Membumikan Nilai Nilai Pancasila

Selamat pagi sobat,

Di tengah hujan yang masih turun ke bumi pada pagi hari ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang membumikan nilai nilai Pancasila.

Saya sengaja mengulas tentang  membumikan nilai nilai Pancasila karena situasi dan kondisi perpolitikan sekarang ini sedang dirundung kegaduhan akibat ulah dari orang orang tuna moral dan tuna etika yang tak mencerminkan perilaku dari nilai nilai Pancasila.

Membumikanan nilai nilai Pancasila mengandung makna bahwa nilai nilai yang terkandung dari Pancasila sejatinya harus benar benar dihayati, dilaksanakan dan diamalkan oleh segenap lapisan masyarakat kita dan tak terkecuali dari para politisi kita yang diharapkan bisa memberikan keteladanan.

Di era sekarang ini, banyak orang cenderung menjadikan Pancasila hanya sekadar untuk diucapkan saja namun pada kenyataannya  Pancasila sudah tidak punya makna sebagai jati diri Bangsa Indonesia, banyak orang tidak lagi menghiraukan nilai nilai yang terkandung dari Pancasila.

Nilai nilai toleransi, nilai nilai moral dan etika, nilai nilai kesatria, nilai nilai kemanusiaan/anti kekerasan, nilai nilai musyawarah, perilaku gotong royong sudah semakin jauh dari sikap hidup sebagian masyarakat kita terutama di kalangan generasi muda dan para politisi kita.

Kebanyakan dari mereka, mengenal Pancasila hanya sebagai ilmu atau hanya dihafalkan dan diucapkan saat ada Upacara Bendera. Sedikit dari mereka yang memahami Pancasila sebagai jati diri Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa yang mempersatukan Bangsa ini di dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Terlebih kalau kita melihat survey terakhir bahwa banyak generasi muda kita mengalami disorientasi seiring dengan suburnya pandangan keagamaan eksklusif anti keberagaman dan intoleran.

Sejatinya Pancasila jangan diperlakukan secara dogmatis. Memahami Pancasila jangan dengan cara indoktrinasi. Akibatnya seperti sekarang ini, Pancasila seperti jauh tinggi di awang awang, seperti kita melihat bintang di langit. Artinya nilai nilai Pancasila sama sekali tidak menyentuh perilaku sehari hari masyarakat kita. Padahal kita tahu Pancasila ini digali justru dari buminya Indonesia. Salah satunya adalah Gotong Royong. Jiwa Gotong Royong ini sudah menjadi perilaku masyarakat Indonesia jauh sebelum Bangsa ini merdeka.

Tak heran jika Bung Karno saat mengusulkan Pancasila sebagai Dasar Negara pada tanggal 1 Juni 1945 (Buku Lahirnya Pancasila, cetakan kedua tahun 1947, hal 14) menyatakan bahwa jika Pancasila diperas dari lima menjadi tiga kemudian menjadi satu, maka yang satu itulah Gotong Royong !!

Apa yang terjadi sekarang ini, jiwa dan semangat Gotong Royong perlahan mulai terkikis terutama di masyarakat perkotaan. Kerja bakti, sebagai salah satu bagian dari Gotong Royong sulit sekali dilaksanakan dan kalaupun ada hanyalah segelintir orang saja.

Mereka memilih sibuk dengan urusan pribadi tanpa memperdulikan makna dari kerja bakti di lingkungannya.

Bahkan yang ekstrim, mereka tidak mau bergaul dengan orang yang bukan seagama, bukan segolongan. Sungguh suatu bukti bahwa Pancasila sudah tidak ada lagi di hati mereka.

Jika saja mereka menyadari bahwa Pancasila adalah Ideologi Bangsa yang seharusnya mereka pegang teguh.

Belum terlambat, mari kita bumikan kembali jiwa dan semangat Gotong Royong dalam perilaku masyarakat kita. Bukan itu saja, nilai nilai luhur di dalam Pancasila yang lain seperti perilaku menghargai pendapat orang, perilaku toleransi, perilaku anti kekerasan, perilaku yang bermoral dan beretika, perilaku  berbudi pekerti luhur yang kesemuanya haruslah kita bumikan dan tumbuhsuburkan di dalam perilaku masyarakat kita baik yang di pedesaan maupun yang di perkotaan.

Insya Allah ..

Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :

Makan Duren Di Kota Langkat
Sambil Nonton Orang Main Biola
Satukan Tekad Dan Semangat
Tuk Amalkan Nilai Nilai Pancasila

Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari yang dingin ini ..

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH

Depok, 3 April 2021

Tinggalkan Balasan