak saya baru selesai diperbaiki,.” kata salah satu peserta didik.
Tidak hanya itu saja, seorang anak kelas 1, mengatakan bahwa ibunya tidak cocok menjadi guru. Dia rindu dan ingin segera bersekolah.
Penulis yang tergabung dalam grup bisa mengamati banyak hal terkait dengan pola dalam jaringan yang dilaksanakan pertama kali di sekolahnya. Banyak pesan yang saya sampaikan kepada peserta didik mulai dari bagaimana menggunakan handphone secara bijak sampai kepada bagaimana belajar dari rumah dalam upaya pencegahan penularan covid -19.
Mengingat handphone yang digunakan bukan milik peserta didik melainkan milik orang tua, maka penulis juga berpesan agar orang tua mendampingi putra dan putri mereka waktu belajar. Memberikan izin putra-putrinya memegang atau melihat handphone saat mengecek tugas dan saat akan mengirim tugas.
Lalu bagaimana dengan guru? Penulis mengamati bahwa kesiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pola daring yang masih kurang sehingga penulis dapat mengelompokkkan guru menurut cara pandang penulis menjadi beberapa tipe guru. Ada guru dengan tipe memberikan tugas seabrek, terus menerus. Guru semacam ini penulis masukkan dalam kategori guru aktif. Ada guru dengan tipe Senin-Kamis. Guru Senin Kamis adalah guru yang jarang memberikan tugas, jarang menyapa anak-anak, jarang memberikan penghargaan beupa kata-kata, sekedar emotion atau jempol kepada peserta didik dalam grupnya. . Ada juga guru dengan tipe timbul tenggelam tak beda jauh dengan tipe Senin – Kamis.
Akan halnya dengan tipe orang tua. Ada yang aktif dan mengerti atau paham pelajaran sehingga mudah mendampingi putra-putrinya, sabar dan tidak cepat marah. Orang tua yang seperti ini dengan cepat menyerahkan tugas. Ada orang tua dengan tipe cuek. Menjadi anggota tetapi merespon tidak. Ada tipe orang tua murid yang aktif, sering bertanya tetapi suka mengeluh karena tidak bisa menjelaskan kepada putra dan putrinya. . Bahkan ada orang yang tidak tahu apa tugas putra putrinya. Sekali tahu, maka mereka langsung marah kepada putra-putrinya karena tidak mengerjakan tugas. Kemarahannya pun sampai terekam dalam tugas membuat video yang mereka kirim ke grup kelas. Orang tua dengan tipe seperti ini dengan cepat dikomentari oleh penulis. “Alhamdulillah pak, ananda sudah bisa berbuat seperti ini. semoga ananda menjadi anak yang sukses. Bersabarlah Bapak dan Ibu”.
Cerita gembira yang bisa penulis ceritakan dalam tulisan ini adalah melukiskan perasaan senang peserta didik ketika mereka bisa melihat atau menonton video yang mereka kirim ke grup. Terlebih lagi foto , video, dan tugas lainnya tidak hanya bisa ditonton oleh teman-temannya dalam grup saja. Semua orang bisa menontonnya karena penulis membuat video, foto dan tugas mereka bisa diakses di Youtube dan facebook. Tentu saja seizin orang tua terlebih dahulu. Chanel yuotube yang bisa pembaca buka untuk mengetahui aktivitas SDN 1 Dasan Tereng adalah channel Nuraini Ahwan atau SDN 1 Dasan Tereng.
“Ijin, Bapak dan Ibu, bolehkah video atau foto putra-putri kita, penulis uploud ke youtube?’ begitu kalimat izin kepada orang tua yang penulis sampaikan sebelum uploud ke youtube dan lainnya.
Peserta didik senang ketika kegiatan belajar mereka di rumah ditonton kapan saja dalam channel youtube SDN 1 Dasan Tereng atau channel Nuraini Ahwan dan ditulis dalam blog https://nurainiahwan.blogspot.com.
Lalu…sebatas inikah pelaksanaan pembelajaran daring di tempat penulis?
Aplikasi watshaap untuk mengirim foto, pesan dan suara sudah bisa dikuasai guru-guru. Saat ini dan selanjutnya penulis akan terus merancang pembelajaran pola daring ini lebih menarik lagi.
Zoom cloud metting, goegle formulir dan goegle classroom sedang dilaksanakan. Bukan hal yang baru bagi sekolah – sekolah yang lain, tetapi bagi kami yang berada di sekolah desa, hal ini adalah sesuatu yang sudah lama tetapi baru kami laksanakan, Hikmah dibalik covid 19 adalah semua belajar.
“Siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik dan di mana saja adalah kelas”
Salah satu point dalam Permendikbud RI, Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tulisan ini sudah diposting di blog milik penulis https://nurainiahwan.blogspot.com