Selamat siang sobat,
Kisah yang saya tulis dalam artikel ini terjadi pada hari Selasa, 27 September 2022. Siang itu setelah mengajar di kampus, sekitar pukul dua siang saya pulang ke rumah menggunakan angkot yang lewat di depan perumahan tempat saya tinggal.
Sepanjang perjalanan, tak banyak orang yang naik ke angkot tersebut. Satu orang bapak di samping supir sedangkan saya duduk tepat di belakang supir dan ada dua ibu yang duduk di sebelah saya. Tak lama, kedua ibu tersebut turun dari angkot dan tinggallah saya dan bapak di samping supir yang masih berada di dalam angkot.
Dekat pom bensin, supir membelokkan angkotnya masuk ke pom bensin untuk mengisi bensin. Saya tak begitu peduli dengan apa yang dilakukan oleh supir angkot yang tengah berbincang dengan petugas pengisi bensin.
Bapak yang duduk di samping supir melihat ke arah saya lantas berbicara kepada saya bahwa petugas pengisi bensin itu tengah mencatat angkot yang membeli bensin. Katanya beli bensin sekarang dibatasi lalu bapak itu lanjut berbicata dengan setengah menggerutu dengan adanya kenaikan harga BBM belum lama ini.
Saya membalas apa yang dikatakan oleh bapak yang terlihat sudah berumur dengan jawaban normatif saja. Dari soal kenaikan BBM, bapak itu mulai berbicara soal adanya harga harga yang naik, hidup semakin susah sementara korupsi semakin merajalela. Saya hanya tersenyum saja mendengar ucapan bapak itu.
Supir kembali masuk ke dalam angkot dan angkot pun bergerak ke jalan raya sementara bapak itu masih terus berbicara seperti menumpahkan kekesalannya terhadap situasi sekarang ini. Yang mulai menarik perhatian saya adalah ketika bapak itu berkata “Enak jaman Harto dulu, apa apa murah, kerja cukup untuk keburuhan rumah”. Ucapan tersebut langsung diamini oleh sang supir angkot yang saya lihat juga sudah berumur. Saya sempat bertanya, “Di jaman pak Harto bapak kerja apa ?”, bapak itu menjawab singkat “Narik angkot pak”.
Bapak itu dan supir angkot lantas saling berbalas cerita saat bekerja di jaman pak Harto. Keduanya mengenang kisah mencari nafkah saat pak Harto masih berkuasa. Sang supir kembali menegaskan, “Masih enak jaman pak Harto lah”.
Ingin rasanya saya terus mendengar celoteh kedua bapak tentang kisah hidup di masa pak Harto masih berkuasa namun apa daya angkot sudah akan melewati depan perumahan tempat saya tinggal dan saya pun harus turun dari angkot.
Setelah menyeberang jalan, saya masih sempat melihat angkot yang saya naiki berlalu menjauh dari perumahan tempat saya tinggal.
Sambil masuk ke gerbang perumahan, saya berkata dalam hati, “Ya tentu enak jaman pak Harto karena saat itu saya sempat menjadi anggota DPR/MPR RI dengan hidup serba kecukupan dan kerap disapa dengan Wakil Rakyat yang terhormat .. hehehe ..
Sobat, saatnya saya undur diri.
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 26 Oktober 2022
Maaf.Benar Pak saat ini dipesisir pulau juga menjerit,terjepit.Semoga di Negeri kita akan selalu memperdayakan politik santun.
Badai pasti berlalu .. terima kasih sudah mampir pak Raja Zainol .. salam sehat ..