Mungkin kalian bosan jika aku terus bercerita tentang Madura. Sebenarnya masih ada beberapa tulisan tentang Madura agar tuntas. Namun, aku ingin bercerita dulu tentang bahasa Jawa Timuran.
Karakter orang Jawa Timuran dikenal berbeda dengan orang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Demikian pula dengan bahasanya. Bahasa Jawa Jawa Timuran berbeda dengan bahasa dari wilayah-wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Dialek bahasa Jawanya kental dan medhok. Di telinga mungkin terdengar lebih nyaring dan agak kasar. Ini menunjukkan sikap orang Jawa Timur yang apa adanya, egaliter, dan juga suka berkata apa adanya.
Namun meski sama-sama menggunakan bahasa Jawa, bahasa Jawa di daerah Bojonegoro dan Lamongan bakal berbeda dengan bahasa Jawa di Surabaya, Malang, Kediri, dan lain-lain nya. Setiap daerah biasanya punya corak dan kosakata yang tak ditemui di tempat lain.
Pengalaman punya kawan-kawan dari berbagai daerah di Jawa Timur, maka kami sering bertanya apa yang kamu maksud, soalnya lain daerah ternyata lain penyebutannya. Sisiran, misalnya. Di Malang disebut surian, di daerah lain seperti Bojonegoro disebut jungkatan. Lainnya adalah ‘bagaimana’, di Malang adalah ‘yaopo, di Blitar dan Tulungagung pakai kata ‘piye’. Kata ‘mati aku’ disebut ‘bongko’ di Bojonegoro dan masih banyak lagi.
Selain bahasa Jawa, ada berbagai bahasa lainnya di Jawa Timur. Ada bahasa walikan yang umum di Malang. Ada sekitar 250 kata. Misalnya wedok jadi kodew, Malang jadi Ngalam dan lainnya.
Kemudian juga ada bahasa Madura. Bahasa ini selain umum di Madura juga di daerah tapal kuda seperti Probolinggo, Situbondo, Jember dan Bondowoso.
Kemudian ada bahasa Osing di Banyuwangi, bahasa Tengger di Tengger, Bromo, bahasa Kangean di Pulau Kangean, dan bahasa daerah lainnya yang berlaku di daerah tersebut. Unik.
Keragaman bahasa ini juga tentunya berpengaruh ke budaya dan lainnya. Seru kan?!
Gambar dari Quora