GUDEG

Terbaru51 Dilihat

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada pagi hari ini saya akan menulis salah satu makanan ikonik dari daerah Jogjakarta dan Surakarta atau solo yaitu gudeg.

Masih dalam sisi perkembangan kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Ki Ageng Pemanahan dan anaknya Sutawijaya. Setelah memperoleh hadiah yang dijanjikan oleh Sultan Hadiwijaya setelah mengalahkan Arya Penangsang, Ki Ageng pemanahan langsung mengembangkan daerah yang diberikan oleh Sultan Hadiwijaya yaitu daerah hutan Mentoek.

 

Jika Ki Penjawi diberikan hadiah tanah di sekitaran pantai utara Jawa tengah, berbeda dengan keluarga dari Ki Ageng pemanahandan anaknya Sutawijayaserta Ki Juru Mertani yang diberikan tanah berupa hutan yang begitu lebat yaitu hutan mentoek. Tentu saja Ki Ageng Pemanahan harus melakukan tugas pertama yaitu membuka lahan atau sering disebut dengan istilah babat alas.

Daerah hutan Mentoek  merupakan daerah yang sangat subur banyak sekali tumbuh berbagai macam jenis pohon. Salah satu jenis paling banyak ditemui di hutan tersebut adalah pohon nangka, begitu banyak dan melimpahnya hasil dari penebangan pohon nangka. Dari pohon nangka tersebut batangnya digunakan untuk menjadi penyangga bangunan-bangunan baru, sedangkan buahnya yang matang tentu saja dapat langsung dimakan sebagai makanan cemilan.

Tetapi buah nangka tersebut tidak semuanya matang karena begitu melimpahnya hasil buah nangka yang mudah pun akhirnya diolah menjadi sayur. Para prajurit pun selalu menikmati sayur buah nangka yang diberikan oleh juru masak dari keluarga Ki Ageng pemanahan. Buah nangka muda yang diolah menjadi sayur sangat banyak dan tidak habis dalam sehari dimakan oleh prajurit mataram tidak. Keesokan harinya sayur itu di masak ulang atau dihangatkan kembali untuk disajikan kepada prajurit makan. Tanpa disangka sayur nangka yang dihangatkan berulang kali tersebut semakin lama semakin nikmat maka hidangan sayur nangka tersebut menjadi sayur favorit keluarga Mataram.

Sekarang sayur nangka tersebut lebih terkenal dengan sebutan sayur gudeg. kata gudeg berasal dari aktivitas para juru masak yang setiap hari selalu mengudeg-udeg sayuran nangka tersebut pada waktu menghangatkan atau memasaknya. Tidak pernah hilang kecintaan masyarakat Jogja terhadap sayur yang satu ini. karena mereka  memiliki kebanggaan atas warisan leluhur mereka.

Gudeg sekarang terbagi menjadi dua bagian besar yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah itu dibuat sampai pada perebusan sedangkan gudeg kering setelah matang di perebusan lalu ditumis sehingga tidak banyak mengandung air. Tergantung selera masing-masing untuk menikmati sajian gudeg yang memang banyak tersebar di kota Jogjakarta.

dilihat dari isian sayur gudeg sekarang menjadi 3 bagian.ada sayur gudeg yang memang awalnya hanya dari buah nangka tetapi saat ini ada sayur gudeg yang berasal dari pohon bambu muda atau sering dikenal dengan rebung satu lagi yang sangat prestisius bagi Keraton Yogyakarta adalah sayur gudeg yang terbuat dari Manggar. Apa itu Manggar?  Manggar adalah kembang kelapa muda. gudeg Manggar ini biasanya hanya disajikan pada waktu acara resmi Keraton Yogyakarta, jarang sekali didapati penduduk memasak sayur gudeg Manggar.

Salah satu gerai gudeg yang terkenal di Yogyakarta yang menjajakan jajanan gudeg adalah gudeg yu Djum yang memiliki banyak cabang di Yogyakarta. bahkan sudah generasi ketiga dari dari keturunan yu Djum. Ada salah satu keturunan yu Djum menjajakan gudeg secara modern yaitu dikemas dalam kaleng yang dapat dikirim ke luar kota tanpa mengurangi kelezatan dan kenikmatan gudeg tersebut. Selain yu Djum ada juga gudeg Pawon yg memilikj penggemar tersendiri. Pawon dalam bahasa Jawa berarti dapur. bahkan pemilik gondok ini membuka gerainya pada malam hari sekitar pukul 1 malam, namun demikian banyak warga yang mengantri untuk menikmati sajian gudeg dari dapur Pawon.

Namun rasa yang begitu manis yang dikeluarkan dari sayur gudeg tidak semua orang cocok untuk menikmatinya. Seperti orang-orang Jakarta yang menganggap gudeg itu adalah olahan untuk berbuka puasa seperti kolak. lidah mereka hampir tidak cocok dengan hidangan yang begitu manis yang dijadikan sayur.

By. Nurhadi

Tinggalkan Balasan

2 komentar