Bagaimana Menulis Setiap Hari Alias ‘One Day One Post’

Ada pepatah bijak mengatakan kebiasaan bisa dilatih dengan melakukan hal-hal tertentu secara rutin. Menulis, misalnya.

Mencetak kebiasaan one day one post ini juga sama. Sebenarnya saya telah melakukannya selama empat tahun terakhir, tapi di blog pribadiku. Saya tak tahu dari mana awalnya kebiasaan ini, sepertinya karena ada tantangan dari sebuah komunitas blogger. Lama kelamaan saya pun rajin melakukannya dan syukurlah sampai saat ini tak terputus. Jika belum menulis hari itu rasanya ada sesuatu yang janggal dan terasa kurang.

Berbeda dengan menulis di blog pribadi, menulis tiap hari di Kompasiana dan blog YPTD ini masih jadi sebuah tantangan. Hal ini dikarenakan ketika menulis di blog pribadi, saya merasa lebih personal, saya merasa bebas menulis apa saja karena itu blog punya saya sendiri. Pembacanya juga tersegmentasi. Saya tahu karakter sebagian pembaca di blog pribadi.

Berbeda dengan Kompasiana dan blog YPTD yang jangkauan pembacanya lebih luas. Menulis di Kompasiana dan YPTD, saya merasa perlu lebih berhati-hati dalam memilih diksi dan topik. Meski ya belakangan ini saya juga tak begitu membedakan antara gaya menulis di blog pribadi dan blog keroyokan.

Tantangan dan Manfaat ‘ODOP’
One Day One Post atau yang biasa disingkat ODOP memiliki sejumlah tantangan dan manfaat tersendiri. Tantangannya bisa jadi berbeda sesuai dengan pengalaman dan karakter tiap penulis.

museum transport
Eksekusi ide itu sesuatu yang penting dalam menulis,perlu eksplorasi, riset, pengamatan, dan sebagainya untuk menghasilkan tulisan yang ‘bergizi’ (dokpri)

Tantangan ODOP bagi saya terutama soal mengeksekusi ide. Kadang-kadang ada ide yang menyeruak di benak. Saya ingin segera menulisnya. Tapi saat itu sedang rapat dan laptop sedang kebagian dihubungkan ke layar. Aku tak berkutik karena harus fokus menjawab beberapa pertanyaan seputar hasil analisis. Setelah ada waktu rupanya saya lupa beberapa hal yang ingin kueksplorasi dalam tulisan. Alhasil tulisan jadi kurang bergizi dibandingkan apabila saya segera menulisnya saat itu juga.

Tantangan berikutnya soal waktu. Sehari 24 jam kadang-kadang terasa kurang. Saya menulis jika ingin dan jika ada waktu luang. Kadang-kadang saya menulis sambil menunggu KRL  atau ojek tiba. Di waktu lain seringkali saya baru bisa mengetik jelang waktu tidur.

Ketika menulis ODOP di blog pribadi agar tetap bisa kelihatan konsisten menulis tiap hari maka sayasuka menimbun tulisan. Terutama jika ke luar kota. Kadang-kadang aku menulis hingga seminggu ke depan dan saya buat penjadwalannya. Yang tidak tahu, maka disangkanya saya menulis tiap hari, padahal saya sedang sibuk atau malah asyik berlibur hahaha. Nanti akan saya ulas lebih lanjut tentang tips dan trik ini.

Tantangan berikutnya soal ide. Untuk blog pribadi, saya tak pernah bingung soal ide. Di sana saya menulis lebih bebas dan lepas, tentang apa saja. Di platform blog keroyokan, saya lebih pemilih. Kadang-kadang untuk sebuah topik saya bingung memilih, mau saya tulis di blog keroyokan atau di blog pribadi ya. Kalau nampaknya terlalu culun atau malah agak ‘liar’ sebaiknya saya tulis di blog pribadi.

Bagaimana dengan manfaat menulis ODOP?
Menulis itu menenangkan. Saya setuju dengan pendapat bahwa menulis itu menyembuhkan jiwa dan merupakan makanan hati. Mungkin manfaat ini sama dengan ketika curhat kepada sahabat terpercaya dan bermain dengan hewan peliharaan.

kincir
Dengan ODOP maka semua bisa ditulis, apa saja, misalnya tentang kincir ini, suasana di alun-alun dan sebagainya (dokpri)

Dengan menulis ODOP maka saya juga bisa melatih menulis agar lebih luwes, lebih banyak bermain kosakata dan pandai memilih diksi. Ada sebuah nasihat bijak bahwa mereka yang rajin berlatihlah yang akan menjadi trampil di sebuah bidang.

ODOP membuat saya lebih banyak membaca dan tidak terkukung di zona nyaman. Dengan bersikap lebih terbuka maka saya bisa lebih mudah mencari ide tulisan.

Akhir-akhir ini jika saya membaca timeline di media sosial atau membaca sekilas percakapan di grup maka saya meng-capture hal-hal yang kiranya menarik untuk dieksplorasi menjadi bahan tulisan. Misalnya ketika kawan bertanya-tanya tentang cara berinvestasi yang praktis. Atau ketika ada netizen yang berkomentar sekarang Twitter sudah rasa Instagram karena banyak gambar bagus dan bisa live.

Yang terakhir, ODOP bikin otak terus bekerja. Otak jadi rajin mencari ide. Mungkin idenya sama dengan penulis lainnya, tapi bisa jadi eksekusinya berbeda berdasarkan latar belakang si penulis. Dengan otak terus bekerja, maka bisa mencegah dementia.

Selamat menulis!

Sebagian tulisan telah dimuat di kompasiana.com/dewi_puspa

Tinggalkan Balasan